tag:blogger.com,1999:blog-8467755422286347552024-03-13T16:32:42.609-07:00Junaidin chovadzilallahi junedchovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-846775542228634755.post-5015035454380100192011-06-20T01:28:00.000-07:002011-06-20T01:28:10.600-07:00askep persalinanKALA 1<br />
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase yaitu :<br />
Fase laten<br />
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.<br />
Fase aktif<br />
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih. Serviks membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga fase:<br />
Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan waktu 2 jam<br />
Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam<br />
Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam<br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
Anamnesa <br />
Nama, umur, dan alamat<br />
Gravida dan para<br />
Hari pertama haid terakhir (HPHT)<br />
Riwayat alergi obat<br />
Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah ibu kesulitan berkemih?<br />
Riwayat kehamilan sebelumnya<br />
Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan<br />
Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri epigastrium)<br />
Pemeriksaan fisik <br />
Tunjukkan sikap ramah<br />
Minta mengosongkan kandung kemih<br />
Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh<br />
Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.<br />
Pemeriksaan abdomen <br />
Menentukan tinggi fundus<br />
Kontraksi uterus<br />
Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi<br />
• Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)<br />
• Menentukan presentasi (bokong atau kepala)<br />
• Menentukan penurunan bagian terbawah janin<br />
• Pemeriksaan dalam <br />
-Nilai pembukaan dan penipisan serviks<br />
-Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul<br />
-Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.<br />
Diagnosa keperawatan<br />
<br />
Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai 02 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus<br />
Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan<br />
Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan<br />
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya informasi yang dimiliki ibu<br />
Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan<br />
<br />
Perencanaan<br />
<br />
Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai 02 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus<br />
<br />
Tujuan <br />
setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak terjadi fetal distress dengan KE : DJJ 120-160x/menit<br />
<br />
Intervensi<br />
<br />
Kaji DJJ tiap 30 menit<br />
Rasional: untuk mengetahui DJJ sehingga dapat dilakukan tindakan dengan segera apabila terjadi peningkatan atau perlambatan.<br />
Sarankan ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit<br />
Rasional: jika terlentang maka berat janin, uterus, air ketuban akan menekan vena cava inferior, hal ini dapat mengakibatkan turunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta<br />
Catat kemajuan persalinan<br />
Rasional: persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres berat, infeksi dan hemoragi karena atonia/ruptur uterus<br />
Catat DJJ bila ketuban pecah, periksa lagi 5 menit kemudian dan observasi perineum terhadap prolaps tali pusat<br />
Rasional: perubahan pada tekanan cairan amniotik dengan ruptur dan prolaps tali pusat dapat menurunkan transfer oksigen ke janin<br />
Kolaborasi pemberian oksigen<br />
Rasional:meningkatkan oksigen ibu yang tersedia untuk ambilan fetal<br />
Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan<br />
<br />
Tujuan<br />
setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan kriteria evaluasi ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan<br />
Intervensi<br />
<br />
Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi, intensitas, dan gambaran ketidaknyamanan)<br />
Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu<br />
Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan dialami<br />
Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda – beda tiap individu. Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional termasuk orang yang diinginkan (Henderson, 2006)<br />
Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri<br />
Rasional:mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukan<br />
Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri<br />
Rasional: tidak menambah nyeri klien<br />
Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola pernafasan, pemberian posisi, obat – obatan<br />
Rasional: memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya (Rajan dalam Henderson, 2006)<br />
Dorong ibu untuk mencoba beberapa metode<br />
Rasional: dengan beberapa metode diharapkan ibu dapat mengendalikan rasa nyerinya<br />
Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat tidur anjurkan untuk miring ke kiri<br />
Rasional: nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah jantung ibu.<br />
Beberapa teknik pengendalian nyeri :<br />
Relaksasi<br />
Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada system otonom sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan-ansietas-nyeri. Tindakan dapat dilakukan dengan menghitung terbalik, bernyanyi, bercerita, sentuhan terapeutik, akupresur, hipnoterapi, imajinasi terbimbing, dan terapi music.<br />
Massage<br />
Massage yang lebih mudah diingat dan menarik perhatian adalah yang dilakukan orang lain. Tindakan massage diduga untuk menutup “gerbang” guna mencegah diterimanya stimulus nyeri, sentuhan terapeutik akan meningkatkan pengendalian nyeri (Glick, 1993). Dianjurkan massage selama persalinan bersifat terus menerus.<br />
<br />
Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan<br />
<br />
Tujuan <br />
<br />
setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan ibu tidak mengalami keletihan dengan kriteria evaluasi: nadi:60-80x/menit(saat tidak ada his), ibu menyatakan masih memiliki cukup tenaga<br />
<br />
Intervensi<br />
<br />
Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah<br />
Rasional: nadi dan tekanan darah dapat menjadi indicator terhadap status hidrasi dan energy ibu.<br />
Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi<br />
Rasional: mengurangi bertambahnya keletihan dan menghemat energy yang dibutuhkan untuk persalinan<br />
Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu<br />
Rasional: dukungan emosional khususnya dari orang – orang yang berarti bagi ibu dapat memberikan kekuatan dan motivasi bagi ibu<br />
Sarankan keluarga untuk menawarkan dan memberikan minuman atau makanan kepada ibu<br />
Rasional: makanan dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi yang memperlambat kontraksi atau kontraksi tidak teratur.<br />
<br />
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya informasi yang dimiliki ibu<br />
<br />
Tujuan <br />
<br />
setelah diberikan tindakan keperawatan selama … diharapakan ibu dapat memahami proses persalinan dengan kriteria evaluasi : ibu menyatakan dapat menerima penjelasan perawat, ibu kooperatif<br />
<br />
Intervensi <br />
<br />
Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima informasi<br />
Rasional: untuk mengefektifkan penjelasan yang akan diberikan<br />
Menjelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu<br />
Rasional: untuk memberikan informasi kepada ibu dengan harapan terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan psikomotor dari ibu sehingga ibu kooperatif<br />
Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan<br />
Rasional: memberikan gambaran pada ibu tentang persalinan yang sedang dijalani, mengurangi cemas dengan harapan keadaan psikologis ibu tenang yang dapat mempengaruhi intensitas his<br />
Memberi pujian atas sikap kooperatif ibu<br />
Rasional: pujian dapat meningkatkan harga diri serta dapat menjadi motivasi untuk melakukannya lagi<br />
<br />
Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan<br />
<br />
Tujuan<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria evaluasi : tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan napas dalam, ibu melaporkan cemas berkurang, TD stabil.<br />
Intervensi<br />
<br />
Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan<br />
R/ pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan meningkatkan kemajuan persalinan<br />
Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak, latar belakang budaya dan peran orang terdekat<br />
R/ memberikan informasi dasar, ansietas memperberat persepsi nyeri, mempengaruhi penggunaan teknik koping dan menstimulasi pelepasan aldosteron yang dapat meningkatkan resospsi natrium dan air<br />
Pantau TTV sesuai indikasi<br />
R/ stres mengaktifkan sistem adrenokortikal hipofisis-hipotalamik, yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan eksresi kalium. Resorpsi natrium dan air dapat memperberat perkembangan toksemia intapartal/hipertensi, kehilangan kalium dapat memperberat penurunan aktivitas miometrik.<br />
Pantau pola kontraksi uterus, laporkan disfungsi persalinan<br />
R/ pola kontraksi hipertonik atau hipotonik dapat terjadi bila stres menetap dan memperpanjang pelepasan katekolamin<br />
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut<br />
R/ stres, rasa takut dan ansietas mempunyai efek yang dalam pada proses persalinan, sering memperlama fase pertama karena penggunaan cadangan glukosa ; menyebabkan kelebihan epinefrin yang dilepaskan dari stimulasi adrenal, yang menghambat aktivitas miometrial ; dan meningkatkan kadar norepinefrin yang cendrung meningkatkan aktivitas uterus.<br />
Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan kenyamanan<br />
R/ menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas; memberikan strategi koping<br />
Implementasi<br />
Sesuai dengan rencana intervensi<br />
Evaluasi<br />
Sesuai dengan respon masing-masing klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi.<br />
<br />
KALA II<br />
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan :<br />
Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi<br />
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.<br />
Perineum terlihat menonjol<br />
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka<br />
Peningkatan pengeluaran lender dan darah<br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
Aktivitas /istirahat<br />
<br />
adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan sendiri/ relaksasi.<br />
Letargi.<br />
Lingkaran hitam di bawah mata.<br />
<br />
Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi.<br />
Integritas Ego<br />
<br />
Respon emosional dapat meningkat.<br />
Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat ini klien terlibat mengejan secara aktif<br />
<br />
Eleminasi<br />
<br />
Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan tekanan uterus.<br />
Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.<br />
Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine dikeluarkan selama upaya mendorong.<br />
<br />
Nyeri/ Ketidak nyamanan<br />
<br />
Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.<br />
Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.<br />
Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.<br />
Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.<br />
Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan berakhir 60-90 dtk.<br />
Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi dalam kelas kelahiran anak.<br />
<br />
Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.<br />
<br />
Keamanan<br />
<br />
Diaforesis sering terjadi.<br />
Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi<br />
<br />
Sexualitas<br />
<br />
Serviks dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.<br />
Peningkatan penampakan perdarahan vagina.<br />
Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.<br />
Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.<br />
Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.<br />
Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada presentasi vertex<br />
<br />
<br />
Diagnosa Keperawatan<br />
<br />
Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi , dilatasi/ peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin intense<br />
Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena, perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.<br />
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan, pola kotraksi hipertonik, janin besar.<br />
Resiko terhadap kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta, persalinan yang lama, hiperventilasi maternal.<br />
Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan masukan , perpindahan cairan.<br />
Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban<br />
<br />
Perencanaan<br />
<br />
Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan,kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif<br />
<br />
Tujuan <br />
<br />
Setelah diberikan askep selama … diharapkan klien dapat<br />
mengontrol rasa nyeri dengan criteria evaluasi :<br />
- Mengungkapkan penurunan nyeri<br />
- Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahan kan control.nyeri.<br />
- Istirahat diantara kontraksi<br />
<br />
Intervensi <br />
Mandiri :<br />
Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.<br />
R/ Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang tepat.<br />
Beri tindakan kenyamanan seperti : perawatan mulut, perawatan / masase perineal, linen yang bersih dan kering, lingkungan yang sejuk, kain yang sejuk dan lembab pada wajah dan leher ,kompres hangat pada perineum, abdomen atau punggung.<br />
R/ Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisik, memungkinkan klien fokus pada persalinan, menurunkan kebutuhan analgesia dan anastesi.<br />
Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.<br />
R/ Memberikan informasi tentangkemajuan kontinu, membantu identifikasi pola kontraksi abnormal<br />
Berikan dukungan dan informasi yang berhubungan dengan persalinan.<br />
R/ Informasi tentang perkiraan kelahiran menguatkan upaya yang telah dilakukan berarti.<br />
Anjurkan klien untuk mengatur upaya untuk mengejan.<br />
R/ Upaya mengejan spontan yang tidak terus menerus menghindari efeknegatif berkenaandenganpenurunan kadar oksigen ibu dan janin.<br />
Bantu ibu untuk memilih posisi optimal untuk mengejan<br />
R/ Posisi yang tepat dengan relaksasi memudahkan kemajuan persalinan<br />
Kolaborasi <br />
<br />
Kaji pemenuhan kandung kemih, kateterisasi bila terlihat distensi.<br />
R/ Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin, menurunkan resiko trauma kantung kencing.<br />
Dukung dan posisikan blok sadel / anastesi spinal, local sesuai indikasi.<br />
R/ Posisi yang tepat menjamin penempatan yang tepat dari obat-obatan dan mencegah komplikasi.<br />
<br />
Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,<br />
perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi perubahan curah jantung dan perubahan tahanan vaskuler sistemik dengan criteria evaluasi<br />
- Tanda- tanda vital dalam batas normal<br />
- Djj dan variabilitas dalam batas normal.<br />
Intervensi <br />
Mandiri<br />
Pantau TD dan nadi setiap 5-15 mnt, perhatikan jumlah dan konsentrasi haluaran urine, tes terhadap albuminuria.<br />
R/ Peningkatan curah jantung 30-50% mempengaruhi kontraksi uterus<br />
Anjurkan klien untuk inhalahi dan ekshalasi selama upaya mengejan menggunakan tehnik glottis terbukaan.<br />
R/ Valsava manuver yang lama dan berulang terjadi bila pasien menahan nafas saat mendorong terhadap glottis yang tertutup.yang dapat mengganggu aliran balik vena.<br />
Pantau DJJ setelah setiap kontraksi atau upaya mengejan.<br />
R/ Mendeteksi bradikardi pada janin dan hipoksia .<br />
Anjurkan klien memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi.<br />
R/ Posisi persalinan yang baik mempertahankan aliran balik vena dan mencegah hipotensi.<br />
Pantau TD dan nadi segara setelah pemberian anastesi sampai klien stabil.<br />
R/ Hipotensi adalah reaksi merugikan paling umum pada blok epidural lumbal atau subaraknoid memperlambat aliran balik vena dan menurunkan curah jantung<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Atur infus intra vena sesuai indikasi, pantau pembrian oksitosin dan turunkan kecepatan bila perlu.<br />
R/ Jalur IV harus tersedia pada kasus perlunya memperbaiki hipotensi atau menaikkan obat kedaruratan.<br />
<br />
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan, pola kotraksi hipertonik, janin besar.<br />
<br />
Tujuan <br />
setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi kerusakan kulit/ jaringan dengan kriteria evaluasi :<br />
- Otot-otot perineal rileks selama upaya mengedan<br />
- Bebas dari laserasi yang dapat dicegah<br />
Intervensi <br />
Mandiri <br />
Bantu klien dengan posisi tepat, pernapasan, dan upaya untuk rileks.<br />
R/ Dengan posisi yang tepat, pernafasan yang baik membantu meningkatkan peregangan bertahap dari perineal dan jaringan vagina dan mencegah terjadinya trauma atau laserasi serviks<br />
Tempatkan klien pada posisi Sim lateral kiri untuk melahirkan bila nyaman.<br />
R/ Posisi Sim lateral kiri menurunkan ketegangan perineal ,meningkatkan peregangan bertahap, dan menurunkan perlunya episiotomy<br />
Bantu klien mengangkat kaki secara simultan, hindari tekanan pada poplitea,sokong telapak kaki.<br />
R/ Menurunkan regangan otot mencegah tekanan pada betis,dan ruang poplitea yang dapat menyebabkan tromboplebitis pasca partum.<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Kaji kepenuhan kandung kencing<br />
R/ Menurunkan terauma kandung kemih dari bagian presentasi.<br />
Bantu sesuai kebutuhan dengan manufer tangan , berikan tekanan pada dagu janin melalui perineum ibu saat tekanan pengeluaran pada oksiputdengan tangan lain.<br />
R/ Memungkinkan melahirkan lambat saat kepala bayi telah distensidi perineum 5cm sehingga menurunkan trauma pada jaringan ibu.<br />
Bantu dengan episiotomy garis tengan atau mediolateral k/p.<br />
R/ Episiotomy dapat mencegah robekan perineum pada kasus bayi besar, persalinan cepat,dan ketidak cukupan relaksasi perineal.<br />
<br />
Risiko terhadap kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan perfusi plasenta, persalinan yang lama, hiperventilasi maternal.<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas,pada janin dengan kriteria evaluasi :<br />
- Bebas dari variable atau deselerasi lanjut dengan DJJ dalam batas normal.<br />
- Pada klien mempertahankan control pola pernafasan.<br />
- Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik vena/ sirkulasi plasenta.<br />
Intervensi <br />
<br />
Kaji stasion janin , presentasi, dan posisi.<br />
R/ Selama persalinan tahap II , janin palin rentan bradikardia dan hipoksia yang dihubungkan dengan stimulasi vegal selama kompresi kepala.<br />
Posisikan klien pada rekumben lateral atau posisi tegak, atau miring dari sisi ke sisi sesuai indikasi.<br />
R/ Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah sindroma hipotensi supine , meningkatkan oksigenasi janin dan memperbaiki pola DJJ.<br />
Hindari menempatkan klien pada posisi dorsal rekumben.<br />
R/ Menimbulkan hipoksia dan asidosis janin, menurunkan variabilitas dan sirkulasi plasenta.<br />
Kaji pola pernafasan klien<br />
R/ Mengindentifikasi pola pernafasan yang tidak efektif yang dapat menyebabkan asidosis.<br />
Kaji DJJ dengan fetoskop atau monitor janin selama atau setiap kontrasi.<br />
R/ Deselerasi dini karena stimulasi vegal dari kompresi kepala harus kembali pada pola dasar diantara kontraksi.<br />
<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Lakukan pemeriksaan vagina steril ,rasakan prolaps.<br />
R/ Peninggian verteks membantu membebaskan tali pusat, yang dapat ditekan diantara bagian presentasi jalan lahir.<br />
Siapkan untuk intervensi bedah bila kelahiran pervaginam atau forcep rendah tidak memungkinkan dengan segera setelah kira-kira 30 mnt dan pH janin <7,20
R/ Cara kelahiran yang paling cepat harus diimplementasikan bila janin mengalami hipoksia atau asidosis berat.
Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan masukan , perpindahan cairan.
Tujuan
Setelah diberikan askep selama…diharapkan volume cairan dapat terpenuhi dengan kriteria eveluasi :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
- Haluaran urine adekuat
- Membrane mukosa lembab.
Intervensi
Mandiri
Ukur masukan dan haluaran , dan berat jenis urine.
R/ Pada dehidrasi haluaran urine menurun, beratjenis urine menurun.
Kaji turgor kulit, dan produksi mucus.
R/ Turgor kulit yang menurun dan penurunan poduksi mucus menandakan adanya dehidrasi.
Pantau suhu sesuai indikasi.
R/ Peningkatan suhu dan nadi dapat menandakan dehidrasi atau infeksi.
Lepaskan pakaian yang berlebihan, pertahankan lingkugan sejuk, lindungi dari menggigil.
R/ Menyejukkan tubuh dari evaporasi dapat menurunkan kehilangan diaforetik.Tremor otot yang dihubungkan dengan menggigil meningkatkan suhu tubuh dan ketidaknyamanan secara umum menimbulkan perubahan pada keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kolaborasi
Berikan cairan per oral (menyesap cairan jernih atau es batu), atau secara parenteral
R/ Menggantikan kehilangan cairan.Larutan seperti RL membantu memperbaiki
Risiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan, pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
Tujuan
Setelah diberikan askep selama… diharapkan tidak terjadi infeksi dengan kriteria evaluasi
- Tidak ditemukan tanda-tanda adanya infeksi.
Intervensi
Mandiri
Lakukan perawatan parienal setiap 4 jam.
R/ Membantu meningkatkan kebersihan , mencegah terjadinya infeksi uterus asenden dan kemungkinan sepsis.ah kliendan janin rentan pada infeksi saluran asenden dan kemungkinan sepsis.
Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
R/ Dalam 4 jam setelah ketuban pecah akan terjadi infeksi .
Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu, dengan menggunakan tehnik aseptik
R/ Pemeriksaan vagina berulang meningkatkan resiko infeksi endometrial.
Pantau suhu, nadi dan sel darah putih.
R/ Peningkatan suhu atau nadi > 100 dpm dapat menandakan infeksi.<br />
Gunakan tehnik asepsis bedah pada persiapan peralatan.<br />
R/ Menurunkan resiko kontaminasi.<br />
Kolaborasi <br />
<br />
Berikan antibiotik sesuai indikasi<br />
R/ Digunakan dengan kewaspadaan karena pemakaian antibiotic dapat merangsang pertumbuhan yang berlebih dari organisme resisten<br />
Implementasi<br />
Sesuai dengan rencana intervensi<br />
Evaluasi<br />
Sesuai dengan respon masing-masing klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi.<br />
<br />
KALA III<br />
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.<br />
Fisiologi kala tiga<br />
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba – tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.<br />
Tanda – tanda lepasnya plasenta<br />
<br />
Perubahan ukuran dan bentuk uterus<br />
Tali pusat memanjang<br />
Semburan darah tiba – tiba<br />
<br />
Kala III terdiri dari 2 fase :<br />
<br />
Fase pelepasan uri<br />
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :<br />
Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi. Yang lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula-mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya tidak ada sebelum uri lahir.<br />
Duncan: lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta.<br />
<br />
Fase pengeluaran uri<br />
<br />
Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis. Tali pusat diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas.<br />
Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya belum lepas. Diam atau turun artinya lepas.<br />
Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas. <br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
Aktivitas/istirahat<br />
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.<br />
Sirkulasi<br />
<br />
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke tingkat normal dengan cepat.<br />
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.<br />
Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.<br />
<br />
Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.<br />
<br />
Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.<br />
<br />
<br />
Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.<br />
<br />
Pemeriksaan fisik<br />
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh), status mental klien.<br />
Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah melahirkan plasenta.<br />
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun sesudah pengeluaran plasenta.<br />
<br />
Diagnosa keperawatan<br />
<br />
Risiko kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral, muntah, diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.<br />
Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan dengan plasenta.<br />
Perubahan proses keluarga b/d terjadinya transisi (penambahan anggota keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran/tanggung jawab).<br />
Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.<br />
Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.<br />
<br />
Perencanaan<br />
<br />
Risiko kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral, muntah, diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan dengan kriteria evaluasi :<br />
- Tanda vital dalam batas normal.<br />
- Kontraksi uterus baik.<br />
- Input dan output seimbang<br />
Intervensi <br />
Mandiri<br />
Instruksikan klien untuk mendorong pada kontraksi. Bantu mengarahkan perhatiannya untuk mengejan.<br />
R/ Perhatikan klien secara alami pada bayi baru lahir, selain itu keletihan dapat mempengaruhi upaya individu dan ia memerlukan bantuan dalam mengarahkan pelepasan plasenta. Mengejan membantu pelepasan dan pengeluaran, menurunkan kehilangan darah, dan meningkatkan kontraksi uterus.<br />
Kaji tanda vital sebelum dan setelah pemberian oksitosin.<br />
R/ Efek samping oksitosin yang diberikan adalah hipertensi<br />
Palpasi uterus. Perhatikan ballooning.<br />
R/ Menunjukkan relaksasi uterus dengan perdarahan ke dalam rongga uterus.<br />
Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan berlebihan atau syok. Misal perhatikan tanda vital, perabaan kulit.<br />
R/ Hemoragi dihubungkan dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat dimanifestasikan oleh peningkatan nadi, penurunan tekanan darah, sianosis, disorientasi, peka rangsang dan penurunan kesadaran.<br />
Tempatkan bayi di payudara klien bila ia merencanakan untuk memberi ASI.<br />
R/ Penghisapan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisi posterior, meningkatkan kontraksi miometrik dan menurukan kehilangan darah.<br />
Masase uterus dengan perlahan setelah pengeluaran plasenta.<br />
R/ Miometrium berkontraksi sebagai respon terhadap rangsang taktil lembut, karenanyan menurunkan aliran lokhea dan menunjukkan bekuan darah.<br />
<br />
Catat waktu dan pelepasan plasenta, missal mekanisme Duncan VS Schulze.<br />
R/ Pelepasan harus terjadi dalam 5 menit setelah kelahiran. Kegagalan untuk lepas memerlukan pelepasan manual. Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas dan lebih banyak waktu dimana miometrium tetap rileks, lebih banyak darah hilang.<br />
Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersi tali pusat, keutuhan, perubahan vaskular berkenaan dengan penuaan dan kalsifikasi (yang mungkin meninggalkan abrupsi).<br />
R/ Membantu mendeteksi abnormalitas yang mungkin berdampak pada keadaan ibu atau bayi baru lahir, jaringan plasenta yang tertahanmenimbulkan infeksi pasca partum dan hemoragi segera atau lambat.<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Hindari menarik tali pusat secara berlebihan<br />
R/ Kekuatan dapat menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta, meningkatkan kehilangan darah.<br />
Berikan cairan melalui rute parenteral.<br />
R/ Membantu memperbaiki volume sirkulasi dan oksigenasi dari organ vital.<br />
Berikan oksitosin melalui IM atau drip diencerkan dalam larutan elektrolit.<br />
R/ Meningkatkan efek vasokonstriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pasca partum<br />
Dapatkan dan catat informasi yang berhubungan dengan inspeksi jalan lahir terhadap laserasi. Bantu dengan perbaikan serviks, vagina, dan luasnya episiotomi.<br />
R/ Laserasi menimbulkan kehilangan darah; dapat menimbulkan hemoragi.<br />
Bantu sesuai kebutuhan dengan pengangkatan plasenta secara manual di bawah anastesi umum dan kondisi steril.<br />
R/ Intervensi manual perlu memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan hemoragi.<br />
Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan dengan plasenta.<br />
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak terjadi cedera maternal dengan kriteria evaluasi :<br />
-Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.<br />
- Kesadaran pasien bagus.<br />
Intervensi <br />
Mandiri<br />
Palpasi fundus uteri dan masase perlahan.<br />
R/ Memudahkan pelepasan plasenta.<br />
Masase fundus secara perlahan setelah pengeluaran plasenta.<br />
R/ Menghindari rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.<br />
Kaji irama pernapasan dan pengembangan.<br />
R/ Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada berupa emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli paru.<br />
Bersihkan vulva dan perineum dengan air larutan antiseptik, berikan pembalut perineal steril.<br />
R/ Menghilangkan kemungkinan kontaminan yang dapat mengakibatkan infesi saluran asenden selama periode pasca partum.<br />
Rendahkan kaki klien secara simultan dari pijakan kaki.<br />
R/ Membantu menghindari regangan otot.<br />
Kaji perilaku klien, perhatikan perubahan SSP.<br />
R/ Peningkatan tekanan intrakranial selama mendorong dan peningkatan curah jantung yang cepat membuat klien dengan aneurisme serebral sebelumnya berisiko terhadap ruptur.<br />
Dapatkan sampel darah tali pusat untuk menetukan golongan darah.<br />
R/ Bila bayi Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima imunisasi dengan imun globulin Rh (Rh-Ig) pada pasca partum.<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Gunakan bantuan ventilator bila diperlukan.<br />
R/ Kegagalan pernapasan dapat terjadi mengikuti emboli amnion atau pulmoner.<br />
Berikan oksitosin IV, posisikan kembali uterus di bawah pengaruh anastesi dan berikan ergonovin maleat (ergotrat) setelah penemapatan uterus kembali. Bantu dengan tampon sesuai dengan indikasi.<br />
R/ Meningkatkan kontraktilitas miometrium uterus.<br />
Berikan antibiotik profilatik.<br />
R/ Membatasi potensial infeksi endometrial.<br />
Perubahan proses keluarga b/d terjadinya transisi (penambahan anggota keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran/tanggung jawab).<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … tidak terjadi perubahan proses dalam keluarga dengan kriteria evaluasi :<br />
- Klien atau keluarga mendemonstrasikan perilaku yang menandakan kesiapan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengenalan bila ibu dan bayi secara fisik stabil<br />
Intervensi <br />
Mandiri<br />
Fasilitasi interaksi antara klien dan bayi baru lahir sesegera mungkin setelah melahirkan.<br />
R/ Membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di antara anggota-anggota keluarga ibu dan bayi mempunyai periode yang sangat sensitive pada waktu dimana kemampuan interaksi ditingkatkan.<br />
Berikan klien dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.<br />
R/ Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan. Ayah juga lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan emosi lebih kuat bila mereka secara aktif terlibat dengan bayi.<br />
Tunda penetesan salep profilaksis mata sampai klien/pasangan dan bayi telah berinteraksi.<br />
R/ Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orang tua dan secara aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan oleh obat.<br />
Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria evaluasi : <br />
- Menyatakan nyeri berkurang dengan skala (0-3).<br />
- Wajah tampak tenang.<br />
- Wajah tampak tidak meringis.<br />
Intervensi <br />
Mandiri <br />
Bantu dengan teknik pernapasan selama perbaikan pembedahan bila tepat.<br />
R/ Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi.<br />
Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.<br />
R/ Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema dan memberikan kenyamanan dan anastesi lokal.<br />
Ganti pakaian dan linen basah.<br />
R/ Meningkatkan kenyamanan, hangat, dan kebersihan.<br />
Berikan selimut hangat.<br />
R/ Tremor/menggigil pada pasca melahirkan mungkin karena hilangnya tekanan secara tiba-tiba pada saraf pelvis atau kemungkinana dihubungkan dengan tranfusi janin ke ibu yang terjadi pada pelepasan plasenta.<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Bantu dalam perbaikan episiotomi bila perlu.<br />
R/ Penyambungan tepi-tepi memudahkan penyembuhan.<br />
Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan tidak<br />
terjadi infeksi dengan kriteria evaluasi :<br />
- Tanda vital stabil.<br />
- Nilai lab (WBC) dalam batas normal.<br />
Intervensi <br />
Mandiri<br />
Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam. Ganti linen/pembalut sesuai kebutuhan.<br />
R/ Membantu meningkatkan kebersihan, mencegah kontaminasi bakteri, mencegah infeksi.<br />
Pantau suhu, nadi, tekanan darah, dan WBC sesuai indikasi.<br />
R/ Peningkatan suhu, nadi, dapat menandakan infeksi.<br />
Gunakan teknik aseptik pada persiapan peralatan.<br />
R/ Menurunkan risiko kontaminasi.<br />
Berikan pengertian kepada keluarga untuk membatasi jumlah pengunjung.<br />
R/ Menurunkan risiko infeksi karena kontaminasi silang.<br />
Kolaborasi<br />
<br />
Berikan antibiotik sesuai indikasi.<br />
R/ Penanganan terhadap infeksi.<br />
Implementasi<br />
Sesuai dengan rencana intervensi<br />
Evaluasi<br />
Sesuai dengan respon masing-masing klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi.<br />
<br />
KALA IV<br />
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan, antara lain :<br />
Tingkat kesadaran ibu<br />
Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan<br />
Kontraksi uterus<br />
Terjadinya perdarahan<br />
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc<br />
<br />
Pengkajian<br />
<br />
Aktivitas / Istirahat<br />
Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk<br />
Sirkulasi<br />
<br />
Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena hipersensitivitas vagal<br />
TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia / anastesia, atau meningkat pada respon terhadap pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan<br />
Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada ekstremitas bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada kehamilan)<br />
Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400 – 500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria<br />
<br />
Integritas Ego<br />
<br />
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal : eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan), atau kecewa<br />
Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada neonatal.<br />
<br />
Eleminasi<br />
<br />
Hemoroid sering ada dan menonjol<br />
Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang<br />
Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan selama persalinan dan kelahiran.<br />
<br />
Makanan / Cairan<br />
Dapat mengeluh haus, lapar, mual<br />
Neurosensori<br />
Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya dan menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes mellitus, remaja, atau pasien primipara)<br />
Nyeri / Ketidaknyamanan<br />
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor dengan “menggigil”<br />
Keamanan<br />
<br />
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)<br />
Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat<br />
<br />
Seksualitas<br />
<br />
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus<br />
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya beberapa bekuan kecil<br />
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas<br />
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara<br />
Payudara lunak dengan puting tegang<br />
<br />
Diagnosa keperawatan<br />
Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek – efek hipertensi saat kehamilan)<br />
Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas<br />
Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota keluarga<br />
PK Perdarahan<br />
<br />
Perencanaan <br />
<br />
Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek-efek hipertensi saat kehamilan)<br />
<br />
Tujuan<br />
Setelah diberikan askep selama … diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan<br />
Kriteria evaluasi :<br />
- TTV dalam batas normal<br />
- Kontraksi uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak ada bekuan<br />
- Menunjukkan perbaikan episiotomi, luka kering, dan utuh<br />
Intervensi <br />
<br />
Tempatkan pasien pada posisi rekumben<br />
Rasional : Mengoptimalkan aliran darah serebral dan memudahkan pematauan fundus dan aliran vaginal<br />
Kaji jenis persalinan dan anastesia, kehilangan darah pada persalinan dan lama persalinan tahap II<br />
Rasional : Kaji manipulasi uterus atau masalah-masalah dengan pelepasan plasenta dapat menimbulkan kehilangan darah<br />
Catat lokasi dan konsistensi fundus setiap 15 menit<br />
Rasional : Aktivitas miometri uterus menimbulkan hemostasis dengan menekan pembuluh darah endometrial. Fundus harus keras dan terletak di umbilikus. Perubahan posisi dapat menandakan kandung kemih penuh, tertahannya bekuan darah atau relaksasi uterus<br />
Observasi jumlah, warna darah yang keluar dari uterus setiap 15 menit<br />
Rasional : Membantu mengidentifikasi laserasi yang potensial terjadi pada vagina dan servik yang dapat mengakibatkan aliran berlebihan dan merah terang. Atonia uteri dapat meningkatkan aliran lokhea.<br />
Kaji penyebab perdarahan<br />
Rasional : Untuk dapat melakukan intervensi, apakah perlu histerektomi karena ruptur uteri, apakah perlu oksitosin dan sebagainya.<br />
Kaji TTV (nadi, TD) setiap 15 menit<br />
Rasional : Perpindahan cairan dan darah ke dasar vena, penurunan sedang diastolik dan sistolik TD dan takikardia dapat terjadi. Perubahan yang lebih nyata dapat terjadi pada respon terhadap magnesium sulfat, atau syok atau ditingkatkan dalam respon terhadap oksitosin. Bradikardia dapat terjadi secara normal pada respon terhadap peningkatan curah jantung dan peningkatan isi sekuncup dan hipersensitif vagal setelah kelahiran. Takikardia lanjut dapat disertai syok.<br />
Kaji intake dan output cairan<br />
Rasional : Untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar, dan untuk menentukan jumlah cairan yang harus diberikan, bila perdarahan berlebihan<br />
Beri pasien cairan dan elektrolit peroral jika memungkinkan<br />
Rasional : Untuk mengganti cairan intravaskuler yang hilang karena perdarahan<br />
Kolaborasi <br />
<br />
Periksa Hb, Ht pada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan segera<br />
Rasional : membantu memperkirakan jumlah kehilangan darah<br />
Pasang infus IV larutan isotonik<br />
Rasional : meningkatkan volume darah dan menyediakan vena terbuka untuk pemberian obat-obatan darurat<br />
Berikan preparat oksitosin atau preparat ergometrin, tingkatkan kecepatan infus oksitosin intravena bila perdarahan uterus menetap<br />
Rasional : merangsang kontraktilitas miometrium, menutup pembuluh darah yang terpajan pada sisi bekas plasenta dan menurunkan kehilangan darah<br />
Cek jumlah trombosit, kadar fibrinogen, dan produk fibrin split, masa protrombin, dan masa tromboplastin<br />
Rasional : perubahan dapat menunjukkan terjadinya kelainan koagulasi<br />
Gantikan kehilangan cairan dengan plasma atau darah lengkap sesuai indikasi<br />
Rasional : Penggantian cairan yang hilang diperlukan untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah syok<br />
Bantu dalam persiapan dilatasi dan kuretase, laparotomi, evakuasi hematoma, perbaiki laserasi jalan lahir, histerektomi<br />
Rasional : Bila perdarahan tidak berespon terhadap tindakan konservatif / pemberian oksitosin, pembedahan dapat diindikasikan<br />
<br />
Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang<br />
Kriteria Evaluasi :<br />
- Pasien melaporkan nyeri berkurang<br />
- Menunjukkan postur dan ekspresi wajah rileks<br />
- Pasien merasakan nyeri berkurang pada skala nyeri (0-2)<br />
Intervensi <br />
<br />
Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan, jenis melahirkan, sifat kejadian intrapartal, lama persalinan, dan pemberian anastesia atau analgesia<br />
Rasional : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat ketidaknyamanan nyeri<br />
Berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode pascapartum<br />
Rasional : Informasi dapat mengurangi ansietas berkenaan rasa takut tentang ketidaktahuan, yang dapat memperberat persepsi nyeri<br />
Inspeksi perbaikan episiotomi atau laserasi. Evaluasi penyatuan perbaikan luka, perhatikan adanya edema, hemoroid<br />
Rasional : Trauma dan edema meningkatkan derajat ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan stress pada garis jahitan<br />
Berikan kompres es<br />
Rasional : Es memberikan anastesia lokal, meningkatkan vasokontriksi dan menurunkan pembentukan edema<br />
Lakukan tindakan kenyamanan (misalnya : perawatan mulut, mandi sebagian, linen bersih dan kering, perawatan perineal periodik)<br />
Rasional : Meningkatkan kenyamanan, perasaan bersih<br />
Masase uterus dengan perlahan sesuai indikasi. Catat adanya faktor-faktor yang memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain<br />
Rasional : Masase perlahan meningkatkan kontraktilitas tetapi tidak seharusnya menyebabkan ketidaknyamanan berlebihan. Multipara, distensi uterus berlebihan, rangsangan oksitosin dan menyusui meningkatkan derajat after pain berkenaan dengan kontraksi miometrium<br />
Anjurkan penggunaan teknik pernafasan / relaksasi<br />
Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya ketidaknyamanan berkenaan dengan afterpain (kontraksi) dan masase fundus<br />
Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan pasien istirahat<br />
Rasional : Persalinan dan kelahiran merupakan proses yang melelahkan. Dengan ketenangan dan istirahat dapat mencegah kelelahan yang tidak perlu<br />
Kolaborasi <br />
Pemberian analgesik sesuai kebutuhan<br />
Rasional : Analgesik bekerja pada pusat otak, yaitu dengan menghambat prostaglandin yang merangsang timbulnya nyeri<br />
<br />
Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota keluarga<br />
<br />
Tujuan <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … diharapkan keluarga dapat menerima kehadiran anggota keluarga yang baru<br />
Kriteria Evaluasi :<br />
-Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan<br />
-Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dengan anak<br />
Intervensi <br />
<br />
Anjurkan pasien untuk menggendong, menyentuh, dan memeriksa bayi<br />
Rasional : Jam-jam pertama setelah kelahiran memberikan kesemaptan untuk terjadinya ikatan keluarga, karena ibu dan bayi secara emosional saling menerima isyarat yang menimbulkan kedekatan dan penerimaan<br />
<br />
Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisi<br />
Rasional : Membantu memfasilitasi ikatan / kedekatan di antara ayah dan bayi. Ayah yang secara aktif berpartisipasi dalam proses kelahiran dan aktivitas interaksi pertama dari bayi, secara umum menyatakan perasaan ikatan khusus pada bayi<br />
Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus<br />
Rasional : Kontak mata dengan mata, penggunaan posisi menghadap wajah, berbicara dengan suara tinggi dan menggendong bayi dihubungkan dengan kedekatan antara ibu dan bayi<br />
Catat pengungkapan / perilaku yang menunjukkan kekecewaan atau kurang minat / kedekatan<br />
Rasional : Datangnya anggota keluarga baru, bahkan sekalipun sudah diinginkan menciptakan periode disekulibrium sementara, memerlukan penggabungan anak baru ke dalam keluarga yang ada.<br />
Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode pemulihan bila diinginkan oleh pasien dan dimungkinkan oleh kondisi ibu / neonatus dan lingkungan<br />
Rasional : Meningkatkan unit keluarga, dan membantu sibling untuk memulai proses adaptasi positif pada peran baru dan masuknya anggota baru dalam struktur keluarga.<br />
Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan pasien dan keyakinan / praktik budaya<br />
Rasional : Kontak awal mempunyai efek positif pada durasi pemberian ASI, kontak kulit dengan kulit, dan mulainya tugas ibu meningkatkan ikatan<br />
Berikan informasi mengenai perawatan segera pasca kelahiran<br />
Rasional : Informasi menghilangkan ansietas yang mungkin mengganggu ikatan atau hasil dari “self absorption” lebih dari perhatian pada bayi baru lahir<br />
Implementasi<br />
Sesuai rencana intervensi<br />
Evaluasi<br />
Sesuai dengan respon masing-masing klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan dihubungkan dengan tujuan intervensi dan kriteria evaluasi<br />
<br />
PENYIMPANGAN KDM<br />
KALA I<br />
Proses Persalinan<br />
Kontraksi uterus prevaginam <br />
Penurunan bagian bawah janin in adekuat Penyempitan<br />
Penekanan pada serviks plasenta<br />
Dilatasi serviks <br />
Peregangan otot polos<br />
Menekan ujung saraf sensorik dan simpatis Penurunan O2<br />
Proses transmisi impuls nyeri korteks serebri Plasenta <br />
Nyeri <br />
Proses kala I lama Gangguan<br />
Penggunaan Kurang pengetahuan pertukaran gas pada <br />
energi meningkat Kekhawatiran pada bayi janin<br />
Metabolisme meningkat Kecemasan<br />
Intake menurun<br />
Kelelahan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
KALA II<br />
Proses Persalinan<br />
Kontraksi uterus prevaginam <br />
bagian bawah janin in adekuat<br />
Penekanan pada serviks <br />
Dilatasi serviks <br />
Peregangan otot polos<br />
Pembukaan lengkap <br />
Kontraksi uterus kuat dan terkordinasi <br />
Doran kekuatan,perjo luka <br />
Nyeri metabolisme Persalinan yg lama, Kompresi mekanis <br />
Intake kepala/ tali pusat,penurunan perfusi plasenta Prosedur <br />
Cairan in adekuat Resiko terhadap kerusakan infasif<br />
Resiko kekurangan Pengeluran pertukaran gas pada janin berulang<br />
Volume cairan bayi trauma<br />
jaringan<br />
Resiko kerusakan integritas kulit Resiko infeksi maternal <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
KALA III Proses Persalinan <br />
Kontraksi uterus prevaginam <br />
bagian bawah janin in adekuat<br />
Penekanan pada serviks <br />
Dilatasi serviks <br />
Peregangan otot polos<br />
Pembukaan lengkap <br />
Kontraksi kuat dan terkordinasi <br />
Doran kekuatan dan prjo luka Resiko cedra( maternal) <br />
Pengeluaran bayi metabolisme Trauma jaringan <br />
Intake Nyeri Resiko infeksi<br />
Cairan in adekuat <br />
Resiko kekurangan Bertambahnya anggota keluarga <br />
Volume cairan Perubahan proses keluarga <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
KALA IV <br />
Proses Persalinan <br />
Kontraksi uterus prevaginam <br />
bagian bawah janin in adekuat<br />
Penekanan pada serviks <br />
Dilatasi serviks <br />
Peregangan otot polos<br />
Pembukaan lengkap <br />
Kontraksi kuat dan terkordinasi <br />
Doran kekuatan dan prjo luka PK Perdarahan<br />
Pengeluaran bayi Bertambahnya metabolisme Trauma mekanik anggota keluarga <br />
Nyeri akut <br />
Kelelahan Perubahan proses keluarga<br />
Intake cairan in adekuat<br />
<br />
KekuranganVolume cairan <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-7FKnhopb5J4/Tf8EFlLKrYI/AAAAAAAAABE/FGdgWVHw3Ks/s1600/J%25403N-eD%2B4JZ4%2528636%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-7FKnhopb5J4/Tf8EFlLKrYI/AAAAAAAAABE/FGdgWVHw3Ks/s320/J%25403N-eD%2B4JZ4%2528636%2529.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-kkjeiBmQsCY/Tf8EiAVQtpI/AAAAAAAAABM/ICQ2ZLV8BGU/s1600/STIKES%2BKARYA%2BKESEHATAN%2BKENDARI.3.JPG" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="286" width="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-kkjeiBmQsCY/Tf8EiAVQtpI/AAAAAAAAABM/ICQ2ZLV8BGU/s320/STIKES%2BKARYA%2BKESEHATAN%2BKENDARI.3.JPG" /></a></div>chovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-846775542228634755.post-55899093518904893002011-06-20T01:21:00.000-07:002011-06-20T01:21:06.909-07:00Mekanisme Pembuluh darahBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1 LATAR BELAKANG<br />
SISTEM TRANSPORTASI/ PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA<br />
Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. <br />
Alat transportasi pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh darah beredar dengan bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh darah. <br />
Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe (getah bening) dan yang diedarkan melalui pembuluh limfe. <br />
Pada hewan alat transpornya adalah cairan tubuh, dan pada hewan tingkat tinggi alat transportasinya adalah darah dan bagian-bagiannya. Alat peredaran darah adalah jantung dan pembuluh darah.<br />
Fungsi sistem ini adalah menyediakan darah untuk melayani kebutuhan sel dan jaringan, mentranspor nutrien dan oksigen ke semua sel, mentranspor produk-produk yang tidak berguna serta mentranspor hormon dari bagian tubuh satu ke bagian tubuh lainnya.<br />
<br />
<br />
<br />
Ada beberapa hal yang berperan dalam sistem peredaran darah :<br />
1. jantung yang memompa darah<br />
2. pembuluh darah sebagai ‘pipa’ penyalur darah<br />
3. saraf yang mengatur<br />
4. substansi kimia yang dapat mempengaruhi<br />
Darah diedarkan ke seluruh tubuh oleh jantung. Darah dipompakan ke semua bagian tubuh oleh kontraksi otot jantung. Jantung berkontraksi untuk memompakan darah sepanjang hidup tanpa berhenti untuk kelangsungan hidup seseorang. Berhentinya jantung adalah salah satu tanda kematian seseorang.<br />
Pembuluh darah terdiri dari arteri dan vena.<br />
• Arteri. Arteri mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Di sini darah mengalir dengan cepat dan dengan tekanan tinggi. Oleh karena itu arteri mempunyai dinding yang kuat.<br />
• Vena. Vena mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Karena tekanan di sini rendah, dinding vena tipis. Vena mempunyai kemampuan menampung darah sehingga dinding vena dapat meluas sesuai dengan kebutuhan tubuh.<br />
Untuk menyesuaikan dengan keadaan tubuh, pembuluh darah dapat melebar dan menyempit yang biasa disebut dengan dilatasi (melebar) dan konstriksi (menyempit). Hal ini dapat terjadi Karena pada lapisan dinding pembuluh darah terdapat otot yang dapat berkontraksi dan ber-relaksasi.<br />
Sistem saraf otonom mengatur pola peredaran darah. Pengaturan ini tidak dikendalikan oleh keinginan kita melainkan dapat berjalan secara otomatis sesuai dengan keadaan dan kebutuhan tubuh. Tekanan darah, kecepatan aliran darah dan jumlah denyut jantung per menit dapat diatur oleh sistem ini.<br />
Zat kimia lain seperti hormon dan beberapa obat dapat mengatur peredaran darah. Misalnya adrenalin dapat meningkatkan denyut jantung. Contoh lainnya adalah kafein dalam kopi selain merangsang saraf pusat juga dapat meningkatkan denyut jantung.<br />
Komponen dalam sistem peredaran darah adalah :<br />
1. tekanan darah<br />
2. denyut jantung<br />
3. konstriksi dan dilatasi pembuluh darah<br />
4. curah jantung<br />
5. tahanan perifer<br />
6. volume darah<br />
<br />
1.2 TUJUAN<br />
1. Memahami system peredaran darah pada manusia.<br />
2. Mengetahui perberbedaan antara pembuluh darah arteri dan vena berdasarkan kecepatan aliran darahnya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
MEKANISME PEREDARAN DARAH<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
STRUKTUR ALAT PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA<br />
Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu sendiri.<br />
A. Jantung <br />
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.<br />
<br />
Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu dua serambi (atrium) dan dua bilik (ventrikel) dan terletak di dalam rongga dada sebelah kiri di atas diafragma.<br />
<br />
Jantung terbungkus oleh kantong perikardium yang terdiri dari 2 lembar :<br />
a. Lamina panistalis di sebelah luar<br />
b. Lamina viseralis yang menempel pada dinding jantung.<br />
Jantung memiliki katup atrioventikuler (valvula bikuspidal) yang terdapat di antara serambi dan bilik jantung yang berfungsi mencegah aliran dari bilik keserambi selama sistol dan katup semilunaris (katup aorta dan pulmonalis) yang berfungsi mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke bilik selama diastole.<br />
Di dekat sel/jaringan terdapat suatu susunan kapiler yang merupakan ‘ujung’ dari arteri/vena. Di kapiler ini terjadi pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon dan bahan lainnya dari pembuluh darah ke jaringan/sel dan sebaliknya dari jaringan/sel ke pembuluh darah.<br />
Untuk menyesuaikan dengan keadaan tubuh, pembuluh darah dapat melebar dan menyempit yang biasa disebut dengan dilatasi (melebar) dan konstriksi (menyempit). Hal ini dapat terjadi Karena pada lapisan dinding pembuluh darah terdapat otot yang dapat berkontraksi dan ber-relaksasi.<br />
Sistem saraf otonom mengatur pola peredaran darah. Pengaturan ini tidak dikendalikan oleh keinginan kita melainkan dapat berjalan secara otomatis sesuai dengan keadaan dan kebutuhan tubuh. Tekanan darah, kecepatan aliran darah dan jumlah denyut jantung per menit dapat diatur oleh sistem ini.<br />
Zat kimia lain seperti hormon dan beberapa obat dapat mengatur peredaran darah. Misalnya adrenalin dapat meningkatkan denyut jantung. Contoh lainnya adalah kafein dalam kopi selain merangsang saraf pusat juga dapat meningkatkan denyut jantung.<br />
<br />
Fungsi Jantung<br />
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.<br />
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.<br />
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena besar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan.<br />
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. <br />
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. <br />
Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.<br />
Pasokan Darah ke Jantung<br />
Otot jantung (miokardium) sendiri menerima sebagian dari sejumlah volume darah yang mengalir melalui atrium dan ventrikel suatu sistem arteri dan vena (sirkulasi koroner) menyediakan darah yang kaya akan oksigen untuk miokardium dan kemudian mengembalikan darah yang tidak mengandung oksigen ke dalam atrium kanan. <br />
Arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri merupakan cabang dari aorta; vena kardiak mengalirkan darah ke dalam sinurskoroner, yang akan mengembalikan darah ke dalam atrium kanan. <br />
Sebagian besar darah mengalir ke dalam sirkulasi koroner pada saat jantung sedang mengendur diantara denyutnya (selama diastol ventrikuler).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
B. Pembuluh Darah<br />
<br />
Pembuluh darah terdiri atas arteri dan vena. Arteri berhubungan langsung dengan vena pada bagian kapiler dan venula yang dihubungkan oleh bagian endotheliumnya.<br />
Arteri dan vena terletak bersebelahan. Dinding arteri lebih tebal dari pada dinding vena. Dinding arteri dan vena mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan bagian dalam yang terdiri dari endothelium, lapisan tengah yang terdiri atas otot polos dengan serat elastis dan lapisan paling luar yang terdiri atas jaringan ikat ditambah dengan serat elastis. Cabang terkecil dari arteri dan vena disebut kapiler. Pembuluh kapiler memiliki diameter yang sangat kecil dan hanya memiliki satu lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal.<br />
Perbedaan struktur masing-masing pembuluh darah berhubungan dengan perbedaan fungsional masing-masing pembuluh darah tersebut.<br />
<br />
<br />
Pembuluh darah terbagi menjadi :<br />
a. Pembuluh darah arteri<br />
1. Tempat mengalir darah yang dipompa dari bilik<br />
2. Merupakan pembuluh yang liat dan elastic<br />
3. Tekanan pembuluh lebih kuat dari pada pembuluh balik<br />
4. Memiliki sebuah katup (valvula semilunaris) yang berada tepat di luar jantung<br />
5. Terdiri atas :<br />
a. Aorta yaitu pembuluh dari bilik kiri menuju ke seluruh tubuh<br />
b. Arteriol yaitu percabangan arteriK<br />
c. Kapiler :<br />
Diameter lebih kecil dibandingkan arteri dan vena<br />
Dindingnya terdiri atas sebuah lapisan tunggal endothelium dan sebuah membran basal<br />
6. Dindingnya terdiri atas 3 lapis yaitu:<br />
a. Lapisan bagian dalam yang terdiri atas Endothelium<br />
b. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dengan Serat elastic<br />
c. Lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat Serat elastic<br />
<br />
b. Pembuluh Balik (Vena)<br />
1. Terletak di dekat permukaan kulit sehingga mudah di kenali<br />
2. Dinding pembuluh lebih tipis dan tidak elastis.<br />
3. Tekanan pembuluh lebih lemah di bandingkan pembuluh nadi<br />
4. Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula semi lunaris) dan menjaga agar darah tak berbalik arah.<br />
5. Terdiri dari :<br />
Vena cava superior yang bertugas membawa darah dari bagian atas tubuh menuju serambi kanan jantung.<br />
Vena cava inferior yang bertugas membawa darah dari bagian bawah tubuh ke serambi kanan jantung.<br />
Vena cava pulmonalis yang bertugas membawa darah dari paru-paru ke serambi kiri jantung.<br />
<br />
c. Pembuluh darah kapiler<br />
Pembuluh darah halus, yang langsung berhubungan dengan jaringan tubuh. Pada pembuluh darah kapiler terdapat hubungan antara pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah vena. <br />
Pembuluh darah kapiler tersusun atas satu lapis sel pipih satu lapisan. Semua jaringan tubuh berhubungan langsung dengan kapiler darah, sehingga proses pertukaran menjadi lebih efisien. Pertukaran material dalam pembuluh darah kapiler ke sel terjadi melalui mekanisme difusi, dan sistem transport aktif.<br />
Aliran darah dalam kapiler lebih lambat sehingga memungkinkan proses pertukaran menjadi lebih efektif<br />
a) Venule, yaitu Pembuluh darah kapiler dari vena.<br />
b) Arteriole, yaitu Pembuluh darah kapiler dari arteri<br />
<br />
<br />
Perbedaan antara arteri dengan vena<br />
Tabel: perbedaan antara arteri dan vena<br />
No Pembeda Pembuluh darah arteri Pembuluh darah vena<br />
1 Dinding pembuluh Lebih tebal Lebih tipis<br />
2 Lumen / saluran Sempit Luas<br />
3 Katup Tidak ada Ada disepanjang pembuluh, berfungsi untuk mencegah terjadinya arus balik, sehingga arah aliran hanya ke satu arah<br />
4 Aliran darah Meninggalkan jantung Menuju jantung<br />
5 Tekanan darah Kuat Lemah<br />
6 denyutan Terasa, seirama dengan denyut jantung Tidak ada<br />
<br />
SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA<br />
<br />
<br />
A. Macam Peredaran Darah<br />
Peredaran darah manusia terdiri dari 2 yaitu :<br />
a) Peredarah darah tertutup<br />
Peredaran darah yang terjadi dimana darah mengalir hanya melalui pembuluh darah, tanpa pernah langsung menembus sel-sel atau jaringan tubuh. <br />
b) Peredaran darah ganda<br />
Sistem peredaran darah manusia disebut sistem peredaran darah ganda, sebab sekali darah berdar melintasi jantung sebanyak dua kali, <br />
sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda yang terdiri dari :<br />
<br />
1. Peredaran darah panjang/ besar/ sistemik<br />
Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh, Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan (atrium) jantung.<br />
2. Peredaran darah pendek/ kecil/ pulmonal<br />
Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis.<br />
Proses peredaran darah dipengaruhi juga oleh kecepatan darah, luas penampang pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat pada jantung dan pembuluh darah.<br />
Pada kapiler terdapat spingter prakapiler yang mengatur aliran darah ke kapiler:<br />
a. Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang bercabang dari pembuluh darah utama membuka dan darah mengalir ke kapiler.<br />
b. Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup dan aliran darah yang melalui kapiler tersebut akan berkurang.<br />
Pada vena bila otot berkontraksi maka vena akan terperas dan kelepak yang terdapat pada jaringan akan bertindak sebagai katup satu arah yang menjaga agar darah mengalir hanya menuju ke jantung.<br />
<br />
B. Kelainan Pada Sistem Peredaran Darah<br />
Kelainan atau penyakit pada sistem peredaran darah antara lain:<br />
1. Arteriosklerosis <br />
yaitu pengerasan pembuluh nadi karena endapan lemak berbentuk plak (kerak) yaitu jaringan ikat berserat dan sel-sel otot polos yang di infiltrasi oleh lipid (lemak).<br />
2. Anemia <br />
yaitu rendahnya kadar hemoglobin dalam darah atau berkurangnya jumlah eritrosit dalam darah<br />
3. Varises <br />
yaitu pelebaran pembuluh darah di betis<br />
4. Hemeroid (ambeien) <br />
pelebaran pembuluh darah di sekitar dubur<br />
5. Ambolus <br />
yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang bergerak.<br />
6. Trombus <br />
yaitu tersumbatnya pembuluh darah karena benda yang tidak bergerak .<br />
<br />
7. Hemofili <br />
yaitu kelainan darah yang menyebabkan darah sukar membeku (diturunkan secara hereditas)<br />
8. Leukemia (kanker darah ) <br />
yaitu peningkatan jumlah eritrosit secara tidak terkendali.<br />
9. Erithroblastosis fetalis <br />
yaitu rusaknya eritrosit bayi/janin akibat aglutinasi dari antibodi yang berasal dari ibu.<br />
10. Thalasemia <br />
yaitu anemia yang diakibatkan oleh rusaknya gen pembentuk hemoglobin yang bersifat menurun.<br />
11. Hipertensi <br />
yaitu tekanan darah tinggi akibat arteriosklerosis<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
GEJALA-GEJALA PADA PENYAKIT PEREDARAN DARAH<br />
1. Nyeri<br />
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemik), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang.<br />
Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup.<br />
Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang myang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).<br />
Jika darah yang mengalir ke otot yang lainnya (terutama otot betis) terlalu sedikit, biasanya penderita akan merasakan nyeri otot yang menyesakkan dan melelahkan selama melakukan aktivitas (klaudikasio).<br />
Perikarditis (peradangan atau cedera pada kantong yang mengelilingi jantung) menyebabkan nyeri yang akan semakin memburuk ketika penderita berbaring dan akan membaik jika penderita duduk dan membungkukkan badannya ke depan.<br />
Aktivitas fisik tidak menyebabkan nyeri bertambah buruk.<br />
Jika menarik nafas atau menghembuskan nafas menyebabkan nyeri semakin membaik atau semakin memburuk, maka kemungkinan juga telah terjadi pleuritis (peradangan pada selaput yang membungkus paru-paru).<br />
Jika sebuah arteri robek atau pecah, penderita bisa merasakan nyeri tajam yang hilang-timbul dengan cepat dan tidak berhubungan dengan aktivitas fisik.<br />
Kadang arteri utama (terutama aorta) mengalami kerusakan.<br />
Suatu aneurisma (penonjolan aorta) bisa secara mendadak mengalami kebocoran atau lapisannya mengalami robekan kecil, sehingga darah menyusup diantara lapisan-lapisan aorta (diseksi aorta). Hal ini secara tiba-tiba menyebabkan nyeri hebat yang hilang-timbul karena terjadi kerusakan yang lebih lanjut (robeknya aorta) atau berpindahnya darah dari saluran asalnya.<br />
Nyeri dari aorta seringkali dirasakan di leher bagian belakang, diantara bahu, punggung sebelah bawah atau di perut.<br />
Katup diantara atrium kiri dan ventrikel kiri bisa menonjol ke dalam atrium kiri pada saat ventrikel kiri berkontraksi (prolaps katup mitralis).<br />
Penderita kadang merasakan nyeri seperti ditikam atau ditusuk jarum.<br />
Biasanya nyeri terpusat di bawah payudara kiri dan tidak dipengaruhi oleh posisi maupun aktivitas fisik.<br />
<br />
2. Sesak nafas<br />
Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.<br />
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).<br />
Pada stadium awal dari gagal jantung, penderita merasakan sesak nafas hanya selama melakukan aktivitas fisik. Sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak akan terjadi ketika penderita melakukan aktivitas yang ringan, bahkan ketika penderita sedang beristirahat (tidak melakukan aktivitas).<br />
Sebagian besar penderita merasakan sesak nafas ketika sedang berada dalam posisi berbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-paru. Jika duduk, gaya gravitasi menyebabkan cairan terkumpul di dasar paru-paru dan sesak akan berkurang.<br />
Sesak nafas pada malam hari (nokturnal dispneu) adalah sesak yang terjadi pada saat penderita berbaring di malam hari dan akan hilang jika penderita duduk tegak.<br />
Sesak nafas tidak hanya terjadi pada penyakit jantung; penderita penyakit paru-paru, penyakit otot-otot pernafasan atau penyakit sistem saraf yang berperan dalam proses pernafasan juga bisa mengalami sesak nafas.<br />
Setiap penyakit yang mengganggu keseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen bisa menyebabkan sesak nafas (misalnya gangguan fungsi pengangkutan oksigen oleh darah pada anemia atau meningkatnya metabolisme tubuh pada hipertiroidisme).<br />
<br />
3. Kelelahan atau kepenatan<br />
Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan.<br />
Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.<br />
<br />
<br />
<br />
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar)<br />
Biasanya seseorang tidak memperhatikan denyut jantungnya. Tetapi pada keadaan tertentu (misalnya jika seseorang yang sehat melakukan olah raga berat atau mengalami hal yang dramatis), dia bisa merasakan denyut jantungnya.<br />
Jantungnya berdenyut dengan sangat kuat atau sangat cepat atau tidak teratur.<br />
Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak nafas, nyeri, kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari irama jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius.<br />
<br />
<br />
5. Pusing & pingsan<br />
Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.<br />
Gejala ini juga bisa disebabkan oleh penyakit otak atau saraf tulang belakang, atau bisa tanpa penyebab yang serius.<br />
Emosi yang kuat atau nyeri (yang mengaktifkan sebagian dari sistem saraf), juga bisa menyebabkan pingsan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
PENUTUP<br />
III.I Kesimpulan<br />
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.<br />
Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah.<br />
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.<br />
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jenis-jenis yang paling penting, arteri dan vena, juga disebut demikian karena mereka membawa darah keluar atau masuk ke jantung. Kerja pembuluh darah membantu jantung tuk mengedarkan sel darah merah atau eritrosit ke seluruh tubuh.dan mengedarkan sarimakanan, oksigen dan membawa keluar karbon dioksida.Fungsi pembuluh darah arteri adalah mengedarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh, sedangkan fungsi pembuluh darah vena adalah mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh.<br />
<br />
<br />
1. Pembuluh darah arteri atau nadi :<br />
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.<br />
2. Pembuluh darah vena atau balik : <br />
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang datang menuju serambi jantung yang bersifat tipis dan elastis.<br />
3. Pembuluh darah kapiler<br />
pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri. Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili meter dari suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler darah<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-doQ5TzKyV3w/Tf8CwHuXzWI/AAAAAAAAAAc/dkiLVGg62Fo/s1600/Dines%2BPr0fesi.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="320" width="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-doQ5TzKyV3w/Tf8CwHuXzWI/AAAAAAAAAAc/dkiLVGg62Fo/s320/Dines%2BPr0fesi.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-VabIEUBq1tE/Tf8CxlNRYZI/AAAAAAAAAAk/jhlsrVRWtYs/s1600/P0li%2Bpenyakit%2BDalam.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="266" width="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-VabIEUBq1tE/Tf8CxlNRYZI/AAAAAAAAAAk/jhlsrVRWtYs/s320/P0li%2Bpenyakit%2BDalam.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-G-AV2I2dzEo/Tf8CyvPPg6I/AAAAAAAAAAs/XH4A2ScWSmo/s1600/153n9%2Bd04nk.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-G-AV2I2dzEo/Tf8CyvPPg6I/AAAAAAAAAAs/XH4A2ScWSmo/s320/153n9%2Bd04nk.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-dHGYiPs12PY/Tf8Cy__uPVI/AAAAAAAAAA0/ajb4te0vV10/s1600/J%25403N-eD%2B4JZ4%2528648%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-dHGYiPs12PY/Tf8Cy__uPVI/AAAAAAAAAA0/ajb4te0vV10/s320/J%25403N-eD%2B4JZ4%2528648%2529.jpg" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-qUw9kh7vq50/Tf8CzK9qBgI/AAAAAAAAAA8/0bF70Uxo0_c/s1600/J%25403N-eD%2B4JZ4%2528630%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-qUw9kh7vq50/Tf8CzK9qBgI/AAAAAAAAAA8/0bF70Uxo0_c/s320/J%25403N-eD%2B4JZ4%2528630%2529.jpg" /></a></div>chovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-846775542228634755.post-43828711655569315612011-06-20T01:03:00.001-07:002011-06-20T01:03:58.040-07:00halusinasi1.KONSEP MEDIS<br />
A.Definisi<br />
Halusinasi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami perubahan dalam ilmiah dan pola dari stimulus yang mendekati (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi, atau kelainan berespons terhadap stimulasi (Mary C. Townsend, 1998).<br />
Halusinasi didefenisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori yang salah (Stuart dan Sundeen, 1998).<br />
Halusinasi ialah penerapan tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera seseorang pasien dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional psikotik atau historic (WF. Maramis, 1998).<br />
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001).Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002).<br />
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).<br />
<br />
B.Etiologi<br />
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:<br />
1.Faktor predisposisi<br />
Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:<br />
a). Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.<br />
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.<br />
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).<br />
d). Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.<br />
e).Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.<br />
2.Faktor Presipitasi<br />
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:<br />
1). Biologis<br />
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.<br />
2). Stress lingkungan<br />
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.<br />
3). Sumber koping<br />
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.<br />
C.Tanda dan Gejala<br />
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:<br />
Bicara sendiri<br />
Senyum sendiri.<br />
Ketawa sendiri.<br />
Menggerakkan bibir tanpa suara.<br />
Pergerakan mata yang cepat<br />
Respon verbal yang lambat<br />
Menarik diri dari orang lain.<br />
Berusaha untuk menghindari orang lain.<br />
Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.<br />
Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.<br />
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.<br />
Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.<br />
Sulit berhubungan dengan orang lain<br />
Ekspresi muka tegang.<br />
Mudah tersinggung, jengkel dan marah.<br />
Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.<br />
Tampak tremor dan berkeringat.<br />
Perilaku panik.<br />
Agitasi dan kataton<br />
Curiga dan bermusuhan.<br />
Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.<br />
Ketakutan.<br />
Tidak dapat mengurus diri.<br />
Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.<br />
Menurut Stuart dan Sundeen (1990 yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:<br />
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.<br />
Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara<br />
Gerakan mata abnormal.<br />
Respon verbal yang lambat.<br />
Diam.<br />
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.<br />
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.<br />
Penyempitan kemampuan konsenstrasi.<br />
Dipenuhi dengan pengalaman sensori.<br />
Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.<br />
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya.<br />
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain<br />
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.<br />
Berkeringat banyak.<br />
Tremor.<br />
Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.<br />
Perilaku menyerang teror seperti panik.<br />
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.<br />
Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.<br />
Menarik diri atau katatonik.<br />
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.<br />
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.<br />
D.Jenis-jenis Halusinasi (Menurut Stuart dan Sundeen, 1998):<br />
Halusinasi pendengaran (auditory)<br />
Klien mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya. Klien menyatakan mendengar suara, yang paling sering adalah suara orang.<br />
Halusinasi penghidu (olfactory) <br />
Klien mencium bau yang muncul, bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan, kadang-kadang terhidu bau harum.Dan pada pasien tertentu dapat membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.<br />
Halusinasi penglihatan (visual)<br />
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihatnya dan stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometrik/panorama yang halus dan kompleks. Dan pada pasien tertentu merasakan stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.<br />
Halusinasi pengecap (gustatory)<br />
Klien merasa memakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan makanan yang tidak enak.Pada klien tertentu merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.<br />
Halusinasi peraba (tactile) <br />
Klien merasakan rasa tidak enak atau rasa sakit tanpa stimulus yang terlihat,seperti mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.<br />
Halusinasi sintetik<br />
Klien merasa fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urin.<br />
Kinistetik<br />
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.<br />
E.Tahapan Halusinasi<br />
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:<br />
Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.<br />
Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.<br />
Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.<br />
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.<br />
<br />
F.Rentang Respon Halusinasi<br />
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.<br />
Rentang respon neurobiologi pada gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:<br />
Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren<br />
.Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.<br />
Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.<br />
Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.<br />
Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.<br />
Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.<br />
Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang.<br />
Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma social atau budaya umum yang berlaku.<br />
Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.<br />
Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.<br />
Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.<br />
Berdasarkan gambar dibawah diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.<br />
<br />
<br />
Adaptif Maladaptif<br />
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi<br />
Persepsi kuat Ilusi Halusinasi<br />
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi<br />
Pengalaman atau kurang Perilaku disorganisasi<br />
<br />
<br />
<br />
2.KONSEP DASAR KEPERAWATAN<br />
Menurut Carpenito (1996) dikutip oleh Keliat (2006), pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.<br />
1.Pengkajian<br />
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien.<br />
Alasan masuk rumah sakit umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.<br />
Faktor predisposisi<br />
1). Faktor perkembangan terlambat<br />
• Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman<br />
• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi<br />
• Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.<br />
2). Faktor komunikasi dalam keluarga<br />
• Komunikasi peran ganda<br />
• Tidak ada komunikasi<br />
• Tidak ada kehangatan<br />
• Komunikasi dengan emosi berlebihan<br />
• Komunikasi tertutup<br />
• Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan omplik orang tua.<br />
3). Faktor sosial budaya<br />
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.<br />
4). Faktor psikologis<br />
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.<br />
5). Faktor biologis<br />
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.<br />
6). Faktor genetic<br />
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.<br />
Faktor presipitasi<br />
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:<br />
1).Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.<br />
2).Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan abnormal).<br />
3).Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.<br />
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku seperti yang tercantum pada tabel 2 di dibawah ini:<br />
Faktor pemicu gejala respon neurobiologis halusinasi (Stuart, 2007).<br />
Faktor pemicu<br />
Respon neurobiologist<br />
Kesehatan<br />
Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian, kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan<br />
Lingkungan<br />
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan<br />
Sikap<br />
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.<br />
Perilaku<br />
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata.Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja.<br />
<br />
<br />
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:<br />
• Isi halusinasi<br />
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.<br />
• Waktu dan frekuensi<br />
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.<br />
• Situasi pencetus halusinasi.<br />
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.<br />
• Respon Klien<br />
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.<br />
2.Pemeriksaan fisik<br />
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.<br />
Status Mental<br />
Pengkajian pada status mental meliputi:<br />
Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.<br />
Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.<br />
Aktivitas motorik: meningkat atau menurun<br />
Alam perasaan: suasana hati dan emosi.<br />
.Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen<br />
Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.<br />
Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan informasi.<br />
Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir.<br />
Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.<br />
Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.<br />
Memori<br />
1.Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.<br />
2.Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji <br />
Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana emampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat<br />
Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri. Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktifitas dalam dan luar ruangan.<br />
Mekanisme koping<br />
1). Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari-hari.<br />
2).Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.<br />
3) Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.<br />
Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau pemukiman.<br />
Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.<br />
3.Masalah Keperawatan<br />
1.Risiko tinggi kekerasan<br />
2.Perubahan persepsi sensori: halusinasi<br />
3.Kerusakan interaksi sosial: menarik diri<br />
4.Gangguan konsep diri: harga diri rendah<br />
5.Intoleransi aktivitas<br />
6.Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan, berpakaian/berhias<br />
<br />
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dapat disusun pohon masalah sebagai berikut:<br />
Pohon Masalah<br />
Defisit perawatan diri:<br />
Efek Risiko tinggi kekerasan mandi/kebersihan, <br />
berpakaian<br />
<br />
Core problem Risiko persepsi sensori: <br />
halusinasi Intoleransi aktivitas<br />
<br />
<br />
Etiologi Gangguan interaksi sosial: <br />
menarik diri <br />
<br />
<br />
Gangguan konsep diri:<br />
harga diri rendah<br />
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase empat,dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah harga diri rendah dan isolasi sosial, akibat rendah diri dan kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan (Keliat, 2006).<br />
4.Diagnosa Keperawatan<br />
1. Risiko tinggi kekerasan berhubungan dengan halusinasi<br />
2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri<br />
3. Kerusakan interaksi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.<br />
4. Defisit perawatan diri: mandi / kebersihan, berpakaian / berhias berhubungan dengan intoleransi aktivitas.<br />
5.Rencana Tindakan Keperawatan<br />
Perencanaan tindakan keperawatan menurut Keliat (2006 ) terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi keperawatan. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran adalah sebagai berikut:<br />
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. <br />
Tujuan umum:<br />
Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.<br />
Tujuan khusus:<br />
• TUK <br />
Klien dapat membina hubungan saling percaya<br />
Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat<br />
Intervensi:<br />
1.Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.<br />
Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.<br />
2. Dorong klien mengungkapkan perasaannya<br />
Rasional:Mengetahui masalah yang dialami oleh klien. <br />
3.Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.<br />
Rasional: Agar klien merasa diperhatikan.<br />
• TUK 2:<br />
Klien dapat mengenal halusinasinya.<br />
Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata.<br />
Intervensi:<br />
1.Adakan kontak sering dan singkat.<br />
Rasional: Menghindari waktu kosong yang dapat menyebabkan timbulnya halusinasi.<br />
2.Observasi segala perilaku klien verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.<br />
Rasional:Halusinasi harus kenal terlebih dahulu agar intervensi efektif<br />
3.Terima halusinasi klien sebagai hal yang nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi perawat.<br />
Rasional: Meningkatkan realita klien dan rasa percaya klien<br />
4.Klien dapat menyebutkan situasi yg dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi.<br />
5.Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan dan tidak menimbulkan situasi<br />
Rasional: Peran serta aktif klien membantu dalam melakukan intervensi keperawatan.<br />
6.Diskusikan dengan klien faktor predisposisi terjadinya halusinasi<br />
Rasional: Dengan diketahuinya faktor predisposisi membantu dalam mengontrol halusinasi<br />
• TUK 3:<br />
Klien dapat mengontrol halusinasi.<br />
Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila halusinasinya timbul.<br />
Intervensi:<br />
1.Diskusikan dengan klien tentang tindakan yang dilakukan bila halusinasinya timbul.<br />
Rasional:Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam mengontrol halusinasinya<br />
2.Klien akan dapat menyebutkan cara memutuskan halusinasi yaitu dengan melawan suara itu dengan mengatakan tidak mau mendengar, lakukan kegiatan : menyapu/mengepel, minum obat secara teratur, dan lapor pada perawat pada saat timbul halusinasi.<br />
3.Diskusikan dengan klien tentang cara memutuskan halusinasinya.<br />
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien tentang cara memutuskan halusinasi.<br />
4.Dorong klien menyebutkan kembali cara memutuskan halusinasi.<br />
Rasional: Hasil diskusi sebagai bukti dari perhatian klien atas apa yg dijelaskan<br />
<br />
5..Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan<br />
kembali cara memutuskan halusinasinya.<br />
Rasional: Meningkatkan harga diri klien.<br />
• TUK 4:<br />
Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.<br />
Klien mau minum obat dengan teratur<br />
Intervensi :<br />
Rasional:Meningkatkan pengetahuan klien tentang fungsi obat yang<br />
diminum agar klien mau minum obat secara teratur.<br />
• TUK 5:<br />
Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol halusinasinya.<br />
Klien mendapat sistem pendukung keluarga<br />
Intervensi:<br />
1.Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg dilakukan dalam merawat klien bila halusinasinya timbul.<br />
Rasional :Mengetahui tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam merawat klien.<br />
2.Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara merawat klien yaitu jangan biarkan klien menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien, anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat, setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan.<br />
Rasional:Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien.<br />
Diagnosa 2: Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri<br />
Tujuan umum:Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk mencegah timbulnya halusinasi.<br />
Tujuan khusus:<br />
• TUK 1:<br />
Klien dapat membina hubungan saling percaya.<br />
Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.<br />
Intervensi:<br />
1.Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.<br />
Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.<br />
2.Dorong klien mengungkapkan perasaannya.<br />
Rasional:Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.<br />
3.Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati<br />
Rasional :Agar klien merasa diperhatikan.<br />
• TUK 2:<br />
Klien dapat mengenal penyebab menarik diri.<br />
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri pada dirinya.<br />
Intervensi:<br />
1.Kaji Pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri.<br />
Rasional:Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang menarik diri <br />
2.Dorong klien untuk menyebutkan kembali penyebab menarik diri Rasional:Membantu mengetahui penyebab menarik diri sehingga membantu dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.<br />
3.Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien dalam mengungkapkan penyebab menarik diri.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
• TUK 3:<br />
Klien dapat mengetahui manfaat berhubungan dengan orang lain.<br />
Klien dapat mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.<br />
Intervensi:<br />
1.Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain. Rasional:Meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.<br />
2.Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.<br />
Rasional:Mengetahui tingkat pemahaman klien tentang informasi yg diberikan.<br />
3.Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaat berhubungan dengan orang lain.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
• TUK 4<br />
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.<br />
Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap.<br />
Intervensi:<br />
1.Dorong klien untuk berhubungan dengan orang lain.<br />
Rasional:Mencegah timbulnya halusinasi.<br />
2.Diskusikan dengan klien cara berhubungan dengan orang lain secara bertahap.<br />
Rasional:Meningkatkan pengetahuan klien cara yang yg dilakukan dalam berhubungan dengan orang lain.<br />
3. Beri reinforcement atas keberhasilan yg dilakukan<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
• TUK 5 :<br />
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain<br />
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.<br />
<br />
<br />
Intervensi :<br />
1.Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya berhubungan dengan orang lain.<br />
Rasional:Untuk mengetahui perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain.<br />
2.Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.<br />
Rasional:Mengetahui pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.<br />
3.Berikan reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan orang lain.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
• TUK 6:<br />
Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga.<br />
Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien yang menarik diri.<br />
Intervensi:<br />
Bina hubungan saling percaya dengan keluarga.<br />
Rasional:Agar terbina rasa percaya keluarga kepada perawat.<br />
1.Diskusikan dengan anggota keluarga perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri dab cara keluarga menghadapi klien.<br />
Rasional:Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang menarik diri dan cara merawatnya.<br />
2.Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian datang menjenguk klien (1 x seminggu).<br />
Rasional:Agar klien merasa diperhatikan.<br />
.Diagnosa 3: isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.<br />
Tujuan umum:Klien dapat berhubungan dengan orang lain tanpa merasa rendah diri.<br />
Tujuan khusus:<br />
• TUK 1:<br />
Klien dapat membina hubungan saling percaya.<br />
Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.<br />
Intervensi:<br />
1.Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya<br />
Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.<br />
2.Dorong klien mengungkapkan perasaannya.<br />
Rasional:Mengetahui masalah yang dialami oleh klien<br />
3.Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati<br />
Rasional:Agar klien merasa diperhatikan.<br />
• TUK 2 :<br />
Klien dapat mengidenfikasi kemampuan dan sisi positif yang dimiliki.<br />
Klien dapat menyebutkan cita-cita dan harapan sesuai dengan kemampuannya.<br />
Intervensi:<br />
1.Diskusikan dengan klien tentang ideal dirinya : apa harapan klien bila pulang nanti dan apa yg menjadi cita-citanya.<br />
Rasional:Untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien.<br />
2.Bantu klien mengembangkan antara keinginan dengan kemampuan yang dimilikinya.<br />
Rasional:Membantu klien membentuk harapan yang realitas<br />
• TUK 3:<br />
Klien dapat menyebutkan keberhasilan yang pernah dialaminya.<br />
Klien dapat mengevaluasi dirinya.<br />
Intervensi:<br />
1.Diskusikan dengan klien keberhasilan yg pernah dialaminya.<br />
Rasional:Mengingatkan klien bahwa tidak selamanya dia gagal.<br />
Klien dapat menyebutkan kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya<br />
1.Diskusikan dengan klien kegagalan yang pernah terjadi pada dirinya.<br />
Rasional:Mengetahui sejauh mana kegagalan yg dialami oleh klien.<br />
2.Beri reinforcement positif atas kemampuan klien menyebutkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialaminya<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
• TUK 4:<br />
Klien dapat membuat rencana yang realistis.<br />
Klien dapat menyebutkan tujuan yang ingin dicapai.<br />
Intervensi:<br />
1.Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin di capai.<br />
Rasional:Agar klien tetap realistis dengan kemampuan yang dimilikinya.<br />
Klien dapat membuat keputusan dalam mencapai tujuan.<br />
1.Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih.<br />
Rasional:Menghargai keputusan yang dipilih oleh klien.<br />
2..Berikan pujian atas keberhasilan yang telah dilakukan.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri.<br />
• TUK 5:<br />
Klien dapat memanfaatkan system pendukung keluarga.<br />
Keluarga memberi dukungan dan ujian.<br />
Intervensi:<br />
1.Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentan cara merawat klien dengan harga diri rendah.<br />
Rasional:Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.<br />
2.Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.<br />
Rasional :Support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat penyembuhan klien.<br />
Keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien.<br />
1.Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.<br />
Rasional:Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.<br />
2.Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.<br />
Rasional:Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan klien di rumah.<br />
3.Anjurkan memberi pujian pada klien setiap berhasil.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
Diagnosa 4: defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktifitas.<br />
1). Tujuan umum:Klien dapat meningkatkan motivasi dalam mempertahankan kebersihan diri.<br />
2). Tujuan khusus:<br />
<br />
• TUK 1:<br />
Klien dapat membina hubungan saling percaya.<br />
Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan, membalas salam, mau duduk dekat perawat.<br />
Intervensi:<br />
1.Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verbal, perkenalkan nama perawat, tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai, jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap empati dan menerima klien apa adanya.<br />
Rasional:Hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi perawat dan klien.<br />
2. Dorong klien mengungkapkan perasaannya.<br />
Rasional:<br />
Mengetahui masalah yang dialami oleh klien.<br />
3.Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan empati.<br />
Rasional:Agar klien merasa diperhatikan.<br />
• TUK 2 <br />
Klien dapat mengenal pentingnya perawatan diri.<br />
Klien dapat menyebutkan tanda kebersihan diri yaitu badan tidak bau, rambut rapi, bersih dan tidak bau, gigi bersih dan tidak bau, baju rapi tidak bau, kuku pendek.<br />
Intervensi:<br />
1.Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang aarti bersih dan tanda-tanda bersih.<br />
Rasional:Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.<br />
2.Dorong klien untuk menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.<br />
Rasional:Mengetahui pemahaman klien ttg kebersihan diri.<br />
3.Berikan pujian atas kemampuan klien menyebutkan kembali tanda-tanda kebersihan diri.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
Klien dapat menyebutkan tentang pentingnya dalam perawatan diri, memberi rasa segar, mencegah penyakit mulut dan memberikan rasa nyaman.<br />
1.Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya dalam melakukan perawatan diri.<br />
Rasional:Meningkatkan pemahaman klien tentang kebersihan diri.<br />
2.Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat dalam melakukan <br />
perawatan diri. <br />
Rasional:Mengetahui pemahaman informasi yang telah diberikan.<br />
3.Berikan pujian atas keberhasilan klien menyebutkan kembali manfaat perawatan diri.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri klien.<br />
Klien dapat menjelaskan cara merawat diri yaitu mandi 2 x sehari, pakai sabun gosok gigi minimal 2 x sehari , cuci rambut 2- 3 x sehari dan ganti pakaian 1 x sehari.<br />
• TUK 3:<br />
Klien dapat melakukan kebersihan diri secara mandiri maupun bantuan perawat.<br />
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri.<br />
Intervensi:<br />
1.Motivasi dan bimbingan klien untuk memelihara kebersihan diri.<br />
Rasional:Agar klien melaksanakan kebersihan diri.<br />
2.Anjurkan untuk mengganti baju.<br />
Rasional:Memberikan kesegaran.<br />
• TUK 4:<br />
Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.<br />
Klien selalu rapi dan bersih.<br />
Intervensi:<br />
1.Beri Reinforcement positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.<br />
Rasional:Meningkatkan harga diri sendiri.<br />
• TUK 5:<br />
Klien mendapat dukungan keluarga dalam melakukan kebersihan diri<br />
Keluarga selalu mengingat hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.<br />
Intervensi:<br />
1.Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.<br />
Rasional:Untuk memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyebab kurangnya kebersihan pada klien.<br />
2.Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan.<br />
Rasional:Klien dapat mengetahui tentang tindakan perawatan diri yang mampu dilakukan oleh klien.<br />
6.Implementasi<br />
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.<br />
7.Evaluasi<br />
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.chovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-846775542228634755.post-20549244119428955422011-06-20T01:02:00.001-07:002011-06-20T01:02:05.100-07:00askep diabetes melitusBAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
<br />
A. Latar Belakang<br />
<br />
Diantara penyakit degenerative, diabetes adalah salah satu diantara penyakit yang tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa akan datang. Diabetes sudah merupakan suatu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.<br />
Pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 150 juta orang di dunia mengidap diabetes mellitus. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2005, dan sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Populasi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan berkisar antara 1,5 sampai 2,5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa, berarti lebih kurang 3-5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta jiwa. <br />
Pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita (Promosi Kesehatan Online, Juli 2005). Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM memerlukan penanganan secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat. Dan tindakan keperawatan sangat perlu dilakukan dalam penyembuhan diabetes melitus dan terjadinya ganggren diabetik. Maka, judul makalah ini adalah ”Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Diabetes Melitus”.<br />
B. Rumusan Masalah<br />
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang ditelaah dalam makala ini adalah “Bagaimanakah Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Diabetes Melitus?”<br />
C. Tujuan<br />
Agar mahasiswa Stikes Karya Kesehatan Kendari dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Penyakit Diabetes Melitus<br />
Tujuan khusus.<br />
1. Dapat memahami pengertian Penyakit Diabetes Melitus<br />
2. Dapat memahami penyebab terjadinya Penyakit Diabetes Melitus<br />
3. Dapat memahami tanda dan gejala pada Penyakit Diabetes Melitus<br />
4. Dapat memahami proses terjadinya Penyakit Diabetes Melitus<br />
5. Dapat memahami asuhan keperawatan Penyakit Diabetes Melitus<br />
<br />
D. Manfaat<br />
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut:<br />
1. Bagi perkembangan keperawatan.<br />
Agar karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Penyakit Diabetes Melitus, sehingga dapat dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan Penyakit Diabetes Melitus.<br />
2. Bagi pembaca<br />
Memberikan pengertian, pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi jika ada penderita Penyakit Diabetes Melitus<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II<br />
TINJAUAN TEORI<br />
<br />
<br />
A. Pengertian<br />
<br />
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).<br />
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). <br />
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002). <br />
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat di<br />
sembuhkan tetapi dapat dikontrol yang di karakterisasikan dengan hiperglikemia<br />
karena definisi insulin atau ketidakadekuatan penggunaan insulin, (Engram,<br />
1998).<br />
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kro -nik disertai berbagai<br />
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai<br />
komplikasi kronik pa-da mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai le si pada<br />
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektronik.<br />
(Mansjoer, 2001).<br />
Diabetes mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme<br />
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara<br />
relatif kekurangan insulin. (Tucker, 1998).<br />
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).<br />
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).<br />
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).<br />
<br />
B. Anatomi Fisiologi<br />
<br />
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.<br />
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.<br />
<br />
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :<br />
a) Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.<br />
b) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.<br />
<br />
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 , sedangkan yang terbesar 300 , terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 . Jumlah semua pulau langerhans di pancreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.<br />
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :<br />
a. Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.<br />
b. Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.<br />
c. Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin.<br />
d. <br />
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat, dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.<br />
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. <br />
<br />
Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.<br />
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.<br />
<br />
C. Klasifikasi<br />
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut : <br />
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM) <br />
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM) <br />
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya <br />
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)<br />
Klasifikasi diabetes melitus mengalami perkembangan dan perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu diabetes diklasifikasikan berdasarkan waktu munculnya (time of onset). Diabetes yang muncul sejak masa kanak-kanak disebut “juvenile diabetes”, sedangkan yang baru muncul setelah seseorang berumur di atas 45 tahun disebut sebagai “adult diabetes”. Namun klasifikasi ini sudah tidak layak dipertahankan lagi, sebab banyak sekali kasus-kasus diabetes yang muncul pada usia 20-39 tahun, yang menimbulkan kebingungan untuk mengklasifikasikannya. <br />
Pada tahun 1968, ADA (American Diabetes Association) mengajukan rekomendasi mengenai standarisasi uji toleransi glukosa dan mengajukan istilah-istilah Pre-diabetes, Suspected Diabetes, Chemical atau Latent Diabetes dan Overt Diabetes untuk pengklasifikasiannya. British Diabetes Association (BDA) mengajukan istilah yang berbeda, yaitu Potential Diabetes, Latent Diabetes, Asymptomatic atau Sub-clinical Diabetes, dan Clinical Diabetes. <br />
WHO pun telah beberapa kali mengajukan klasifikasi diabetes melitus. Pada tahun 1965 WHO mengajukan beberapa istilah dalam pengklasifikasian diabetes, antara lain Childhood Diabetics, Young Diabetics, Adult Diabetics dan Elderly Diabetics. Pada tahun 1980 WHO mengemukakan klasifikasi baru diabetes melitus memperkuat rekomendasi National Diabetes Data Group pada tahun 1979 yang mengajukan 2 tipe utama diabetes melitus, yaitu "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) disebut juga Diabetes Melitus Tipe 1 dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM) yang disebut juga Diabetes Melitus Tipe 2. <br />
Pada tahun 1985 WHO mengajukan revisi klasifikasi dan tidak lagi menggunakan terminologi DM Tipe 1 dan 2, namun tetap mempertahankan istilah "Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (IDDM) dan "Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus" (NIDDM), walaupun ternyata dalam publikasi-publikasi WHO selanjutnya istilah DM Tipe 1 dan 2 tetap muncul. <br />
Disamping dua tipe utama diabetes melitus tersebut, pada klasifikasi tahun 1980 dan 1985 ini WHO juga menyebutkan 3 kelompok diabetes lain yaitu Diabetes Tipe Lain, Toleransi Glukosa Terganggu atau Impaired Glucose Tolerance (IGT) dan Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes Melitus (GDM). <br />
Pada revisi klasifikasi tahun 1985 WHO juga mengintroduksikan satu tipe diabetes yang disebut Diabetes Melitus terkait Malnutrisi atau Malnutrition-related Diabetes Mellitus (MRDM. Klasifkasi ini akhirnya juga dianggap kurang tepat dan membingungkan sebab banyak kasus NIDDM (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus) yang ternyata juga memerlukan terapi insulin. Saat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih berdasarkan etiologi penyakitnya.<br />
1. Diabetes Mellitus Tipe 1:<br />
Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolut<br />
a. Melalui proses imunologik (Otoimunologik)<br />
b. Idiopatik<br />
2. Diabetes Mellitus Tipe 2<br />
Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin<br />
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain<br />
a. Defek genetik fungsi sel β :<br />
• kromosom 12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3),<br />
• kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)<br />
• kromosom 20, HNF-4 α (dahulu disebut MODY 1)<br />
• DNA mitokondria<br />
b. Defek genetik kerja insulin<br />
c. Penyakit eksokrin pankreas:<br />
• Pankreatitis<br />
• Trauma/Pankreatektomi<br />
• Neoplasma<br />
• Cistic Fibrosis<br />
• Hemokromatosis<br />
• Pankreatopati fibro kalkulus<br />
d. Endokrinopati:<br />
• Akromegali<br />
• Sindroma Cushing<br />
• Feokromositoma<br />
• Hipertiroidisme<br />
e. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon<br />
f. Diabetes karena infeksi<br />
g. Diabetes Imunologi (jarang)<br />
h. Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Prader Willi<br />
4. Diabetes Mellitus Gestasional<br />
Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2<br />
5. Pra-diabetes:<br />
a. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu)<br />
b. IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) <br />
<br />
D. Etiologi<br />
Menurut Mansjoer dkk. (1999), etiologi penyakit Diabe -tes Mellitus adalah sebagai berikut :<br />
a. Diabetes mellitus Tipe I (DMT I)<br />
Diabetes Mellitus tipe ini disebabkan oleh deskripsi sel beta pulau langer<br />
haus akibat proses auto imun, sebab -sebab multi faktor seperti presdisposisi<br />
genetik.<br />
b. Diabetes Mellitus Tipe II (DMT II)<br />
Diabetes mellitus tipe ini disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin, resistensi insulin adalah tu -runnya kemampuan insulin untuk<br />
merangsang pengambilan glukkosa oleh jaringan perifer dan untuk<br />
menghambat pro-duksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak ada maupun<br />
mengimbangi resestensi insulin ini se penuhnya, artinya ter-jadi defisiensi<br />
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin<br />
pada rangsangan gluko-sa, maupun pada rangsangan glukosa bersama<br />
bahan perangsang sekresi insuin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami<br />
desensetisasi terhadap glukosa.<br />
E. Patofisiologi<br />
1. Diabetes Mellitus Tipe 1<br />
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes. Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase). <br />
ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM Tipe 1. Hampir 90% penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh non-diabetik, frekuensi ICCA hanya 0,5-4%. Oleh sebab itu, keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM Tipe 1. ICCA tidak spesifik untuk sel-sel β pulau Langerhans saja, tetapi juga dapat dikenali oleh sel-sel lain yang terdapat di pulau Langerhans. Sebagaimana diketahui, pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel δ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel δ memproduksi hormon somatostatin. <br />
Namun demikian, nampaknya serangan otoimun secara selektif menghancurkan sel-sel β. Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa tingginya titer ICCA di dalam tubuh penderita DM Tipe 1 justru merupakan respons terhadap kerusakan sel-sel β yang terjadi, jadi lebih merupakan akibat, bukan penyebab terjadinya kerusakan sel-sel β pulau Langerhans. Apakah merupakan penyebab atau akibat, namun titer ICCA makin lama makin menurun sejalan dengan perjalanan penyakit. Otoantibodi terhadap antigen permukaan sel atau Islet Cell Surface Antibodies (ICSA) ditemukan pada sekitar 80% penderita DM Tipe 1. Sama seperti ICCA, titer ICSA juga makin menurun sejalan dengan lamanya waktu. <br />
Beberapa penderita DM Tipe 2 ditemukan positif ICSA. Otoantibodi terhadap enzim glutamat dekarboksilase (GAD) ditemukan pada hampir 80% pasien yang baru didiagnosis sebagai positif menderita DM Tipe 1. Sebagaimana halnya ICCA dan ICSA, titer antibodi anti-GAD juga makin lama makin menurun sejalan dengan perjalanan penyakit. Keberadaan antibodi anti-GAD merupakan prediktor kuat untuk DM Tipe 1, terutama pada populasi risiko tinggi. Disamping ketiga otoantibodi yang sudah dijelaskan di atas, ada beberapa otoantibodi lain yang sudah diidentifikasikan, antara lain IAA (Anti- Insulin Antibody). IAA ditemukan pada sekitar 40% anak-anak yang menderita DM Tipe 1. IAA bahkan sudah dapat dideteksi dalam darah pasien sebelum onset terapi insulin. Destruksi otoimun dari sel-sel β pulau Langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defisiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai DM Tipe 1. Selain defisiensi insulin, fungsi sel-sel α kelenjar pankreas pada penderita DM Tipe 1 juga menjadi tidak normal. <br />
Pada penderita DM Tipe 1 ditemukan sekresi glukagon yang berlebihan oleh sel-sel α pulau Langerhans. Secara normal, hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, namun pada penderita DM Tipe 1 hal ini tidak terjadi, sekresi glukagon tetap tinggi walaupun dalam keadaan hiperglikemia. Hal ini memperparah kondisi hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita DM Tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak mendapat terapi insulin. <br />
Apabila diberikan terapi somatostatin untuk menekan sekresi glukagon, maka akan terjadi penekanan terhadap kenaikan kadar gula dan badan keton. Salah satu masalah jangka panjang pada penderita DM Tipe 1 adalah rusaknya kemampuan tubuh untuk mensekresi glukagon sebagai respon terhadap hipoglikemia. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya hipoglikemia yang dapat berakibat fatal pada penderita DM Tipe 1 yang sedang mendapat terapi insulin. Walaupun defisiensi sekresi insulin merupakan masalah utama pada DM Tipe 1, namun pada penderita yang tidak dikontrol dengan baik, dapat terjadi penurunan kemampuan sel-sel sasaran untuk merespons terapi insulin yang diberikan. <br />
Ada beberapa mekanisme biokimia yang dapat menjelaskan hal ini, salah satu diantaranya adalah, defisiensi insulin menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah sebagai akibat dari lipolisis yang takterkendali di jaringan adiposa. Asam lemak bebas di dalam darah akan menekan metabolisme glukosa di jaringan-jaringan perifer seperti misalnya di jaringan otot rangka, dengan perkataan lain akan menurunkan penggunaan glukosa oleh tubuh. Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi dari beberapa gen yang diperlukan sel-sel sasaran untuk merespons insulin secara normal, misalnya gen glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein transporter yang membantu transpor glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di jaringan adiposa.<br />
2. Diabetes Mellitus Tipe 2<br />
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya meningkat. Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor pradisposisi utama. Penelitian terhadap mencit dan tikus menunjukkan bahwa ada hubungan antara gen-gen yang bertanggung jawab terhadap obesitas dengan gen-gen yang merupakan faktor pradisposisi untuk DM Tipe 2. <br />
Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap awal, umumnya dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”. Resistensi insulin banyak terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan. <br />
Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara otoimun sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Oleh sebab itu dalam penanganannya umumnya tidak memerlukan terapi pemberian insulin. Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar 20 menit sesudahnya. P<br />
ada awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami kerusakan sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada penderita DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin. Berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita DM Tipe 2 dapat dibagi menjadi 4 kelompok: a. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal b. Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga Diabetes Kimia (Chemical Diabetes) c. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma puasa < 140 mg/dl) d. Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma puasa > 140 mg/dl<br />
3. Diabetes Mellitus Gestasional<br />
Diabetes Mellitus Gestasional (GDM=Gestational Diabetes Mellitus) adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita GDM, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. <br />
Diabetes dalam masa kehamilan, walaupun umumnya kelak dapat pulih sendiri beberapa saat setelah melahirkan, namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandung. Akibat buruk yang dapat terjadi antara lain malformasi kongenital, peningkatan berat badan bayi ketika lahir dan meningkatnya risiko mortalitas perinatal. Disamping itu, wanita yang pernah menderita GDM akan lebih besar risikonya untuk menderita lagi diabetes di masa depan. Kontrol metabolisme yang ketat dapat mengurangi risiko-risiko tersebut.<br />
4. Pra-diabetes<br />
Pra-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Penderita pradiabetes diperkirakan cukup banyak, di Amerika diperkirakan ada sekitar 41 juta orang yang tergolong pra-diabetes, disamping 18,2 orang penderita diabetes (perkiraan untuk tahun 2000). Di Indonesia, angkanya belum pernah dilaporkan, namun diperkirakan cukup tinggi, jauh lebih tinggi dari pada penderita diabetes.<br />
Kondisi pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun. Namun pengaturan diet dan olahraga yang baik dapat mencegah atau menunda timbulnya diabetes. Ada dua tipe kondisi pra-diabetes, yaitu:<br />
Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah puasa normal: <100 mg/dl), atau
Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji toleransi glukosa berada di atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikatagorikan ke dalam kondisi diabetes. Diagnosa IGT ditetapkan apabila kadar glukosa darah seseorang 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gram glukosa per oral berada diantara 140-199 mg/dl.
F. Manifestasi klinik
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
Menurut Price (1995) manifestasi klinis dari DM adalah sebagai berikut :
1. DM tergantung insulin / DM Tipe I
Memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan polidipsi, poliuri, polifagia, turunnya BB, lemah, mengantuk yang terjadi selama sakit atau beberapa minggu, pende-rita menjadi sakit berat dan timbul ketosidosis dan dapat meninggal kalau mendapatkan pengobatan dengan sege -ra, biasanya diperlukan terapi insulin untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
2. DM tidak tergantung insulin / DM Tipe II
Penderita mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, pada hiperglikemia yang lebih berat, mung -kin memperlihatkan polidipsi, poliuri, lemah, dan somno-len, biasanya tidak mengalami ketoasidosis, kalau hiperglikemia berat dan idak respon terhadap terapi diet mung -kin diperlukan terapi insulin untuk menormalkan kadar glu -kosanya. Kadar insulin sendiri mungkin berkurang normal atau mungkin meninggi tetapi tidak memadai untuk mem-pertahankan kadar glukosa darah normal. Penderita juga resisten terhadap insulin eksogen.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200<br />
>200<br />
<br />
>126<br />
>110<br />
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :<br />
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)<br />
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)<br />
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl<br />
H. Komplikasi<br />
Komplikasi diabetes Mellitus adalah sebagai berikut (Mansjoer, 1999) :<br />
a. Komplikasi akut<br />
i. Kronik hipoglikemia<br />
ii. Ketoasidosis untuk DM tipe I<br />
iii. Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II<br />
b. Komplikasi kronik<br />
i. Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pem -buluh darah jantung, pembuluh darah tepi, dan pembu -luh darah otak<br />
ii. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retino -pati diabetik dan<br />
nefropati diabetic<br />
iii. Neuropati diabetic<br />
iv. Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih<br />
v. Ulkus diabetikum<br />
Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan ulkus<br />
diabetikum. Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai invasif<br />
kuman saprofit. Adanya kuman sap rofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,<br />
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan<br />
penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus terjadi karena arteri menyempit<br />
dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan yang merup akan<br />
medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering<br />
mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus<br />
berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan<br />
tanduk lemak, pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :<br />
1. Grade 0 : tidak ada luka<br />
2. Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit<br />
3. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang<br />
4. Grade III : terjadi abses<br />
5. Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal<br />
6. Grade V : gangren pad seluruh kaki dan tungkak bawah distal<br />
Pengobatan dan perawatan ulkus dilakukan de -ngan tujuan pada penyakit<br />
yang mendasar dan terha-dap ulkusnya sendiri yaitu : <br />
Usahakan pengobatan dan perawatan ditujukan terhadap penyakit terhadap<br />
penyakit kausal yang men-dasari yaitu DM. Usaha yang ditujukan terhadap ulkusnya antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Pemberian luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptik ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganat 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang da -pat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka. Am-putasi mungkin diperlukan untuk kasus DM<br />
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 (dua)<br />
golongan :<br />
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )<br />
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.<br />
Gambaran klinis KDI :<br />
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.<br />
- Pada perabaan terasa dingin.<br />
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.<br />
- Didapatkan ulkus sampai gangren.<br />
2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )<br />
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.<br />
<br />
I. Penatalaksanaan<br />
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluahan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa. Penatalaksanaan pada diabetes melitus yaitu :<br />
a. Perencanaan makan<br />
Menurut Tjokro Prawiro (1999) Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa :<br />
Karbohidrat : 60-70 %<br />
Protein : 10-15 %<br />
Lemak : 20-25 %<br />
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makan yang harus dipantang gula.<br />
Menurut Tjokro Prawiro,(1999) Penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body Weigth dan dibedakan menjadi<br />
a. Kurus : berat badan relatif : <90%
b. Normal : berat badan relatif : 90-110%
c. Gemuk : berat badan relatif : >110 %<br />
d. Obesitas : berat badan relatif : >120 %<br />
e. Obesitas ringan 120 – 130 %<br />
f. Obesitas sedang 130 – 140 %<br />
g. Obesitas berat 140 – 200 %<br />
h. Obesitas morbid > 200 %<br />
Apabila sudah diketahui relatif body weigthnya maka jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM adalah sebagai berikut :<br />
a. Kurus : BB x 40-60 kalori / hari<br />
b. Normal ; BB x 30 kalori / hari<br />
c. Gemuk : BB x 20 kalori / hari<br />
d. Obesitas : BB x 10-15 kalori / hari<br />
b. Latihan jasmani<br />
Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :<br />
i. Insulin dapat lebih efektif<br />
ii. Menambah reseptor insulin<br />
iii. Menekankenaikan berat badan<br />
iv. Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah<br />
v. Meningkatkan aliran darah<br />
c. Obat berkhasiat hipoglikemik<br />
i. Sulfonil urea<br />
ii. Biguanid<br />
iii. Inhibitor alfa glukosidase<br />
iv. Insulin sensitizing agen<br />
Indikasi penggunaan insulin pada DM Tipe I adalah sebagai berikut :<br />
a. DM dengan berat badan menurun cepat<br />
b. Ketoasidosis, asidosis laktat, dan hipoosmolar<br />
c. DM stress berat (interaksi sistemik, operasi berat)<br />
d. DM kehamilan<br />
e. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis<br />
maksimal atau ada kontra indikasi dengan obat tersebut.<br />
d. Penyuluhan kesehatan<br />
Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala, jenis<br />
atau macamnya, komplikasi, penatalaksanaan pada penderita DM.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III<br />
ASUHAN KEPERAWATAN<br />
<br />
<br />
<br />
A. Pengkajian<br />
<br />
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah keperawatan yang ada pada klien.<br />
1. Pengumpulan Data<br />
a. Biodata<br />
Penderita diabetes mielitus dapat mengenai seluruh usia, biasanya untuk tipe IDDM muncul pada usia muda dan NIDDM pada usia dewasa<br />
b. Riwayat kesehatan<br />
1) Keluhan utama dan Riwayat kesehatan sekarang<br />
Keluhan yang sering muncul adalah : kelemahan, polyuria, polydipsia dan polyphagia disamping keluhan sistemik lainnya.<br />
2) Riwayat kesehatan dahulu<br />
Pada tipe NIDDM sering ditemukan adanya kebiasaan pemasukan kalori berlebihan yang menyebabkan timbulnya obesitas pada penderita, ataupun adanya riwayat pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan kelenjar pankreas dan insulitis<br />
3) Riwayat kesehatan keluarga <br />
Diabetes mielitus merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik, hal ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta (Price,1995).<br />
<br />
c. Pemeriksaan Fisik<br />
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh secara menyeluruh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.<br />
1) Sistem Endokrin <br />
Biasanya didapatkan data polifagi, polidipsi, mual, muntah, kehilangan BB atau obesitas, pembesaran tyroid, bau aseton.<br />
2) Sistem Kardiovaskuler<br />
Biasanya didapatkan data hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama pada tibia posterior dan dorsalis pedis, CRT menurun dan dapat pula ditemukan adanya keluhan nyeri dada. Apabila telah terdapat kelaianan jantung akan diperoleh kelainan gambaran EKG lambat.<br />
3) Sistem Pernafasan<br />
Biasanya didapatkan pernafasan kusmaul bila sudah terkena ketoasidosis, nafas bau aseton.<br />
4) Sistem Pencernaan<br />
Biasanya didapatkan data mual, muntah, perasaan penuh pada perut, konstipasi, penurunan BB. Tetapi dapat pula ditemukan napsu makan yang meningkat.<br />
5) Sistem Perkemihan<br />
Biasanya didapatkan data poliuri dan nokturia, bahkan dalam tahap lanjut klien dapat mengidap penyakit gagguan ginjal kronis.<br />
6) Sistem Integumen<br />
Biasanya didapatkan data turgor kulit menurun, bisul-bisul, keluhan gatal-gatal, luka dan penurunan suhu tubuh. <br />
7) Sistem Muskuloskeletal<br />
Biasanya didapatkan kelemahan kaki, kekakuan pada ekstemitas bawah.<br />
8) Sistem Persarafan<br />
Biasanya didapatkan data penurunan fungsi sensasi sensori, nyeri, penurunan suhu pada kaki, penurunan reflek, nyeri kepala dan bingung. <br />
9) Sistem Pengindraan<br />
Biasanya didapatkan data gangguan pada pengindraan, penglihatan berupa katarak, penglihatan kabur.<br />
10) Sistem Reproduksi<br />
Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanita disertai keputihan. <br />
d. Pemeriksaan Penunjang<br />
Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, EKG dan urine.<br />
2. Analisa Data<br />
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan dan menghubungkan data dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Nasrul Effendy, 1995: 24).<br />
<br />
<br />
B. Diagnosa Keperawatan<br />
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dari interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi (potensial) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin timbul akibat diabetes mielitus menurut Doenges, M. E, (2001), Urden, L.D. (2006), sebagai berikut:<br />
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.<br />
3. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas, perubahan status metabolik (neuropati perifer).<br />
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan<br />
5. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />
6. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />
7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />
8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />
9. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.<br />
<br />
C. Intervensi<br />
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi<br />
Kriteria Hasil :<br />
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal. <br />
Intervensi :<br />
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik<br />
R: hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia<br />
Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul<br />
R: pernapasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asamaseto-asetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.<br />
Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas<br />
R: pernapasan cepat,dangkal dan sianosis merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan<br />
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa<br />
R: merupakan indikastor dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat<br />
Pantau masukan dan pengeluaran<br />
R: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairanpengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan<br />
Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung<br />
R: mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi<br />
Catat hal-hal seperti mual,nyeri abdomea, muntah dan distensi lambung.<br />
R: Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung yang sering kali akan menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.<br />
Kolaborasi :<br />
berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, <br />
pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)<br />
berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau oral sesuai indikasi<br />
berikan bikarbonat jika PH < 7,0<br />
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.<br />
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi<br />
Kriteria Hasil :<br />
Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat<br />
Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya<br />
Intervensi :<br />
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi<br />
R: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat<br />
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.<br />
R: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik<br />
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.<br />
R: hiperglikemia atau gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung<br />
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.<br />
R: pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik<br />
Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.<br />
R: memberi informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.<br />
Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.<br />
R: karena metabolism karbohidrat mulai terjasi sementara insulin tetap diberikan maka hipoglikemia dapat terjadi. Pada klien yang tidak sadarkan diri, mungkin tidak memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.<br />
Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.<br />
R: analisa gula darah di tempat tidur lebih akurat dari pada memantau gula dalam urin<br />
Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.<br />
R: membantu proses pemindahan glukosa dari darah ke tingkat sel<br />
Kolaborasi dengan ahli diet.<br />
R: bermanfaat dalam penghitungan kebutuhab nutrisi klien<br />
3. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas, perubahan status metabolik (neuropati perifer).<br />
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.<br />
Kriteria hasil : <br />
Berkurangnya oedema sekitar luka.<br />
pus dan jaringan berkurang<br />
Adanya jaringan granulasi.<br />
Bau busuk luka berkurang<br />
Intervensi:<br />
• Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.<br />
R: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.<br />
• Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.<br />
R: merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka. larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul,sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.<br />
• Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.<br />
R: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.<br />
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan<br />
Tujuan : pasien tidak mengalami injury<br />
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury<br />
Intervensi :<br />
Hindarkan lantai yang licin.<br />
R: menghindari dari terjadinya injury saat klien berdiri atau berjalan menuju kamar mandi<br />
Gunakan bed yang rendah dan palang tempat tidur.<br />
R: menghindari terjadinya injuri yang berat jika bed terlalu tinggi<br />
Orientasikan klien dengan ruangan.<br />
R: orientasi dapat membantu klien mengenal ruangan lebih jelas dan memudahkan klien dalam beraktivitas<br />
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari<br />
R: pada klien yang tidak mampu melakukan aktivitas perlu dibantu untuk mencegah terjadinya kelelahan yang berat<br />
Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi<br />
R: perubahan posisi menghindari terjadinya keram dan pada klien yang tidak sadarkan diri mengurangi risiko terjadinya ulkus dekubitus<br />
5. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />
Tujuan :<br />
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.<br />
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.<br />
Intervensi :<br />
• Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.<br />
R: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.<br />
• Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.<br />
R: Mencegah timbulnya infeksi silang.<br />
• Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.<br />
R: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.<br />
• Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.<br />
R: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.<br />
• Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.<br />
R: Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.<br />
6. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />
Tujuan :<br />
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.<br />
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.<br />
Intervensi :<br />
• Pantau tanda-tanda vital dan status mental.<br />
R: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal<br />
• Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.<br />
R: Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.<br />
• Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.<br />
R: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.<br />
• Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.<br />
R: Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.<br />
7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />
Tujuan :<br />
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.<br />
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.<br />
Intervensi :<br />
• Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.<br />
R: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.<br />
• Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.<br />
R: Mencegah kelelahan yang berlebihan.<br />
• Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.<br />
R: Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.<br />
• Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.<br />
R: Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.<br />
8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />
Tujuan :<br />
Mengakui perasaan putus asa<br />
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.<br />
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.<br />
Intervensi :<br />
• Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.<br />
R: Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.<br />
• Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.<br />
R: Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.<br />
• Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.<br />
R: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.<br />
• Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.<br />
R: Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.<br />
<br />
9. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.<br />
Tujuan :<br />
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.<br />
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.<br />
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.<br />
Intervensi :<br />
• Ciptakan lingkungan saling percaya<br />
R: Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.<br />
• Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.<br />
R: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.<br />
• Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.<br />
R: Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.<br />
• Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.<br />
R: Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB IV<br />
PENUTUP<br />
<br />
<br />
A. Kesimpulan<br />
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).<br />
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).<br />
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).<br />
Saat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan pengklasifikasian lebih berdasarkan etiologi penyakitnya.<br />
1. Diabetes Mellitus Tipe 1:<br />
Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolut<br />
Melalui proses imunologik (Otoimunologik)<br />
Idiopatik<br />
2. Diabetes Mellitus Tipe 2<br />
Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin<br />
3. Diabetes Mellitus Tipe Lain<br />
a. Defek genetik fungsi sel β :<br />
kromosom 12, HNF-1 α (dahulu disebut MODY 3),<br />
kromosom 7, glukokinase (dahulu disebut MODY 2)<br />
kromosom 20, HNF-4 α (dahulu disebut MODY 1)<br />
DNA mitokondria<br />
b. Defek genetik kerja insulin<br />
c. Penyakit eksokrin pankreas:<br />
Pankreatitis<br />
Trauma/Pankreatektomi<br />
Neoplasma<br />
Cistic Fibrosis<br />
Hemokromatosis<br />
Pankreatopati fibro kalkulus<br />
Endokrinopati:<br />
• Akromegali<br />
• Sindroma Cushing<br />
• Feokromositoma<br />
• Hipertiroidisme<br />
Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin, interferon<br />
Diabetes karena infeksi<br />
Diabetes Imunologi (jarang)<br />
Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Prader Willi<br />
4. Diabetes Mellitus Gestasional<br />
Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2<br />
5. Pra-diabetes:<br />
IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu)<br />
IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)<br />
Diagnosa yang mungkin timbul akibat diabetes mielitus menurut Doenges, M. E, (2001), Urden, L.D. (2006), sebagai berikut:<br />
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.<br />
2. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.<br />
3. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas, perubahan status metabolik (neuropati perifer).<br />
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan<br />
5. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.<br />
6. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.<br />
7. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.<br />
8. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.<br />
9. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.<br />
<br />
B. Saran <br />
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :<br />
1. Sebagai seorang perawat kita seharusnya mengetahui tanda dan gejala dari penyakit Diabetes Melitus<br />
2. Sebagai seorang perawat kita seharusnya dapat menangani dengan segera kasus penyakit Diabetes Melitus.chovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-846775542228634755.post-2507564126223203652011-06-20T00:58:00.001-07:002011-06-20T00:58:50.985-07:00kb dan kontrasepsi1. Defenisi keluarga berencana (KB)<br />
<br />
Dalam pengertian secara umum : Keluarga berencana adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinyadan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. (Teknik Keluarga Berencana 1980, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,Bandung: Elstar Offset .)<br />
Dalam pengertian secara khusus: Pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar persetubuhan. (Teknik Keluarga Berencana 1980, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,Bandung: Elstar Offset .)<br />
<br />
2. Defenisi kontrasepsi :<br />
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencagah terjadinya kehamilan.Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara,dapat juga bersifat permanen.Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. (Ilmu Kandungan,2008,Yayasan Bina Pustaka Sarwowno Prawirohardjo,Jakarta: Tridasa Printer.)<br />
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap.Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat,secara mekanis,menggunakan obat/alat,atau dengan operasi.Pemilihan jenis kontrasepsi didasarkan pada tujuanpenggunaan kontrasepsi,yaitu:<br />
1. Menunda kehamilan.Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan menunda kehamilanya.<br />
2. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan ).Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.<br />
3. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi).Saat usia istri diatas 30 tahun,dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1,2001,Fakultas Kedokteran UI,Jakarta:Media Aesculapius.)<br />
<br />
3. Cara dan metode kontrasepsi<br />
<br />
Metode Kalender<br />
Metode ini dikenal juga sebagai Ogino Knaus.M enurut Ogino ovulasi biasanya terjadi padabhari ke -14 sebelum haid yang akan datang,tapi sebetulnya dapat terjadi antara hari ke-12 dan hari ke-16 sebelum haid.Jadi ke 5 hari itu yang jelas merupakan masa yang terlarang untuk coitus.<br />
Karena sel mani dapat hidup selama tiga hari dalam alat reproduksi wanita maka ditambahnya hari ke-17 dan 18,kemudian di tambahkan satu hari lagi ialah hari ke 11 untuk hidupnya sel telur sehingga masa subur menjadi 8 hari ialah pada siklus 28 hari dari ke 11 sampai dengan hari ke 18.<br />
Yang paling menyulitkan pada metode kalender ialah bahwa tidak banyak wanita mendapat haid yang teratur setiap 28 hari,hal ini bisa menyebabkan kehamilan.Karena sebaiknya haid diperiksa dulu,sekurang-kurangnya selama 6 bulan dan sebaiknya selama 12 bulan.<br />
Apabila sudah jelas makin tidak teratur haidnya makin pendek masa yang aman.Misalnya kalau siklus haid seorang wanita bervariasi antara 25 dan 32 hari maka masa aman pre-ovulasi diperoleh dengan mengurangi 18 hari dari yang terpendek (25-18=7) dan masa aman post ovulasi dengan mengurangi 11dari siklus yang panjang (32-11=21) maka masa tidak subur ialah hari ke 7 dan sesudah hari ke 21.<br />
Cara ini akan lebih tinggi efektivitasnya jika dibarengi pula dengan pengukuran suhu basal badan,dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat terjadinya ovulasi.Menjelang ovulasi suhu bada turun kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu badan naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi,dan tetap tinggi sampai terjadinya haid.<br />
<br />
Metode Suhu Badan Basal (Termal)<br />
Hormon progesteron yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik atau memproduksi panas.Ia dapat menaikan suhu tubuh 0,05◦ sampai 0,2◦C (0,4◦-1◦F) dan memprtahankan pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya.Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal dan ini merupakan dasar dari metode suhu tubuh basal (STB).Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh.<br />
<br />
Suhu basal harus diukur dengam thermometer yang khusus dan dicatat pada kartu grafik yang tertentu.Karena yang paling penting ialah perubahan suhu dan bukan nilai absolutnya,maka pengukuran harus dilakukan setiap hari ialah pada pagi harisebelum bangun dari tidur dan sebelum makan atau minum serta dicatat setiap malam.<br />
Pengukuran ini secara oral (3 menit) atau rectal ( 1 menit).Kekurangan dari cara ini ialah bahwa kita hanya dapat menentukan masa aman post ovulasi.Karena itu sering dikombinasikan dengan metode kalender untuk menentukan masa tidak subur pre-ovulasi.<br />
<br />
Jadi pelaksanaannya sebagai berikut:<br />
Masa aman pre-ovulasi ditentukan dengan metode kalender atau dengan mengurangi 6 hari dari kenaikan suhu yang paling dini yang telah mencatat selama 6 bulan.Masa aman post ovulasi ialah 3 hari setelah kenaikan suhu basal.<br />
Metode suhu basal tidak dapat dipergunakan pada remaja dan dalam climacterium karena sering siklus yang ovulatior diselingi dengan siklus yang ana ovulatior.<br />
Untuk menerapkan aturan peningkatan termal,harus diambil langkah-langkah sebagai berikut:<br />
• Selama siklus haid,klien mengikir suhu tubuhnya setiapmpagi sebelum bangun dari tempat tidur (Kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat suhu tubuhnya pada lembar catatan yang telah disediakan.<br />
• Dengan menggunakan pencatatan suhu tubuh pada lembar tersebut ,ia mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal,rendah(Suhu tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus tanpa adanya kondisi yang luar biasa) selama 10 hari pertama dari siklus haid,dengan mengesampingkan suhu rubuh tinggi yang abnormal akibat demam atau gangguan lainnya.<br />
• Tariklah sebuah garis 0,05◦C diatas suhu tertinggi dari 10 suhu tertinggi dari 10 suhu tersebut diatas.Garis ini disebut sebagai garis penutup atau garis suhu.<br />
• Tunggu 3 hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai senggama.Fase tidak subur dimulai pada malam ke 3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.<br />
• Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu selama 3 hari perhitungan.Ini mungkin tanda ovulasi sebelum terjadi. Jadi klien harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh diatas garis suhu sebelum memulai senggama.<br />
• Setelah fase tidak subur dimulai,klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh.Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya.<br />
<br />
Metode Lendir Serviks<br />
Dalam metode ini dilakukan penilaian lendir serviks.Sifat cairan vagina yang bervariasi selama siklus haid.Lendir divagina yang diperiksa dengan cara memasukan jari tangan klien sendiri dalam vagina dan mencatat bagimana lendir itu dirasakan setipa hari.<br />
Setelah haid berakhir,umumnya wanita mengalami beberapa hari tidak ada lendir dan daerah vagina dirasakn kering,ini dikenal sebagai hari-hari kering.<br />
Setelah itu seorang wanita melihat adanya lendir.Lendir ini secara khas lengket ,seperti bubur atau rapuh.Warnanya bervariasi dari kunig sampai putih.Karena lendir ini tidak seberapa lembab,daerah vagina masi dirasakan kering atau seperti lengket.Bila terdapat lendir jenis apapun sebelum ovulasi,saat-saat ini dianggap sebagai masa subur.Walaupun lendir tersebut lengket dengan tipe seperti bubur,hari-hari subur telah dimulai karena jenis lendir yang basah dalam leher rahim mungkin telah ada.<br />
Saat ovulasi terjadi dengan estrogen meningkat, lendir menjadi basah.Lendir ini jumlahnya bertambah secara bertahap dan semakin jernih.lendir ini menjadi semakin basah,elastis dan licin.Lendir ini menyerupai putih telur dan dapat diregangkan perlahan-lahan diantara 2 jari.Umumnya wanita merasa basah didaerah vaginanya selama waktu-waktu ini.Ini adalah jenis lendir yang memungkinkan sperma hidup dan berenang menuju sel telur sampai selama 5 hari.<br />
Setelah ovulasi,progesteron meningkat dan lendir serviks berubah lagi.Lendir serviks mulai kurang basah,lebih lengket,seperti bubur serta jumlahnya berkurang.Sensasi vagina menjadi kering.Lendir jenis ini membuat sperma menjadi sulit untuk bergerak dan hidupnya untuk beberapa menit sampai beberapa jam.Lendir ini membantu mencegah masuknya sperma dan bakteri yang merugikan kedalam uterus.Sejumlah wanita mungkin tidak mempunyai lendir lagi pada hari-hari akhir siklus haid.<br />
Dasarnya adalah perubahan kualitatif dan kuantitatif yang siklis dari lendir cerviks karena pengaruh hormon ovarium.<br />
Perubahan ini dapat dibagi dalam 5 fase:<br />
Fase 1 : Masa kering segera setelah menstruasi,karena kadar estrogen yang rendah,kurang merangsang sekresi<br />
Fase 2 : Pada masa pre-ovulasi dini kadar estrogen mulai naik dan akibatnya ialah sekresi lendir yang keruh dan liat.<br />
Fase 3 : Hari-hari basah beberapa waktu sebelum dan sesudah ovulasi.Pada masa ini kadar estrogen mencapai puncak,maka lendir berubah menjadi jernih,licin,sifatnya seperti putih telur.<br />
Fase 4 : masa post ovulasi dimana kadar progesteron naik,sehingga lendir berkurang sekali dan menjadi keruh dan liat.<br />
Fase 5 : Masa pre-menstruasi dimana lendir kadang-kadang men jadi jernih lagi can sangat cair.Fase ini tidak selalu terjadi.<br />
Masa subur mulai terjadi pada hari pertama adanya lendir serviks pasca hai (Fase 2 ) dan berlangsung sampai 4 hari sesudah keluarnya lendor yang jernih dan licin.Hari lainya merupakan masa yang aman.<br />
Sejak tahun 1950 metode lendir serviks dikombinasikan dengan metode suhu dan kalender dan gejala lain dari ovulasi,dikenal sebagai metode sympto-thermal.Metode ini dikenal juga sebagai metode Billings.Jelas bahwa wanita yang ingin mempergunakan metode ini harus tahu membedakan perasaan basah atau kering dan sifat liat atau licin,jadi harus pandai juga memeriksa lendirnya sendiri.<br />
Bila pasangan menginginkan kehamilan:<br />
• Bila pasangan menginginkan kehamilan,mereka harus melakukan senggama pada saat-saat dimana lendirnya dirasakan elastis,basah,dan licin dalam siklus haidnya.<br />
• Bila ia tidak hamil pada bulan itu,ia harus tetap memonitor lendir suburnya sehingga pasangan itu tahu kapan mereka harus melakukan senggama.<br />
Bila pasangan tidak menginginkan kehamilan:<br />
• Sebelum ovulasi,senggama dapat dilakukan pada selang semalam hari-hari kering.Hal ini disebut sebagai Aturan Hari Kering Bergantian (Alternate Dry Day Rule). Suatu hari kering adalah hari saat tidak didapatkan lendir dan sensasi bagina menjadi kering. Pembatasan senggama selang sehari kering memberi kesempatan bagi semen untuk keluar dari vagina selama hari pantang dan membedakanya dengan lendir jenis subur.Bila setelah hari pantang vagina kering lagi,senggama boleh dilakukan.<br />
• Hari pertama adanya lendir jenis apapun atau sensasi basah pada vagina merupakan mulainya fase subur.Pantang senggama harus dilakukan sampai fase subur ini berakhir.Ini disebut Aturan Lendir Awal (Early Mucus Rule).<br />
• Pantang senggama harus dilakukan hingga 3 hari 3 malam sampai pagi hari ke 4 setelah hari puncak,fase tidak subur dimulai.Senggama boleh dilakukan sampai siklus haid berakhir dan perdarahan haid dimulai lagi.Ini disebut sebagai Aturan Hari Puncak (Peak Day Rule).<br />
• Bila perdarahan terjadi sebelum aturan hari puncak dikerjakan,pantang senggama harus dilakukan selama perdarahan berakhir.Bila lendir timbul selama 3 hari tersebut ,fase subur telah mulai.Bagaimanapun bila hari-hari kering terus berlangsung sampai perdarahan selesai,ovulasi mungkin telah terjadi selama masa perdarahan tersebut.Aturan hari kering bergantian harus diikuti karena seorang wanita tidak dapat memastikan apakah ia telah mengalami ovulasi.<br />
Cara kerja<br />
Dimulai dari hari pertama setelah haid berakhir,klien harus mencatat pola lendirnya terus menerus sampai 8-10hari setelah hari terakhir dengan lendir yang licin dan basah,atau hari puncak (Peak Day).Jari puncak menunjukan bahwa ovulasi talah dekat atau bahkan sedang terjadi,dan pencatatan harus diteruskan sampai ia yakin bahwa ia telah tidak subur lagi.Ia harus terus mencatat pola lendirnya setiap siklus sampai ia terbiasa memeriksa dan menilai pola lendirnya yang dapat memekan waktu beberapa bulan.Setelah terbiasa dengan hal ini,klien tidak perlu lagi memeriksa lendirnya setiap hari selama siklus haidnya,ia dapat berhenti setelah menjalankan aturan hari puncak karen ia telah mencapai masa tidak subur.Karena lendir mungkin berubah sepanjang hari,hari yang terbaik adalah mencatatnya pada malam hari dan selalu mencatat lendir yang dirasakan paling subur pada hari itu. <br />
Metode Coitus Interuptus ( Senggama Terputus )<br />
Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh bagian terbesar pria,dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi.Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina.Keuntungannya cara ini tidak membituhkan biaya,alat-alat maupun persiapan,akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria.Beberapa pria karena faktor jasmani dan emosional tidak dapat mempergunakan cara ini. Selanjutnya,penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.<br />
<br />
Efektifitas cara ini umumnya dianggap kurang,sungguhpun penyelidikan yang dilakukan Amerika dan Inggris membuktikan bahwa angka kehamilan dengan cara ini hanya sedikit lebih tinggi daripada cara yang mempergunakan kontrasepsi mekanis atau kimiawi.Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh :<br />
• Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang dapat mengandung sperma,apalagi pada koitus yang berulang (Repeated Coitus).<br />
• Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina<br />
• Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan,misalnya karena adanya hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri oleh benang lendir serviks uteri yang pada masa ovulasi mempunyai spinbarkeit yang tinggi.<br />
Walaupun cara ini tentu ada kegagalanya tapi tidak kalah dengan hasil pasangan yang mempergunakan kondom dan diafragma. Dulu dikatakan bahwa Coitus interruptus dapat menyebabkan hipertropi prostat,impotensi dan bendungan panggul,namun bukti ilmiah tidak ada. Tapi kalau salah satu anggota dari pasangan tidak menyetujui,dapat menimbulkan ketegangan dan dengan demikian mungkin dapat merusak hubungan seks.<br />
Cara ini tentu memerlukan suami yang bertanggung jawab dan dengan kemauan yang cukup besar, tapi mudah diterima, karena merupakan cara yang dapat dirahasiakan tidak usah minta nasihat pada orang lain<br />
Metode Barier pada Pria ( Kondom )<br />
Kondom adalah selaput karet yang dipasang pada penis selama hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis tipis, berbentuk silinders, dengan muaranya berpinggir tebal, bila digulung berbentuk rata atau mempunyaj bentuk seperti piting susu. Kondom juga membantu mencegah PMS, termasuk AIDS. <br />
Kondom adalah metode yang mengumpulkan air mani dan sperma di dalam<br />
kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputiseparuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus dilepas setelah ejakulasi.<br />
<br />
Keuntungan kondom, selain untuk memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin, ialah bahwa ia dapat juga digunakan untuk tujuan kontrasepsi. <br />
Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan waktu melakukan koitus. Adapula pasangan yang tidak menyukai kondom oleh karena adanya asosiasi dengan soal pelacuran.<br />
Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. <br />
Namun, efek samping kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet.<br />
<br />
Cara pemakaian kondom :<br />
• Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.<br />
• Buka kondom secara perlahan untuk mencegah kerusakan (jangan menggunakan gigi atau benda tajam)<br />
• Pasang kondom dalam keadaan penis ereksi dan sebelum kontak dengan pasangan<br />
• Pastikan tidak ada udara yang terjebak di ujung kondom<br />
• Pastikan penggunaan pelumas yang cukup (dapat menggunakan pelumas tambahan)<br />
• Gunakan hanya pelumas dengan bahan dasar air ketika menggunakan kondom (pelumas dengan bahan dasar minyak dapat melemahkan lateks)<br />
• Pegang kondom dengan hati-hati setelah ejakulasi, dan untuk mencegah terlepasnya kondom,keluarkan kondom dari vagina dalam keadaan penis ereksi<br />
<br />
Metode Barier pada Wanita ( Barier Intra vaginal )<br />
<br />
Diafragma dan cervical cap --> kontrasepsi penghalang yang dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam saluran reproduksi. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel. Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya. Diafragma harus diletakkan minimal 6 jam setelah senggama. Cervical cap (penutup serviks) adalah kop bulat yang diletakkan menutupi leher rahim dengan perlekatan di bagian forniks. Terbuat dari karet dan harus tetap di tempatnya lebih dari 48 jam.<br />
<br />
Diafragma Vaginal<br />
Diafragma vaginal ini terdiri dari kantong karet yang berbentuk mangkuk yang per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyau sifat seperti per.<br />
<br />
Ukurana diavragma vaginakl yang beredar dipasaran mempunyai diameter antara 55-100mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai pebedaan diameter masing-masing 5 mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh aseptor ditentukan secara individual. Diafragma di masukan kedalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk kedalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukan kedalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal seperti ini.<br />
1. Keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.<br />
2. Jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus menerus.<br />
3. Jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena sesuatu sebab.<br />
<br />
Diafragma paling cocok dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.<br />
<br />
Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek sampingan mungkin dusebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembang biakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang disitu.<br />
<br />
Kekurangan khasiat diafragma vaginal adalah<br />
1. Diperlukan motivasi yang cukup kuat.<br />
2. Umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk digunakan secara masal.<br />
3. Pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan.<br />
4. Tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.<br />
<br />
Keuntungan cara ini adalah<br />
1. Hampir tidak ada efek sampingan. <br />
2. Dengan motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan.<br />
3. Dapat dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab. <br />
<br />
Cara Pemakaian Diafragma Vaginal <br />
Jika akseptor telah setuju mempergunakan cara ini ,terlebih dahulu ditentukan ukuran diafragma yang akan dipakai,dengan mengukur jarak antara simfisis bagian bawah dan forniks vaginae posterior dengan menggunakan jari telunjuk dari jari tengah tangan dokter,yang dimasukan kedalam vagina akseptor.Kemudian,kepadanya diterangkan anatomo alat-alat genital bagian dalam dari wanita,dan dijelaskan serta didemonstrasikan cara memasang diafragma vaginal. Pinggir mangkuk di jepit antara ibu jari dan jari telunjuk, dan diafragma di masukan ke dalam vagina sesuai dengan sumbunya.<br />
<br />
Setelah selesai pemasanganya, akseptor harus meraba dengan jarinya bahwa porsio servisis uteri terletak di atas mangkuk, pinggir atas diafragma diforniks vagina posterior, dan pinggir bawah di bawah simfisis. Kemudian akseptor disuruh sendiri memasang diafragma, mengontrol apakah letaknya sudah benar, dan akhirnya mengeluarkannya. Akseptor harus melatih diri untuk menggunakan diafragma. Jika perlu, pemasukan diafragma kedalam vagina dapat di lakukan dengan menggunakan introducer. Diafragma harus dimasukkan sebelum koitus, pemasukkan dapat dilakukan dengan posisi tidur terlentang, dengan kaki di bengkokkan dalam lutut dan kaki terbuka sedikit, dalam posisi berjongkok, atau dalam posisi berdiri dan satu kaki di tinggikan.<br />
<br />
Sebelum di masukkan, obat spermatisida di letakkan dalam mangkuk diafragma serta di oleskan pada pinggirnya. Setelah koitus, diafragma tidak boleh segera di keluarkan, akan tetapi harus di tunggu 6 sampai 8 jam. Dalam waktu itu sperma dalam vagina di kirakan sudah mati<br />
<br />
Cara penyimpanan diafragma vaginal<br />
Setelah di pakai, diafragma vaginal di cuci dengan air dan sabun dingin sampai bersih, lalu dikeringkan dengan kain halus, dan kemudian diberi bedak. Diafragma vaginal harus di simpan di tempat yang tidak boleh kena panas. Sekali-sekali diafragma harus di peiksa apakah tidak bocor atau apakah cincin mangkuk tidak rusak. Jika di jaga dengan baik, diafragma dapat di pergunakan untuk selama kira-kira 1 – 11/2 tahun.<br />
<br />
Cervical cap<br />
Cervical cap di buat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari diameter 22mm-33mm, jadi lebih kecil dari diafragma vaginal. Cap ini di pasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang di pakai untuk kontrasepsi.<br />
<br />
Penggunaan dan pemeliharaannya<br />
Cap harus di pakai setiap koitus. Beberapa pasien suka memasangnya tiap malam sebelum tidur. Alat ini harus di tinggalkan sekurang-kurangnya 6 jam, setelah koitus, jadi biasanya di pasang malam dan di angkat pada pagi hari.<br />
Setelah di pakai, cap di cuci dengan air hangat, jangan air yang terlalu panas, kalau perlu dengan sabun. Kemudian di bersihkan dan diberi bedak dan di simpan dalam kotaknya. Sewaktu-waktu pasien hendaknya memeriksa alat ini atas adanya lobang atau retak. <br />
<br />
Spermisid vaginal <br />
Alat KB ini memiliki bentuk beragam. Ada foam aerosol (busa), tablet, supposutoria, krim, jeli, dan spons. Dipakai dengan cara dioleskan ke dalam vagina sebelum berhubungan intim. Spermisida mematikan sel-sel sperma sebelum sempat memasuki rahim. <br />
<br />
<br />
Plus: <br />
1.Melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual gonorrhea, klamida, hepatitis B, HIV/AIDS<br />
2.Tidak didapatkan efek samping sistemik/pada tubuh. <br />
Minus: <br />
1.Angka kegagalan 10-25 dari 100 wanita per tahun. <br />
2.Tidak memberi perlindungan terhadap hepatitis B, penyakit menular seksual, seperti HIV/AIDS, klamidia, gonorrhea. <br />
3.Bisa menimbulkan gatal-gatal atau lecet pada vagina. <br />
4.Tidak terlalu ampuh bila hanya digunakan tanpa bantuan alat lain seperti kondom atau diafragma. <br />
<br />
Metode kontrasepsi hormonal<br />
Estrogen sebagai kontrasepsi bekerja dengan jalan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium, menghambat perjalanan ovum atau inplantasi. Sedangkan progesteron bekerja dengan cara membuat lendir serviks lebih kental, hingga penetrasi dan transportasi sperma lebih sulit, menghambat kapasitas sperma, perjalanan ovum dalam tuba, implantasi, dan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.<br />
<br />
Kontraindikasi<br />
Mutlak: kehamilan, tumor-tumor yang di pengaruhi estrogen, pernah mengalami kelainan serebrovaskuler dan diabetes melitus.<br />
Relatif: depresi, migren, mioma uteri, hipertensi, oligomenore, dan amenore.<br />
Efek samping<br />
Efek samping kontrasepsi hormonal sesuai dengan kadar hormon yang dikandungnya. Kelebihan hormon estrogen dapat menimbulkan nausea, edema, keputihan, kloasma, disposisi lemak berlebihan, eksotrofia serviks, teleangiekasia, nyeri kepala, hipertensi, superlaktasi, dan buah dada tegang. Rendahnya dosis estrogen dapat menyebabkan spotting dan breakthrough bleeding antara masa haid. Sedangkan kelebihan progesteron dapat menimbulkan perdaraahan yang tidak teratur, nafsu makan meningkat, cepat lelah, depresi, libido berkurang, jerawat, alopesia, hipomenore, dan keputihan. Kekurangan hormon progesteron menyebabkan darah haid yang lebih banyak dan lama.<br />
<br />
Pil kontrasepsi<br />
Ada tiga macam pil kontrasepsi, yaitu mini pil, pil kombinasi, dan pil pasca sengama. Yang umum di gunakan ialah pil kombinasi antara estrogen dan progesteron. Mini pil yang hanya mengandung progestin dosis rendah biasanya diberikan pada ibu yang menyusui (hingga kira-kira 9 bulan setelah melahirkan)<br />
<br />
Cara kerja pil kontrasepsi<br />
1. Menghambat timbulnya ovulasi dengan pengaruhnya terhadap hipotalamus, hipofise dan ovarium. Pengeluaran RF (Realising Faktor) oleh hipotalamus terhambat sehingga kadar FSH dan LH menurun. Namun demikian pula steroidogenesis ovarium tidak terjadi<br />
2. Menyebabkan perubahan pada beberapa bagian alat kandungan, seperti lendir serviks, endometrium dan mungkin pula pada miometrium dan tuba. Lendir serviks menjadi lebih kental, sehingga tidak mudah di tembus oleh spermatozoa. Pada endometrium terlihat adanya proliverasi yang di ikuti secara cepat oleh fase sekresi yang dini dan kemudian kelenjar mengalami regresi dengan stroma yang lembab.<br />
<br />
Pil kombinasi<br />
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini di anggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan-perubahan pada lendir serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perunahan pada motilitas tuba faloppi dan uterus.<br />
Efek samping : hormon-hormon dalam pil harus cukup kuat untuk dapat mengubah proses biologi, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika kadang-kadang timbul efek sampingan. Efek tersebut pada umunya di temukan pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen atau pada pil dengan kelebihan progesteron. Perlu juga di ketahui bahwa antara jenis-jenis progestagen terdapat perbedaan mengenai efek tambahan, yakni efek estrogenik, atau efek androgenik atau efek metabolik.<br />
<br />
Kelebihan dan kekurangan <br />
<br />
Kelebihan pil kombinasi : <br />
1. Efektifitasnya dapat dipercaya (daya guna teoretis hampir 100 %, daya guna pemakaian 95-98%)<br />
2. Frekuensi koitus tidak perlu di atur.<br />
3. Siklus haid jadi teratur.<br />
4. Keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali<br />
Kekurangan pil kombinasi:<br />
1. Pil harus di minum tiap hari, sehingga kadang-kadang merepotkan<br />
2. Motifasi harus kuat,<br />
3. Adanya efek sampingan walaupun sifatnya sementara umpamanya mual, sakit kepala, muntah, buah dada jadi nyeri,<br />
4. Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang persisten<br />
5. Untuk penduduk golongan tertentu harganya masih mahal.<br />
<br />
Mini-pill<br />
Pada tahun 1965 Rudell dkk menemukan bahwa pemberian progestagen (khlormadinon asetat) dalam dosis kecil (0,5 mg/hari) menyebabkan wanita tersebut menjadi infertil. Mini-pill bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini ovulasi kadang-kadang masih dapat terjadi. Efek utamanya adalah terhadap lendir serviks, dan juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi. Mini-pill ini umumnya tidak di pakai untuk kontrasepsi.<br />
<br />
Pil pasca senggama <br />
Pada tahun 1966 Morris dan Van Wagenen menemukan bahwa estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika di berikan segera setelah koitus yang tidak di lindungi. Penyelidikan yang di lakukan pada wanita sukarelawan dan wanita yang di perkosa kepada sebagian wanita-wanita tersebut di berikan 50 mg dietilstibestrol (DES) dan sebagian lagi di berikan etinil-estradiol (EE) sebanyak 0,5-2 mg sehari selama 4-5 hari setelah terjadinya koitus.kiranya dengan cara ini dapat dihalangi implantasi blastokista dalam endometrium.<br />
<br />
Suntikan kontrasepsi (depo provera)<br />
Depo provera adalah 6-alfa-medroksiprogesteron yang di gunakan untuk tujuan kontrasepsi prenatal, mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat efektif. Obat ini termaksud obat depot. Noristerat juga termaksud dalam golongan ini.<br />
Suntikan di berikan mulai hari ke-3 sampai ke-5 pasca persalinan, segera setelah keguguran, atau pada interfal 5 hari pertama haid. Hormon di suntikan secara intramuskuler dalam di daerah gluterus maksinis atau deltoid. Selanjutnya suntikan ciklovem di berikan tiap bulan, noristerat tiap 2 bulan dan depolifera tiap 3 bulan sekali.<br />
<br />
Mekanisme kerja<br />
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktordari hipotalamus<br />
2. Ledir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri<br />
3. Implantasi ovum dalam endometrium di halangi <br />
4. Kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.<br />
Keuntungan<br />
1. Efektivitas tinggi<br />
2. Sederhana pemakaiannya.<br />
3. Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali se tahun)<br />
4. Refersibel<br />
5. Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak<br />
Kekurangan<br />
1. Sering menimbulkan pendarahan yang tidak teratur (spotting, breathrough bleding)<br />
2. Dapat menimbulkan amenorea. Obat suntikan cocok dipergunakan pada ibu-ibu yang baru saja bersalin dan sedang menyusui anaknya.<br />
Kontrasepsi susuk ( Norplant )<br />
Norplant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung Levonorgestrel yang di bungkus dalam kapsul silastik-silicone dan di susukkan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul panjangnya 34 mm dan berisis 36 mg Levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg Levonorgestrel dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi ataupun pada AKDR yang bioaktif.<br />
Mekanisme Kerja<br />
1. Mewngentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.<br />
2. Menemukan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.<br />
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.<br />
Kelebihan norplant<br />
Kelebihan norplant antara lain adalah cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah, resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR ). Selain itu cara norplant ini dapat digunakan untuk jangka panjang ( 5 tahun ) dan bersifat reversibel. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu 1 tahun setelah pengangkatan norplant, 80%sampai 90% wanita dapat hamil kembali.<br />
<br />
Kerugian norplant<br />
Kerugian norplant adalah antara lain gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting, perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah ( metrorrhagia ), amenorhea, mual-mual, anoreksia, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubaha pada libido dan berat badan, timbulnya akne. Oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan kedalam darah sangat kecil, maka efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB.<br />
Metode Kontrasepsi AKDR<br />
Alat kecil terdiri dari logam,alminium ataupun plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh seorang bidan / dokter terlatih untuk mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi.<br />
Ada bebagai jenis AKDR yang berada di Indonesia, secara umum. AKDR tersebut terdiri dari 3 tipe yaitu: <br />
1. Inert, dibuat dari plastik ( Lippes loop ) atau baja anti karat.<br />
2. Mengandung tembaga seperti TCu 380A, TCu 200C. Multiload ( MLCu 250 dan 375 ) dan nava T.<br />
3. Mengandung hormon steroid, seperti progestasert ( hormon Progesteron ) dan Levonova ( Levonorgastrel ).<br />
Mekanisme Kerja<br />
Pendapat terbanyak mengatakan AKDR menimbulkan reaksi radang endometrium dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blasttokista atau sperma. AKDR yang mengandung trimbaga juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali, memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi, dan menginaktifkan sperma. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks hingga menghalangi pergerakan sperma.<br />
Keuntungan AKDR<br />
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :<br />
1. Umumnya hanya memerlukan 1 kali pemasangan dan dengan demikian 1 kali motivasi.<br />
2. Tidak menimbulkan efek sistemik.<br />
3. Alat ini ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal.<br />
4. Efektivitas cukup tinggi.<br />
5. Reversibel.<br />
Kerugian AKDR<br />
1. Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan yang sedikit-sedikit cepat berhenti.<br />
2. Rasa nyeri dan kejang di perut yang dapat terjadi setelah pemasangan AKDR.<br />
3. Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu bersenggama.<br />
4. Ekspulsi, AKDR dapat terjadi untuk sebaian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh: Umur dan paritas, lama pemakaian, ekspulsi sebelumnya, jenis dan ukuran, dan faktor psikis.<br />
<br />
Kontrasepsi Mantap<br />
Tubektomi<br />
Tubektomo adalah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba vallopi yang mengakibatkan wanita tersebut tidak dapat hamil lagi.Hal ini dilakukan dengan sterilisasi, yaitu operasi pada saluran indung telur (perempuan) agar steril atau tak ada sel telur untuk dibuahi. Sterilisasi pada wanita disebut dengan tubektomi.Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau pembedahan vaginal,tapi sekarang dengan alat-alat tekhnik baru,tindakan ini diselenggarakan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan dirumah sakit.<br />
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba fallopi terdiri atas pembedahan trasabdominal seperi laparatomi,laparaskopoi,dan pembedahan transvaginal,seperti kolpotomi posterior,kuldoskopi,serta pembedahan transervikal seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.<br />
<br />
Keuntungan tubektomi adalah:<br />
1. Motifasi hanya dilakukan satu kali saja,sehingga tidak diperlukan motifasi yang berulang-ulang<br />
2. Efektifitas hampir 100%.<br />
3. Tidak mempengaruhi libido seksualis.<br />
4. Kegagalan dari pihak pasien tidak ada<br />
Kerugian Tubektomi<br />
Kerugian tubektomi adalah: Bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel,walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembalipada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dangan operasi rekanalisasi. <br />
Vasektomi <br />
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis). Vasektomi dilakukan oleh ahli bedah urolog dan memerlukan waktu sekitar 20 menit. Pria yang menjalani vasektomi sebaiknya tidak segera menghentikan pemakaian kontrasepsi, karena biasanya kesuburan masih tetap ada sampai sekitar 15-20 kali ejakulasi. Setelah pemeriksaan laboratorium terhadap 2 kali ejakulasi menunjukkan tidak ada sperma, maka dikatakan bahwa pria tersebut telah mandul.<br />
<br />
Teknik Vasektomi<br />
<br />
Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi di sterilisasikan kemudian dilakukan anastesia lokal dengan larutan Xlokain. Anastesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringa sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan disekitar vasdeferens. Vas dicari dan setelah ditentukan lokalisasinya di pegang sedekat mungkin di bawah kulit skrotum. Setelah itu dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 sampai 1 cm didekat tempat vasdeferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan ( harus diyakinkan betul , bahwa memang vas yang dikeluarkan itu ), vas dipotong sepanjang 1 sampai 2 cm dan ke dua ujungnya di ikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi pada sebelah yang lain.<br />
<br />
<br />
<br />
Komplikasi dari vasektomi adalah:<br />
- Perdarahan<br />
- Respon peradangan terhadap sperma yang merembes<br />
- Pembukaan spontan<br />
<br />
Keuntungan Vasektomi<br />
1. Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental.<br />
2. Tidak mengganggu libido seksualitas.<br />
3. Dapat dikerjakan secara polikliniks<br />
Kerugian Vasektomi<br />
Adapun kerugian dari vasektomi disini adalah: Bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel,walaupun sekarang ada kemungkinan untuk membuka vasdeferens kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dangan operasi rekanalisasi. Dan apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Teknik Keluarga Berencana, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,Bandung: Elstar Offset: 1998<br />
<br />
Ilmu Kandungan,Yayasan Bina Pustaka Sarwowno Prawirohardjo,Jakarta: Tridasa Printer: 2008<br />
<br />
Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1,2001,Fakultas Kedokteran UI,Jakarta:Media Aesculapius<br />
<br />
Winjosastro H, Syaifuddin AB, Rachimhadi T (eds). Ilmu Kebidanan. P.45-51. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo<br />
<br />
KEPERAWATAN DEWASA IX (REPRODUKSI)<br />
<br />
KB DAN KONTRASEPSI<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
OLEH<br />
JUNAIDIN<br />
YP.08.1.P.099<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI<br />
2011chovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-846775542228634755.post-36022309367391924912011-06-20T00:35:00.000-07:002011-06-20T00:35:02.681-07:00askep abortusBAB I <br />
PENDAHULUAN<br />
A. LATAR BELAKANG<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma disaluran tuba fallopi dan membentuk sebuah janin.<br />
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti pendarahan, gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus. Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup.<br />
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dilakukan bahwa sekitar 15% kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa janinnya sekitar 15-40% dari kehamilan yang terjadi. Angka sebenarnya mungkin lebih besar, karena bisa saja keguguran terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dari jumlah tersebut sekitar 60-75% angka keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.<br />
Abortus bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat sampai syok dan berakhir dengan kematian. Selain itu juga akan mengakibatkan perforasi, infeksi dan tetatus serta payah ginjal akut. Untuk mengatasi masalah perdarahan dilakukan tindakan keperawatan rehidrasi cairan dan transfusi darah.<br />
Dengan adanya fenomena di atas penulis tertarik untuk mengelola klien dengan masalah abortus. <br />
<br />
<br />
B. TUJUAN PENULISAN<br />
1. Tujuan umum<br />
Memperoleh gambaran hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus<br />
2. Tujuan khusus<br />
Memperoleh gambaran tentang :<br />
Gambaran hasil pengkajian pada pasien abortus<br />
Gambaran prioritas tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dengan abortus<br />
Gambaran perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul<br />
Gambaran tindakan keperawatan<br />
Gambaran hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II <br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
II A.KONSEP TEORI<br />
A.KONSEP KEHAMILAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Adapun proses kehamian adalah sebagai berikut<br />
<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan.<br />
<br />
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).<br />
<br />
Adapun Perubahan Fisiologi pada saat kehamilan<br />
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009) pada :<br />
1. Rahim atau Uterus<br />
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.<br />
2. Vagina (Liang Senggama)<br />
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.<br />
3. Ovarium (Indung Telur)<br />
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.<br />
4. Payudara<br />
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron, dan somatomammotropin.<br />
5. Sirkulasi Darah<br />
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :<br />
<br />
<br />
a. Volume darah<br />
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.<br />
b. Sel darah<br />
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.<br />
6. Sistem Respirasi <br />
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.<br />
7. Sistem Pencernaan<br />
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan :<br />
1. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).<br />
2. Daerah lambung terasa panas.<br />
3. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness).<br />
4. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.<br />
5. Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).<br />
6. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.<br />
8. Perubahan Pada Kulit <br />
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.<br />
9. Metabolisme<br />
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :<br />
1. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada trimester ketiga.<br />
2. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.<br />
3. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.<br />
4. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.<br />
5. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.<br />
6. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.<br />
<br />
<br />
10.Perubahan pada system endokrin<br />
1. Plasenta<br />
Plasenta adalah kelenjar hormone aktif yang khusus untuk kehamilan. Mormon yang dihasilkannya adalah human chorionic gonadotropihin (HCG), estrogen, progesterone dan human placental lactogen (HPL). Semua hormone ini sangat berguna dalam mendukung kehidupan janin dan ibu selama masa kehamilan.<br />
2. HCG<br />
Hormon ini diproduksi oleh sel tropoblast yang berkembang pada saat mulai menemplenya sel telur yang telah dibuahi. Hormon ini akan dilepaskan kedarah ibu dan akan menstimulus pertumbuhan korpus luteum pada trimester I kehamilan. Corpus luteum ini akan memproduksi hormone estrogen dan progesterone yang merupakan hormone yang sangat pentung untuk mempertahankan kehamilan.<br />
3. Estrogen<br />
Produksi estrogen pada usia kehamilan sampai dengan 12 minggu diproduksi dalam jumlah besar oleh korpus luteum dan sesudahnya diproduksi oleh plasenta. Fungsinya adalah menstimulus pertumbuhan di dalam uterus. Duktus – duktus dalam mamae. Putting susu ibu dan mempengaruhi vagina. Estrogen juga berperan meretensi atau menahan cairan dan elektrolit dalam jaringan tubuh wanita hamil, menekan ovulasi dan menghambat proses lactasi pada masa kehamilan.<br />
4. Progesterone Berfungsi membuat uterus menjadi tebal sehingga bisa digunakan untuk penempelan hasil konsepsi, mematangkan funsi mamae untuk siap memproduksi ASI<br />
<br />
Perubahan pada organ reproduksi.<br />
Pembagian Usia Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu:<br />
1. Trimester I : 0-12 minggu.<br />
2. Trimester II : 13-27 minggu.<br />
3. Trimester III : 28-40 minggu<br />
Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.<br />
A. Trimester 1<br />
<br />
Minggu ke O<br />
Perkembangan janin<br />
Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke – 11.<br />
Minggu ke – 4 atau bulan ke – I<br />
1. Perkembangan janin<br />
Dari discus embrionik,bagian tubuh yang pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang belakang,otak dan saraf tulang belakang.Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernakan terbentuk.Embrio kurang dari 0,64 cm.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi membesar. Kelelahan yang kronik (menetap) dan sering kencing mulai terjadi berlangsung selama 3 bulan berikutnya, HCG ada didalam urine dan serum 9 hari.<br />
Minggu ke 8 atau bulan ke – II<br />
1. Perkembangan janinPerkembangan cepat. Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat. Telingga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil terbentuk dibawah kulit.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal Mual muntah (morning sicknes). Mungkin terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pear menjadi globular. Tanda- tanda hegar dan goodell muncul. Serviks fleksi. Leukorrhea meningkat. Ibu mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya. Penambahan berat badan belum terlihat nyata.<br />
<br />
Minggu ke 12 atau belan ke – III<br />
1.Perkembangan janin<br />
Embrio menjadi jani. Denyut jantung dapat dilihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine.<br />
2.Perubahan – perubahan maternal<br />
Tanda chatwick muncul,Uterus naik di atas simpisis pubis. Kontraksi braxon hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk enderita infeksi saluran kencing meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester I. Plasenta sekarang berfunsi penuh dan memproduksi hormone.<br />
<br />
B. Trimester II<br />
<br />
Minggu ke 15 atau bulan ke – IV<br />
1.Perkembangan janin<br />
Sistem muskeloskeletal sudah matang. Sistem saraf sudah mulai melaksanakan control. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar dengan Doppler. Pankreas memproduksi insulin.<br />
<br />
2.Perubahan –perubahan maternal<br />
Fundus berada ditengan antara simpisis dan past. Berat ibu bertambah 0,4 – 0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan. Mungkin akan lebih banyak energi. Diameter bipatietal dapat di ukur dengan ultrasound. Sekresi vagina meningkat. Pakaian ibu menjadi ketat. Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing berkurang.<br />
<br />
Minggu ke 20 atau bulan ke – V<br />
1. Perkembangan janin<br />
Verniks melindungi tubuh . Ladugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang terukur untuk tidur, menelan dan menendang.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum. Kantung ketuban menampung 400 ml casiran. Rasa akan pinsan dan pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah secara mendadak. Verises pembuluh darah mungkin mulai terjadi. Ibu merasakan gerakan janin. Areola bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi. Kram pada kaki mungki ada. Konstipasi mungkin dialami.<br />
<br />
Minggu ke 24 atau bulan ke – VI<br />
1.Perkembangan janin<br />
Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang aktifitasnyameningkat. Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7 – 0,8 kg.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus di atas pusat. Sakit punggung dank ram pada kaki mungkin mulai terjadi. Perubahan kulit bisa berupa striae gravidarium, cloasma, linea nigra dan jerawat. Mimisan dapat terjadi. Mungkin mengalami gatal – gatal pada abdomen karena uterus membesar dan kulit meregang.<br />
<br />
C. Trimester III<br />
<br />
Minggu ke 28 atau bulan ke – VII<br />
1.Perkembang janin<br />
Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactant terbentuk di dalam paru – paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran saat lahir.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Hemorrhoid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat di palpasi. Mungkin lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.<br />
<br />
<br />
<br />
Minggu ke 32 atau bulan ke – IX<br />
1.Perkembangan janin<br />
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai system kekebalan bayi bekerja.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu. Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 – 0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat. Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (PusDikNaKes,2003 : 12-13)<br />
<br />
Perubahan Psikologi Kehamilan Menurut teori Reva Rubin:<br />
Trimester I<br />
- Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap kehamilannya.<br />
- Perubahan kehidupan sehari-hari.<br />
- Mencari tanda kehamilan.<br />
- Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya.<br />
- Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan.<br />
- Hasrat hubungan seks terbatas.<br />
- Khawatir kehilangan bentuk tubuh.<br />
-Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah, ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng.<br />
- Perasaan was-was, takut dan gembira.<br />
<br />
Trimester II<br />
- Ibu merasa sehat.<br />
- Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.<br />
- Sudah menerima kehamilan.<br />
- Libido meningkat.<br />
- Mulai merasa gerak janin.<br />
- Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar dirinya.<br />
- Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.<br />
<br />
Trimester III<br />
- Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak sabar menunggu kehamilannya.<br />
- Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa khawatir bayinya lahir sewaktu- waktu.<br />
- Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala persalinan.<br />
- Rasa tidak nyaman.<br />
- Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil.<br />
- Semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya.<br />
- Tidak sabaran dan resah.<br />
- Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.<br />
<br />
B.ANATOMI FISIOLOGI<br />
Anatomi Sistem Reproduksi Interna dan Eksterna<br />
<br />
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu :<br />
<br />
organ genitalia eksterna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Mons pubis<br />
<br />
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis.<br />
<br />
Labia mayora<br />
<br />
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.<br />
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.<br />
<br />
Labia minora<br />
<br />
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.<br />
<br />
Klitoris <br />
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.<br />
Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari kata dalam bahasa Yunani, yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.<br />
<br />
Prepusium klitoris<br />
<br />
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Vestibulum<br />
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang ketat).<br />
Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.<br />
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas.<br />
Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).<br />
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5 cm, menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan antara hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan lengket, terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Fourchette<br />
<br />
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.<br />
<br />
Perineum<br />
<br />
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.<br />
<br />
organ genitalia interna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Ovarium<br />
<br />
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi overium dapat digerakkan.<br />
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.<br />
Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.<br />
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.<br />
<br />
Tuba Fallopii<br />
<br />
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.<br />
Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.<br />
Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :<br />
Infundibulum<br />
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.<br />
Ampula<br />
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.<br />
Istmus<br />
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.<br />
Intersitital<br />
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.
Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.
Uterus
Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :
Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas bagian atas uterus.
Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan, dan persalinan.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dank e atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.<br />
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.<br />
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.<br />
<br />
Fisiologi Kehamilan<br />
1. Pembuahan <br />
Pembuahan (konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong, yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin). <br />
<br />
Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal dari1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit.sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi).<br />
<br />
2.Implantasi dan Perkembangan Plasenta<br />
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari), plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke9-10,dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion. kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya, tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon, susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.<br />
3.Perkembangan Embrio <br />
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah pembuahan. kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama, selanjutnya pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta, organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.<br />
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. karena itu seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya. pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari. Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim).<br />
<br />
C.KONSEP ABORTUS<br />
1. Pengertian<br />
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman, 1994).<br />
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaita fetus belum viable by law (Jeffcoat, 1990).<br />
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai (Holmer, 1994).<br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Hal serupa dikemukakan Murray, 2002 bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaan hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.<br />
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).<br />
Abortus atau keguguran dibagi menjadi<br />
1. Berdasarkan kejadiannya<br />
Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri<br />
Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :<br />
• Indikasi medis<br />
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim. <br />
• Indikasi social<br />
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.<br />
2.Klasifikasi<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
1. Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus spontan dibagi atas :<br />
Abortus Kompletus (keguguran lengkap)<br />
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong.<br />
Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)<br />
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua (placenta)<br />
Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung)<br />
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.<br />
Abortus Iminens (keguguran membakat)<br />
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dengan memberikan obat hormonal dan antispasmodic serta istirahat.<br />
Nissed abortion<br />
Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.<br />
Abortus habitualis<br />
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih.<br />
Abortus Infeksionus dan abortus septic<br />
Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.<br />
Abortus Servikali<br />
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.<br />
2. Abortus provokatus (Induced Abortion)<br />
Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Abortus ini terbagi lagi menjadi:<br />
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)<br />
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli).<br />
Abortus Kriminalis<br />
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.<br />
3.Manifestasi Klinik<br />
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu<br />
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat<br />
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi<br />
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus<br />
Pemeriksaan ginekologi :<br />
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :<br />
Terdapat keterlambatan datang bulan<br />
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :<br />
Perdarahan lebih banyak<br />
Perut mules atau sakit lebih hebat<br />
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :<br />
Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis<br />
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat<br />
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi<br />
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Kompletus :<br />
Uterus telah mengecil<br />
Perdarahan sedikit<br />
Canalis servikalis telah tertutup<br />
Tanda dan gejala Missed Abortion :<br />
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin<br />
Buah dada mengecil kembali<br />
4.Diagnosa Banding<br />
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.<br />
5. Etiologi<br />
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :<br />
a.Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :<br />
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks<br />
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.<br />
Pengaruh luar<br />
• Infeksi endometrium<br />
• Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi<br />
• Faktor psikologis<br />
• Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)<br />
b. Kelainan plasenta<br />
Infeksi pada plasenta<br />
Gangguan pembuluh darah<br />
Hipertensi<br />
c. Penyakit ibu<br />
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
Anemia<br />
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
Kelainan rahim<br />
d.Kelainan Ovum<br />
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.<br />
e.Kelainan genetalia ibu<br />
Anomali congenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis dan lain-lain).<br />
Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.<br />
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,seperti kurangnya progesterone atau estrogen,endometritis,mioma sub mukosa.<br />
Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola).<br />
Distosia uterus missal karena terdorong oleh tumor pelvis.<br />
f. Gangguan sirkulasi plasenta<br />
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:<br />
1. Umur<br />
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterine.<br />
2.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat<br />
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.<br />
3.Paritas ibu<br />
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.<br />
4.Riwayat Kehamilan yang lalu<br />
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).<br />
Penyebab dari segi Maternal<br />
Penyebab secara umum:<br />
• Infeksi akut<br />
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.<br />
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.<br />
Parasit, misalnya malaria.<br />
• Infeksi kronis<br />
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.<br />
Tuberkulosis paru aktif.<br />
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.<br />
Penyakit kronis, misalnya :<br />
1. hipertensi<br />
2. nephritis<br />
3. diabetes<br />
4. anemia berat<br />
5. penyakit jantung<br />
6. toxemia gravidarum<br />
7. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.<br />
8. Trauma fisik.<br />
Penyebab yang bersifat lokal:<br />
Fibroid, inkompetensia serviks.<br />
Radang pelvis kronis, endometrtis.<br />
Retroversi kronis.<br />
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus<br />
<br />
Penyebab dari segi Janin<br />
Kematian janin akibat kelainan bawaan.<br />
Mola hidatidosa.<br />
Penyakit plasendesidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.<br />
6.Patofisiologi<br />
Pada abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalls diikuti oleh terjadinya nekrosis jaringan sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan menyebabkan uterus berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim.Sebelum minggu ke 8 biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Karena villichorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi chorialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan secara sempurna sehingga timbul banyak perdarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah terbentuk. Perdarahan tak banyak bila placenta terlepas secara lengkap, telur yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk : ada kalanya berupa telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan hidup.Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi mola carnosa. Mola tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan hematom-hematom antar amnion dan chorion.Janin yang mati bila masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus). Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami murnifikasi hingga menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang tidak cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena berisi cairan dan tubuh janin kemerah-merahan.<br />
Disamping itu terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.<br />
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :<br />
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama<br />
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan<br />
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.<br />
<br />
Bagan Patofisiologi Abortus<br />
Kelainan Kelainan Infeksi Akut Kelainan Traktus<br />
Pertumbuhan Hasil Plasenta Genitalis<br />
Konsepsi<br />
Oksigenasi Toksin,Bakteri,virus <br />
Plasenta terganggu<br />
<br />
Perdarahan Dalam Desidu Basalis<br />
<br />
Nekrosis Jaringan Sekitar<br />
Hasil Konsepsi Lepas (Aborsi)<br />
Vili korialis Menembus Lebih Dalam Vili Korialis Belum Menembus Desidu<br />
(8 – 14 mgg) ( < 8 mgg)
Lepas Sebagian Lepas Seluruhnya
Tindakan kurutase Perdarahan
7.Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion.
Data laboratorium: Tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit, . kultur darah dan urine
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
Adakah disertai bekuan darah
Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam spekulum
Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
Apakah tampak jaringan keluar ostium
Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
8.Komplikasi
1. Perforasi Dalam
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3.Pelekatan pada kavum uteri.
Lakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4.Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
7.Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
8. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
9.Penatalaksanaan
A.Penanganan Medis
Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7.Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Adapun penanganannya yaitu:
Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
Pemberian antibiotika yang cukup tepat
• Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
• Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
• atau antibiotika spektrum luas lainnya
24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
Tindakan Operatif Penanganan Abortus
1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan keguguran yang kadang-kadang berlangsung dan keguguran bersisa. Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.
2. Kuretose (kerokan)
Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.
3 Vacum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum.
Cara – cara Abortus Provokatus Kriminalis/ Kekerasan Mekanik :
1. Umum
Latihan olahraga berlebihan
Naik kuda berlebihan
Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
Tekanan / trauma pada abdomen
2. Lokal
Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
Alat untuk memasang IUD
Alat yang dapat dilalui arus listrik
Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahan-bahan yang Bekerja Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain :
Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid Cara kerja : Indirect Congesti + engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan
Direct : Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.
Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
Purgativa/Emetica :obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract
Misal :Colocynth : Aloe
Castor oil : Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.
Cara kerja ergot : Merangsang alpha 1 receptor pada uterus,↓Kontraksi uterus yang kuat dan lama
Garam dari logam : biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride
B.Penanganan Keperawatan
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.
10.Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %<br />
Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %<br />
Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.<br />
11.Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis<br />
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.<br />
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal)Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):<br />
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.<br />
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.<br />
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.<br />
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.<br />
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.<br />
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)<br />
<br />
II B KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN<br />
1. Pengkajian<br />
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien abortus adalah :<br />
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat<br />
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang<br />
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :<br />
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.<br />
2) Riwayat kesehatan masa lalu<br />
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.<br />
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.<br />
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.<br />
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya<br />
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.<br />
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.<br />
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.<br />
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.<br />
<br />
Pemeriksaan fisik, meliputi :<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.<br />
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.<br />
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.<br />
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal<br />
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.<br />
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.<br />
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak<br />
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)<br />
Data lain-lain :<br />
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.<br />
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.<br />
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien<br />
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.<br />
Adapun data yang bisa diambil dari pengkajian pasien abortus adalah :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
C. Pengkajian Pola –Pola<br />
Pengkajian dasar data pasien: Tinjauan ulan catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.<br />
Sirkulasi: Kehilangan darah selama terjad iperdarahan karen aabortus.<br />
Integritas Ego<br />
Dapa tmenunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.Mungkin mengekpresikan ketidakmampuan untuk menghadapi suasana baru.<br />
Eliminasi:Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.<br />
Makanan / cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.<br />
Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal<br />
Nyeri/ kenyamanan<br />
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misalnyeripenyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efekanestesi : mulu tmungkin kering.<br />
Pernapasan:Bunyi paru jelas dan vesikuler.<br />
Keamanan:Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infuse dan nyeri tekan.<br />
Seksualitas:Fundus kontraksikuatdanterletak di umbilikus.<br />
PemeriksaanDiagnostik:Jumlahdarahlengkap, hemoglobin/ hematokrit<br />
2. Diagnosa<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
<br />
3.Tujuan<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
•<br />
4. Intervensi<br />
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional<br />
1 Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus Setelah diberikanasuhankeperawatan diharapkanpasien dapat bertoleransiterhadap nyeriyangdialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibudapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda-tanda vital dalam batas normal<br />
• Ibu tidak meringis 1. Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen<br />
2. Kaji stress psikologis ibu /pasangan dan respon emosiol terhadap kejadian<br />
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya; nafas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.<br />
Kolaborasi<br />
4. Berikan narkotik atau sedatif berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan<br />
5. Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi 1. Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infus oksitosin.<br />
2. Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, ketakutan, dan nyeri<br />
3. Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan<br />
4. Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan<br />
5. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.<br />
<br />
2 Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• pengisian kafilari refil (2)<br />
• pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual 1. Evaluasi, laporkan,serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut<br />
2. Lakukan tirah baring, instruksikan untuk menghindari valsava manuver dan koitus<br />
3. Posisikan dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikanatau posisi semi fowler<br />
4. Catat tanda-tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada<br />
5. Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan pada abdomen<br />
6. Pantau masukan/keluaran cairan. Dapatkan sample urine setiap jam, ukur berat jenis<br />
7. Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar<br />
Kolaborasi:<br />
8. Dapatkan pemeriksaan darah cepat; HDL jenis dan pencorakan silang, titer Rh, Kadar fibrinogen, hitung trombosit, APTT dan kadar LCC<br />
9. Pasang Kateter<br />
10. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap atau sel-sel kemasan sesuai indikasi 1. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah<br />
2. perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat merangsang perdarahan<br />
3. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena kaya. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon<br />
4. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi<br />
5. Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi<br />
6.Menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukkan perfusi ginjal<br />
7. Dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan, pemeriksaan hstologi mungkin diperlukan.<br />
8. Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab harus dipertahankan di atas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien<br />
9. Haluaran kuarang dari 30ml/jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat defisit individual dan kecepatan penggantian<br />
10. meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala syok.<br />
<br />
3 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal 1. Perhatikan status fisiologi ibu, staus sirkulasi dan volume darah<br />
2. Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat bradikardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin<br />
3. Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uteus<br />
4. Anjurkan tirah baring pada posisi miring<br />
Kolaborasi;<br />
5.Berikan suplemen oksigen pada ibu. Lakukan sesuai indikasi<br />
6. Ganti kejilangan darah ibu<br />
7. Siapkan ibu untuk intervensi bedah dengan tepat 1. Kejadian perdarahan berisiko merusak hasil kehamilan. Kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta<br />
2. Mengkaji berlanjutnya hioksia janin, pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi<br />
3. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta<br />
4. meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin mempunyai beberapa kepastian perlengkapan untuk mengatasi hipoksia, dimana disosiasi Hb janin lebih cepat daripada Hb dewasa dan jumlah eritrosit janin lebih besar dari dewasa, sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.<br />
5. Mengevaluasi dengan menggunakan Doppler respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah janin dalam keadaan asfiksia<br />
6. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transpor oksigen. Hemoragi maternal memengaruhi tranpor oksigen uteroplasenta secara negatif, menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan atau memburuknya status janin. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin akan kehilangan tenaga untuk melakukan melanisme koping dan kemungkinan susunan saraf pusat rusak/janin, sehingga janin dapat meninggal.<br />
7. pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang berat atau bila perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen janin dan kelahiran melalui vagia tidak mungkin seperti pada kasus plasenta previa tota dimana pembedahan mungkin perlu diindikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.<br />
4 Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat 1. Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu dan pasangan<br />
2. Pantau respon verbal dan nonverbal ibu dan pasangan<br />
3. Dengarkan masalah ibu dengan seksama<br />
4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan<br />
5. Libatkan ibu dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin<br />
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala 1. Memberi informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi<br />
2. Menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu atau pasangan<br />
3. meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri<br />
4. Pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi sebaiknya tertulis agar nantinya memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat stress, ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut.<br />
5. menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut.<br />
6. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.<br />
5 Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi, tindakan invasif Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal 1. Tinjau ulang kondisi faktor resiko yang ada sebelumnya<br />
2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi<br />
( misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/ warna secret vagina<br />
Kolaborasi<br />
3. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol<br />
4. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi<br />
5. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan<br />
6. Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada praoperasi. 1. kondisi dasar ibu; seperti DM dan hemoragi menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan resiko kontaminasi janin<br />
2. Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka<br />
3. Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operasi<br />
4.Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.<br />
5. Resiko infeksi pasca perdarahan serta penyembuhan lebih lama bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.<br />
6. Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi<br />
<br />
4.Implementasi<br />
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien abortus disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.<br />
5. Evaluasi Keperawatan.<br />
Hasil asuhan keperawatan pada klien abortus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.<br />
Adapun sasaran evaluasi pada pasien abortus sebagai berikut :<br />
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami<br />
Tanda-tanda vital menunjukan dalam batas normal<br />
Perubahan perfusi jaringan kembali normal<br />
Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dalam batas normal dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.<br />
Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.<br />
Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.<br />
Infeksi tidak terjadi.<br />
Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.<br />
Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III <br />
PENUTUP<br />
A.KESIMPULAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. <br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus provokatus (Induced Abortion) Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Adapun etiologi dari abortus dalah sebagai berikut :<br />
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan<br />
Kelainan plasenta<br />
• Infeksi pada plasenta<br />
• Gangguan pembuluh darah<br />
• Hipertensi<br />
Penyakit ibu<br />
• Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
• Anemia<br />
• Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
• Kelainan rahim<br />
• Kelainan Ovum<br />
• Kelainan genetalia ibu<br />
• Gangguan sirkulasi plasenta:Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
<br />
Sedangkan pemeriksaan fisiknya<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Komplikasi yang mungkin timbul pada abortus<br />
Perforasi Dalam.<br />
Luka pada serviks uteri.<br />
Pelekatan pada kavum uteri.<br />
Perdarahan.<br />
Infeksi<br />
Syok<br />
<br />
Penanganan Keperawatan<br />
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.<br />
Pengkajian terdiri dari :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
<br />
B.Saran<br />
Diharapkan makalah ini agar bisa menjadi sumber acuan dan modal bagi mahasiswa keperawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien abortus dengan sebaik-baiknya.Dan kepada dosen pembimbing untuk tidak henti-hentinya selalu membimbing kami agar terlakasana proses belajar-mengajar sebagaiman mestinya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I <br />
PENDAHULUAN<br />
A. LATAR BELAKANG<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma disaluran tuba fallopi dan membentuk sebuah janin.<br />
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti pendarahan, gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus. Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup.<br />
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dilakukan bahwa sekitar 15% kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa janinnya sekitar 15-40% dari kehamilan yang terjadi. Angka sebenarnya mungkin lebih besar, karena bisa saja keguguran terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dari jumlah tersebut sekitar 60-75% angka keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.<br />
Abortus bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat sampai syok dan berakhir dengan kematian. Selain itu juga akan mengakibatkan perforasi, infeksi dan tetatus serta payah ginjal akut. Untuk mengatasi masalah perdarahan dilakukan tindakan keperawatan rehidrasi cairan dan transfusi darah.<br />
Dengan adanya fenomena di atas penulis tertarik untuk mengelola klien dengan masalah abortus. <br />
<br />
<br />
B. TUJUAN PENULISAN<br />
1. Tujuan umum<br />
Memperoleh gambaran hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus<br />
2. Tujuan khusus<br />
Memperoleh gambaran tentang :<br />
Gambaran hasil pengkajian pada pasien abortus<br />
Gambaran prioritas tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dengan abortus<br />
Gambaran perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul<br />
Gambaran tindakan keperawatan<br />
Gambaran hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II <br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
II A.KONSEP TEORI<br />
A.KONSEP KEHAMILAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Adapun proses kehamian adalah sebagai berikut<br />
<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan.<br />
<br />
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).<br />
<br />
Adapun Perubahan Fisiologi pada saat kehamilan<br />
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009) pada :<br />
1. Rahim atau Uterus<br />
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.<br />
2. Vagina (Liang Senggama)<br />
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.<br />
3. Ovarium (Indung Telur)<br />
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.<br />
4. Payudara<br />
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron, dan somatomammotropin.<br />
5. Sirkulasi Darah<br />
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :<br />
<br />
<br />
a. Volume darah<br />
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.<br />
b. Sel darah<br />
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.<br />
6. Sistem Respirasi <br />
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.<br />
7. Sistem Pencernaan<br />
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan :<br />
1. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).<br />
2. Daerah lambung terasa panas.<br />
3. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness).<br />
4. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.<br />
5. Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).<br />
6. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.<br />
8. Perubahan Pada Kulit <br />
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.<br />
9. Metabolisme<br />
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :<br />
1. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada trimester ketiga.<br />
2. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.<br />
3. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.<br />
4. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.<br />
5. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.<br />
6. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.<br />
<br />
<br />
10.Perubahan pada system endokrin<br />
1. Plasenta<br />
Plasenta adalah kelenjar hormone aktif yang khusus untuk kehamilan. Mormon yang dihasilkannya adalah human chorionic gonadotropihin (HCG), estrogen, progesterone dan human placental lactogen (HPL). Semua hormone ini sangat berguna dalam mendukung kehidupan janin dan ibu selama masa kehamilan.<br />
2. HCG<br />
Hormon ini diproduksi oleh sel tropoblast yang berkembang pada saat mulai menemplenya sel telur yang telah dibuahi. Hormon ini akan dilepaskan kedarah ibu dan akan menstimulus pertumbuhan korpus luteum pada trimester I kehamilan. Corpus luteum ini akan memproduksi hormone estrogen dan progesterone yang merupakan hormone yang sangat pentung untuk mempertahankan kehamilan.<br />
3. Estrogen<br />
Produksi estrogen pada usia kehamilan sampai dengan 12 minggu diproduksi dalam jumlah besar oleh korpus luteum dan sesudahnya diproduksi oleh plasenta. Fungsinya adalah menstimulus pertumbuhan di dalam uterus. Duktus – duktus dalam mamae. Putting susu ibu dan mempengaruhi vagina. Estrogen juga berperan meretensi atau menahan cairan dan elektrolit dalam jaringan tubuh wanita hamil, menekan ovulasi dan menghambat proses lactasi pada masa kehamilan.<br />
4. Progesterone Berfungsi membuat uterus menjadi tebal sehingga bisa digunakan untuk penempelan hasil konsepsi, mematangkan funsi mamae untuk siap memproduksi ASI<br />
<br />
Perubahan pada organ reproduksi.<br />
Pembagian Usia Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu:<br />
1. Trimester I : 0-12 minggu.<br />
2. Trimester II : 13-27 minggu.<br />
3. Trimester III : 28-40 minggu<br />
Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.<br />
A. Trimester 1<br />
<br />
Minggu ke O<br />
Perkembangan janin<br />
Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke – 11.<br />
Minggu ke – 4 atau bulan ke – I<br />
1. Perkembangan janin<br />
Dari discus embrionik,bagian tubuh yang pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang belakang,otak dan saraf tulang belakang.Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernakan terbentuk.Embrio kurang dari 0,64 cm.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi membesar. Kelelahan yang kronik (menetap) dan sering kencing mulai terjadi berlangsung selama 3 bulan berikutnya, HCG ada didalam urine dan serum 9 hari.<br />
Minggu ke 8 atau bulan ke – II<br />
1. Perkembangan janinPerkembangan cepat. Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat. Telingga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil terbentuk dibawah kulit.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal Mual muntah (morning sicknes). Mungkin terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pear menjadi globular. Tanda- tanda hegar dan goodell muncul. Serviks fleksi. Leukorrhea meningkat. Ibu mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya. Penambahan berat badan belum terlihat nyata.<br />
<br />
Minggu ke 12 atau belan ke – III<br />
1.Perkembangan janin<br />
Embrio menjadi jani. Denyut jantung dapat dilihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine.<br />
2.Perubahan – perubahan maternal<br />
Tanda chatwick muncul,Uterus naik di atas simpisis pubis. Kontraksi braxon hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk enderita infeksi saluran kencing meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester I. Plasenta sekarang berfunsi penuh dan memproduksi hormone.<br />
<br />
B. Trimester II<br />
<br />
Minggu ke 15 atau bulan ke – IV<br />
1.Perkembangan janin<br />
Sistem muskeloskeletal sudah matang. Sistem saraf sudah mulai melaksanakan control. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar dengan Doppler. Pankreas memproduksi insulin.<br />
<br />
2.Perubahan –perubahan maternal<br />
Fundus berada ditengan antara simpisis dan past. Berat ibu bertambah 0,4 – 0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan. Mungkin akan lebih banyak energi. Diameter bipatietal dapat di ukur dengan ultrasound. Sekresi vagina meningkat. Pakaian ibu menjadi ketat. Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing berkurang.<br />
<br />
Minggu ke 20 atau bulan ke – V<br />
1. Perkembangan janin<br />
Verniks melindungi tubuh . Ladugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang terukur untuk tidur, menelan dan menendang.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum. Kantung ketuban menampung 400 ml casiran. Rasa akan pinsan dan pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah secara mendadak. Verises pembuluh darah mungkin mulai terjadi. Ibu merasakan gerakan janin. Areola bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi. Kram pada kaki mungki ada. Konstipasi mungkin dialami.<br />
<br />
Minggu ke 24 atau bulan ke – VI<br />
1.Perkembangan janin<br />
Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang aktifitasnyameningkat. Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7 – 0,8 kg.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus di atas pusat. Sakit punggung dank ram pada kaki mungkin mulai terjadi. Perubahan kulit bisa berupa striae gravidarium, cloasma, linea nigra dan jerawat. Mimisan dapat terjadi. Mungkin mengalami gatal – gatal pada abdomen karena uterus membesar dan kulit meregang.<br />
<br />
C. Trimester III<br />
<br />
Minggu ke 28 atau bulan ke – VII<br />
1.Perkembang janin<br />
Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactant terbentuk di dalam paru – paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran saat lahir.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Hemorrhoid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat di palpasi. Mungkin lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.<br />
<br />
<br />
<br />
Minggu ke 32 atau bulan ke – IX<br />
1.Perkembangan janin<br />
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai system kekebalan bayi bekerja.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu. Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 – 0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat. Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (PusDikNaKes,2003 : 12-13)<br />
<br />
Perubahan Psikologi Kehamilan Menurut teori Reva Rubin:<br />
Trimester I<br />
- Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap kehamilannya.<br />
- Perubahan kehidupan sehari-hari.<br />
- Mencari tanda kehamilan.<br />
- Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya.<br />
- Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan.<br />
- Hasrat hubungan seks terbatas.<br />
- Khawatir kehilangan bentuk tubuh.<br />
-Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah, ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng.<br />
- Perasaan was-was, takut dan gembira.<br />
<br />
Trimester II<br />
- Ibu merasa sehat.<br />
- Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.<br />
- Sudah menerima kehamilan.<br />
- Libido meningkat.<br />
- Mulai merasa gerak janin.<br />
- Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar dirinya.<br />
- Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.<br />
<br />
Trimester III<br />
- Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak sabar menunggu kehamilannya.<br />
- Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa khawatir bayinya lahir sewaktu- waktu.<br />
- Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala persalinan.<br />
- Rasa tidak nyaman.<br />
- Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil.<br />
- Semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya.<br />
- Tidak sabaran dan resah.<br />
- Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.<br />
<br />
B.ANATOMI FISIOLOGI<br />
Anatomi Sistem Reproduksi Interna dan Eksterna<br />
<br />
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu :<br />
<br />
organ genitalia eksterna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Mons pubis<br />
<br />
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis.<br />
<br />
Labia mayora<br />
<br />
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.<br />
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.<br />
<br />
Labia minora<br />
<br />
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.<br />
<br />
Klitoris <br />
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.<br />
Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari kata dalam bahasa Yunani, yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.<br />
<br />
Prepusium klitoris<br />
<br />
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Vestibulum<br />
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang ketat).<br />
Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.<br />
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas.<br />
Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).<br />
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5 cm, menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan antara hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan lengket, terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Fourchette<br />
<br />
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.<br />
<br />
Perineum<br />
<br />
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.<br />
<br />
organ genitalia interna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Ovarium<br />
<br />
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi overium dapat digerakkan.<br />
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.<br />
Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.<br />
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.<br />
<br />
Tuba Fallopii<br />
<br />
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.<br />
Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.<br />
Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :<br />
Infundibulum<br />
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.<br />
Ampula<br />
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.<br />
Istmus<br />
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.<br />
Intersitital<br />
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.
Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.
Uterus
Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :
Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas bagian atas uterus.
Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan, dan persalinan.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dank e atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.<br />
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.<br />
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.<br />
<br />
Fisiologi Kehamilan<br />
1. Pembuahan <br />
Pembuahan (konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong, yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin). <br />
<br />
Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal dari1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit.sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi).<br />
<br />
2.Implantasi dan Perkembangan Plasenta<br />
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari), plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke9-10,dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion. kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya, tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon, susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.<br />
3.Perkembangan Embrio <br />
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah pembuahan. kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama, selanjutnya pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta, organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.<br />
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. karena itu seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya. pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari. Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim).<br />
<br />
C.KONSEP ABORTUS<br />
1. Pengertian<br />
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman, 1994).<br />
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaita fetus belum viable by law (Jeffcoat, 1990).<br />
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai (Holmer, 1994).<br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Hal serupa dikemukakan Murray, 2002 bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaan hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.<br />
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).<br />
Abortus atau keguguran dibagi menjadi<br />
1. Berdasarkan kejadiannya<br />
Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri<br />
Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :<br />
• Indikasi medis<br />
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim. <br />
• Indikasi social<br />
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.<br />
2.Klasifikasi<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
1. Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus spontan dibagi atas :<br />
Abortus Kompletus (keguguran lengkap)<br />
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong.<br />
Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)<br />
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua (placenta)<br />
Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung)<br />
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.<br />
Abortus Iminens (keguguran membakat)<br />
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dengan memberikan obat hormonal dan antispasmodic serta istirahat.<br />
Nissed abortion<br />
Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.<br />
Abortus habitualis<br />
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih.<br />
Abortus Infeksionus dan abortus septic<br />
Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.<br />
Abortus Servikali<br />
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.<br />
2. Abortus provokatus (Induced Abortion)<br />
Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Abortus ini terbagi lagi menjadi:<br />
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)<br />
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli).<br />
Abortus Kriminalis<br />
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.<br />
3.Manifestasi Klinik<br />
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu<br />
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat<br />
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi<br />
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus<br />
Pemeriksaan ginekologi :<br />
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :<br />
Terdapat keterlambatan datang bulan<br />
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :<br />
Perdarahan lebih banyak<br />
Perut mules atau sakit lebih hebat<br />
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :<br />
Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis<br />
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat<br />
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi<br />
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Kompletus :<br />
Uterus telah mengecil<br />
Perdarahan sedikit<br />
Canalis servikalis telah tertutup<br />
Tanda dan gejala Missed Abortion :<br />
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin<br />
Buah dada mengecil kembali<br />
4.Diagnosa Banding<br />
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.<br />
5. Etiologi<br />
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :<br />
a.Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :<br />
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks<br />
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.<br />
Pengaruh luar<br />
• Infeksi endometrium<br />
• Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi<br />
• Faktor psikologis<br />
• Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)<br />
b. Kelainan plasenta<br />
Infeksi pada plasenta<br />
Gangguan pembuluh darah<br />
Hipertensi<br />
c. Penyakit ibu<br />
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
Anemia<br />
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
Kelainan rahim<br />
d.Kelainan Ovum<br />
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.<br />
e.Kelainan genetalia ibu<br />
Anomali congenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis dan lain-lain).<br />
Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.<br />
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,seperti kurangnya progesterone atau estrogen,endometritis,mioma sub mukosa.<br />
Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola).<br />
Distosia uterus missal karena terdorong oleh tumor pelvis.<br />
f. Gangguan sirkulasi plasenta<br />
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:<br />
1. Umur<br />
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterine.<br />
2.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat<br />
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.<br />
3.Paritas ibu<br />
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.<br />
4.Riwayat Kehamilan yang lalu<br />
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).<br />
Penyebab dari segi Maternal<br />
Penyebab secara umum:<br />
• Infeksi akut<br />
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.<br />
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.<br />
Parasit, misalnya malaria.<br />
• Infeksi kronis<br />
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.<br />
Tuberkulosis paru aktif.<br />
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.<br />
Penyakit kronis, misalnya :<br />
1. hipertensi<br />
2. nephritis<br />
3. diabetes<br />
4. anemia berat<br />
5. penyakit jantung<br />
6. toxemia gravidarum<br />
7. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.<br />
8. Trauma fisik.<br />
Penyebab yang bersifat lokal:<br />
Fibroid, inkompetensia serviks.<br />
Radang pelvis kronis, endometrtis.<br />
Retroversi kronis.<br />
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus<br />
<br />
Penyebab dari segi Janin<br />
Kematian janin akibat kelainan bawaan.<br />
Mola hidatidosa.<br />
Penyakit plasendesidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.<br />
6.Patofisiologi<br />
Pada abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalls diikuti oleh terjadinya nekrosis jaringan sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan menyebabkan uterus berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim.Sebelum minggu ke 8 biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Karena villichorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi chorialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan secara sempurna sehingga timbul banyak perdarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah terbentuk. Perdarahan tak banyak bila placenta terlepas secara lengkap, telur yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk : ada kalanya berupa telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan hidup.Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi mola carnosa. Mola tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan hematom-hematom antar amnion dan chorion.Janin yang mati bila masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus). Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami murnifikasi hingga menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang tidak cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena berisi cairan dan tubuh janin kemerah-merahan.<br />
Disamping itu terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.<br />
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :<br />
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama<br />
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan<br />
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.<br />
<br />
Bagan Patofisiologi Abortus<br />
Kelainan Kelainan Infeksi Akut Kelainan Traktus<br />
Pertumbuhan Hasil Plasenta Genitalis<br />
Konsepsi<br />
Oksigenasi Toksin,Bakteri,virus <br />
Plasenta terganggu<br />
<br />
Perdarahan Dalam Desidu Basalis<br />
<br />
Nekrosis Jaringan Sekitar<br />
Hasil Konsepsi Lepas (Aborsi)<br />
Vili korialis Menembus Lebih Dalam Vili Korialis Belum Menembus Desidu<br />
(8 – 14 mgg) ( < 8 mgg)
Lepas Sebagian Lepas Seluruhnya
Tindakan kurutase Perdarahan
7.Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion.
Data laboratorium: Tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit, . kultur darah dan urine
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
Adakah disertai bekuan darah
Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam spekulum
Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
Apakah tampak jaringan keluar ostium
Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
8.Komplikasi
1. Perforasi Dalam
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3.Pelekatan pada kavum uteri.
Lakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4.Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
7.Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
8. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
9.Penatalaksanaan
A.Penanganan Medis
Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7.Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Adapun penanganannya yaitu:
Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
Pemberian antibiotika yang cukup tepat
• Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
• Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
• atau antibiotika spektrum luas lainnya
24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
Tindakan Operatif Penanganan Abortus
1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan keguguran yang kadang-kadang berlangsung dan keguguran bersisa. Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.
2. Kuretose (kerokan)
Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.
3 Vacum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum.
Cara – cara Abortus Provokatus Kriminalis/ Kekerasan Mekanik :
1. Umum
Latihan olahraga berlebihan
Naik kuda berlebihan
Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
Tekanan / trauma pada abdomen
2. Lokal
Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
Alat untuk memasang IUD
Alat yang dapat dilalui arus listrik
Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahan-bahan yang Bekerja Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain :
Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid Cara kerja : Indirect Congesti + engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan
Direct : Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.
Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
Purgativa/Emetica :obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract
Misal :Colocynth : Aloe
Castor oil : Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.
Cara kerja ergot : Merangsang alpha 1 receptor pada uterus,↓Kontraksi uterus yang kuat dan lama
Garam dari logam : biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride
B.Penanganan Keperawatan
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.
10.Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %<br />
Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %<br />
Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.<br />
11.Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis<br />
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.<br />
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal)Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):<br />
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.<br />
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.<br />
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.<br />
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.<br />
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.<br />
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)<br />
<br />
II B KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN<br />
1. Pengkajian<br />
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien abortus adalah :<br />
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat<br />
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang<br />
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :<br />
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.<br />
2) Riwayat kesehatan masa lalu<br />
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.<br />
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.<br />
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.<br />
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya<br />
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.<br />
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.<br />
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.<br />
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.<br />
<br />
Pemeriksaan fisik, meliputi :<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.<br />
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.<br />
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.<br />
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal<br />
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.<br />
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.<br />
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak<br />
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)<br />
Data lain-lain :<br />
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.<br />
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.<br />
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien<br />
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.<br />
Adapun data yang bisa diambil dari pengkajian pasien abortus adalah :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
C. Pengkajian Pola –Pola<br />
Pengkajian dasar data pasien: Tinjauan ulan catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.<br />
Sirkulasi: Kehilangan darah selama terjad iperdarahan karen aabortus.<br />
Integritas Ego<br />
Dapa tmenunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.Mungkin mengekpresikan ketidakmampuan untuk menghadapi suasana baru.<br />
Eliminasi:Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.<br />
Makanan / cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.<br />
Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal<br />
Nyeri/ kenyamanan<br />
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misalnyeripenyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efekanestesi : mulu tmungkin kering.<br />
Pernapasan:Bunyi paru jelas dan vesikuler.<br />
Keamanan:Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infuse dan nyeri tekan.<br />
Seksualitas:Fundus kontraksikuatdanterletak di umbilikus.<br />
PemeriksaanDiagnostik:Jumlahdarahlengkap, hemoglobin/ hematokrit<br />
2. Diagnosa<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
<br />
3.Tujuan<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
•<br />
4. Intervensi<br />
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional<br />
1 Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus Setelah diberikanasuhankeperawatan diharapkanpasien dapat bertoleransiterhadap nyeriyangdialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibudapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda-tanda vital dalam batas normal<br />
• Ibu tidak meringis 1. Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen<br />
2. Kaji stress psikologis ibu /pasangan dan respon emosiol terhadap kejadian<br />
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya; nafas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.<br />
Kolaborasi<br />
4. Berikan narkotik atau sedatif berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan<br />
5. Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi 1. Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infus oksitosin.<br />
2. Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, ketakutan, dan nyeri<br />
3. Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan<br />
4. Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan<br />
5. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.<br />
<br />
2 Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• pengisian kafilari refil (2)<br />
• pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual 1. Evaluasi, laporkan,serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut<br />
2. Lakukan tirah baring, instruksikan untuk menghindari valsava manuver dan koitus<br />
3. Posisikan dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikanatau posisi semi fowler<br />
4. Catat tanda-tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada<br />
5. Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan pada abdomen<br />
6. Pantau masukan/keluaran cairan. Dapatkan sample urine setiap jam, ukur berat jenis<br />
7. Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar<br />
Kolaborasi:<br />
8. Dapatkan pemeriksaan darah cepat; HDL jenis dan pencorakan silang, titer Rh, Kadar fibrinogen, hitung trombosit, APTT dan kadar LCC<br />
9. Pasang Kateter<br />
10. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap atau sel-sel kemasan sesuai indikasi 1. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah<br />
2. perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat merangsang perdarahan<br />
3. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena kaya. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon<br />
4. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi<br />
5. Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi<br />
6.Menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukkan perfusi ginjal<br />
7. Dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan, pemeriksaan hstologi mungkin diperlukan.<br />
8. Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab harus dipertahankan di atas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien<br />
9. Haluaran kuarang dari 30ml/jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat defisit individual dan kecepatan penggantian<br />
10. meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala syok.<br />
<br />
3 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal 1. Perhatikan status fisiologi ibu, staus sirkulasi dan volume darah<br />
2. Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat bradikardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin<br />
3. Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uteus<br />
4. Anjurkan tirah baring pada posisi miring<br />
Kolaborasi;<br />
5.Berikan suplemen oksigen pada ibu. Lakukan sesuai indikasi<br />
6. Ganti kejilangan darah ibu<br />
7. Siapkan ibu untuk intervensi bedah dengan tepat 1. Kejadian perdarahan berisiko merusak hasil kehamilan. Kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta<br />
2. Mengkaji berlanjutnya hioksia janin, pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi<br />
3. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta<br />
4. meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin mempunyai beberapa kepastian perlengkapan untuk mengatasi hipoksia, dimana disosiasi Hb janin lebih cepat daripada Hb dewasa dan jumlah eritrosit janin lebih besar dari dewasa, sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.<br />
5. Mengevaluasi dengan menggunakan Doppler respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah janin dalam keadaan asfiksia<br />
6. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transpor oksigen. Hemoragi maternal memengaruhi tranpor oksigen uteroplasenta secara negatif, menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan atau memburuknya status janin. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin akan kehilangan tenaga untuk melakukan melanisme koping dan kemungkinan susunan saraf pusat rusak/janin, sehingga janin dapat meninggal.<br />
7. pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang berat atau bila perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen janin dan kelahiran melalui vagia tidak mungkin seperti pada kasus plasenta previa tota dimana pembedahan mungkin perlu diindikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.<br />
4 Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat 1. Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu dan pasangan<br />
2. Pantau respon verbal dan nonverbal ibu dan pasangan<br />
3. Dengarkan masalah ibu dengan seksama<br />
4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan<br />
5. Libatkan ibu dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin<br />
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala 1. Memberi informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi<br />
2. Menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu atau pasangan<br />
3. meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri<br />
4. Pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi sebaiknya tertulis agar nantinya memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat stress, ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut.<br />
5. menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut.<br />
6. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.<br />
5 Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi, tindakan invasif Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal 1. Tinjau ulang kondisi faktor resiko yang ada sebelumnya<br />
2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi<br />
( misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/ warna secret vagina<br />
Kolaborasi<br />
3. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol<br />
4. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi<br />
5. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan<br />
6. Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada praoperasi. 1. kondisi dasar ibu; seperti DM dan hemoragi menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan resiko kontaminasi janin<br />
2. Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka<br />
3. Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operasi<br />
4.Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.<br />
5. Resiko infeksi pasca perdarahan serta penyembuhan lebih lama bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.<br />
6. Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi<br />
<br />
4.Implementasi<br />
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien abortus disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.<br />
5. Evaluasi Keperawatan.<br />
Hasil asuhan keperawatan pada klien abortus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.<br />
Adapun sasaran evaluasi pada pasien abortus sebagai berikut :<br />
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami<br />
Tanda-tanda vital menunjukan dalam batas normal<br />
Perubahan perfusi jaringan kembali normal<br />
Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dalam batas normal dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.<br />
Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.<br />
Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.<br />
Infeksi tidak terjadi.<br />
Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.<br />
Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III <br />
PENUTUP<br />
A.KESIMPULAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. <br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus provokatus (Induced Abortion) Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Adapun etiologi dari abortus dalah sebagai berikut :<br />
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan<br />
Kelainan plasenta<br />
• Infeksi pada plasenta<br />
• Gangguan pembuluh darah<br />
• Hipertensi<br />
Penyakit ibu<br />
• Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
• Anemia<br />
• Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
• Kelainan rahim<br />
• Kelainan Ovum<br />
• Kelainan genetalia ibu<br />
• Gangguan sirkulasi plasenta:Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
<br />
Sedangkan pemeriksaan fisiknya<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Komplikasi yang mungkin timbul pada abortus<br />
Perforasi Dalam.<br />
Luka pada serviks uteri.<br />
Pelekatan pada kavum uteri.<br />
Perdarahan.<br />
Infeksi<br />
Syok<br />
<br />
Penanganan Keperawatan<br />
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.<br />
Pengkajian terdiri dari :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
<br />
B.Saran<br />
Diharapkan makalah ini agar bisa menjadi sumber acuan dan modal bagi mahasiswa keperawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien abortus dengan sebaik-baiknya.Dan kepada dosen pembimbing untuk tidak henti-hentinya selalu membimbing kami agar terlakasana proses belajar-mengajar sebagaiman mestinya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I <br />
PENDAHULUAN<br />
A. LATAR BELAKANG<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma disaluran tuba fallopi dan membentuk sebuah janin.<br />
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti pendarahan, gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus. Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup.<br />
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dilakukan bahwa sekitar 15% kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa janinnya sekitar 15-40% dari kehamilan yang terjadi. Angka sebenarnya mungkin lebih besar, karena bisa saja keguguran terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dari jumlah tersebut sekitar 60-75% angka keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.<br />
Abortus bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat sampai syok dan berakhir dengan kematian. Selain itu juga akan mengakibatkan perforasi, infeksi dan tetatus serta payah ginjal akut. Untuk mengatasi masalah perdarahan dilakukan tindakan keperawatan rehidrasi cairan dan transfusi darah.<br />
Dengan adanya fenomena di atas penulis tertarik untuk mengelola klien dengan masalah abortus. <br />
<br />
<br />
B. TUJUAN PENULISAN<br />
1. Tujuan umum<br />
Memperoleh gambaran hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus<br />
2. Tujuan khusus<br />
Memperoleh gambaran tentang :<br />
Gambaran hasil pengkajian pada pasien abortus<br />
Gambaran prioritas tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dengan abortus<br />
Gambaran perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul<br />
Gambaran tindakan keperawatan<br />
Gambaran hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II <br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
II A.KONSEP TEORI<br />
A.KONSEP KEHAMILAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Adapun proses kehamian adalah sebagai berikut<br />
<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan.<br />
<br />
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).<br />
<br />
Adapun Perubahan Fisiologi pada saat kehamilan<br />
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009) pada :<br />
1. Rahim atau Uterus<br />
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.<br />
2. Vagina (Liang Senggama)<br />
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.<br />
3. Ovarium (Indung Telur)<br />
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.<br />
4. Payudara<br />
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron, dan somatomammotropin.<br />
5. Sirkulasi Darah<br />
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :<br />
<br />
<br />
a. Volume darah<br />
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.<br />
b. Sel darah<br />
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.<br />
6. Sistem Respirasi <br />
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.<br />
7. Sistem Pencernaan<br />
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan :<br />
1. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).<br />
2. Daerah lambung terasa panas.<br />
3. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness).<br />
4. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.<br />
5. Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).<br />
6. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.<br />
8. Perubahan Pada Kulit <br />
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.<br />
9. Metabolisme<br />
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :<br />
1. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada trimester ketiga.<br />
2. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.<br />
3. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.<br />
4. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.<br />
5. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.<br />
6. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.<br />
<br />
<br />
10.Perubahan pada system endokrin<br />
1. Plasenta<br />
Plasenta adalah kelenjar hormone aktif yang khusus untuk kehamilan. Mormon yang dihasilkannya adalah human chorionic gonadotropihin (HCG), estrogen, progesterone dan human placental lactogen (HPL). Semua hormone ini sangat berguna dalam mendukung kehidupan janin dan ibu selama masa kehamilan.<br />
2. HCG<br />
Hormon ini diproduksi oleh sel tropoblast yang berkembang pada saat mulai menemplenya sel telur yang telah dibuahi. Hormon ini akan dilepaskan kedarah ibu dan akan menstimulus pertumbuhan korpus luteum pada trimester I kehamilan. Corpus luteum ini akan memproduksi hormone estrogen dan progesterone yang merupakan hormone yang sangat pentung untuk mempertahankan kehamilan.<br />
3. Estrogen<br />
Produksi estrogen pada usia kehamilan sampai dengan 12 minggu diproduksi dalam jumlah besar oleh korpus luteum dan sesudahnya diproduksi oleh plasenta. Fungsinya adalah menstimulus pertumbuhan di dalam uterus. Duktus – duktus dalam mamae. Putting susu ibu dan mempengaruhi vagina. Estrogen juga berperan meretensi atau menahan cairan dan elektrolit dalam jaringan tubuh wanita hamil, menekan ovulasi dan menghambat proses lactasi pada masa kehamilan.<br />
4. Progesterone Berfungsi membuat uterus menjadi tebal sehingga bisa digunakan untuk penempelan hasil konsepsi, mematangkan funsi mamae untuk siap memproduksi ASI<br />
<br />
Perubahan pada organ reproduksi.<br />
Pembagian Usia Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu:<br />
1. Trimester I : 0-12 minggu.<br />
2. Trimester II : 13-27 minggu.<br />
3. Trimester III : 28-40 minggu<br />
Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.<br />
A. Trimester 1<br />
<br />
Minggu ke O<br />
Perkembangan janin<br />
Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke – 11.<br />
Minggu ke – 4 atau bulan ke – I<br />
1. Perkembangan janin<br />
Dari discus embrionik,bagian tubuh yang pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang belakang,otak dan saraf tulang belakang.Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernakan terbentuk.Embrio kurang dari 0,64 cm.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi membesar. Kelelahan yang kronik (menetap) dan sering kencing mulai terjadi berlangsung selama 3 bulan berikutnya, HCG ada didalam urine dan serum 9 hari.<br />
Minggu ke 8 atau bulan ke – II<br />
1. Perkembangan janinPerkembangan cepat. Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat. Telingga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil terbentuk dibawah kulit.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal Mual muntah (morning sicknes). Mungkin terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pear menjadi globular. Tanda- tanda hegar dan goodell muncul. Serviks fleksi. Leukorrhea meningkat. Ibu mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya. Penambahan berat badan belum terlihat nyata.<br />
<br />
Minggu ke 12 atau belan ke – III<br />
1.Perkembangan janin<br />
Embrio menjadi jani. Denyut jantung dapat dilihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine.<br />
2.Perubahan – perubahan maternal<br />
Tanda chatwick muncul,Uterus naik di atas simpisis pubis. Kontraksi braxon hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk enderita infeksi saluran kencing meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester I. Plasenta sekarang berfunsi penuh dan memproduksi hormone.<br />
<br />
B. Trimester II<br />
<br />
Minggu ke 15 atau bulan ke – IV<br />
1.Perkembangan janin<br />
Sistem muskeloskeletal sudah matang. Sistem saraf sudah mulai melaksanakan control. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar dengan Doppler. Pankreas memproduksi insulin.<br />
<br />
2.Perubahan –perubahan maternal<br />
Fundus berada ditengan antara simpisis dan past. Berat ibu bertambah 0,4 – 0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan. Mungkin akan lebih banyak energi. Diameter bipatietal dapat di ukur dengan ultrasound. Sekresi vagina meningkat. Pakaian ibu menjadi ketat. Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing berkurang.<br />
<br />
Minggu ke 20 atau bulan ke – V<br />
1. Perkembangan janin<br />
Verniks melindungi tubuh . Ladugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang terukur untuk tidur, menelan dan menendang.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum. Kantung ketuban menampung 400 ml casiran. Rasa akan pinsan dan pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah secara mendadak. Verises pembuluh darah mungkin mulai terjadi. Ibu merasakan gerakan janin. Areola bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi. Kram pada kaki mungki ada. Konstipasi mungkin dialami.<br />
<br />
Minggu ke 24 atau bulan ke – VI<br />
1.Perkembangan janin<br />
Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang aktifitasnyameningkat. Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7 – 0,8 kg.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus di atas pusat. Sakit punggung dank ram pada kaki mungkin mulai terjadi. Perubahan kulit bisa berupa striae gravidarium, cloasma, linea nigra dan jerawat. Mimisan dapat terjadi. Mungkin mengalami gatal – gatal pada abdomen karena uterus membesar dan kulit meregang.<br />
<br />
C. Trimester III<br />
<br />
Minggu ke 28 atau bulan ke – VII<br />
1.Perkembang janin<br />
Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactant terbentuk di dalam paru – paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran saat lahir.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Hemorrhoid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat di palpasi. Mungkin lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.<br />
<br />
<br />
<br />
Minggu ke 32 atau bulan ke – IX<br />
1.Perkembangan janin<br />
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai system kekebalan bayi bekerja.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu. Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 – 0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat. Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (PusDikNaKes,2003 : 12-13)<br />
<br />
Perubahan Psikologi Kehamilan Menurut teori Reva Rubin:<br />
Trimester I<br />
- Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap kehamilannya.<br />
- Perubahan kehidupan sehari-hari.<br />
- Mencari tanda kehamilan.<br />
- Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya.<br />
- Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan.<br />
- Hasrat hubungan seks terbatas.<br />
- Khawatir kehilangan bentuk tubuh.<br />
-Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah, ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng.<br />
- Perasaan was-was, takut dan gembira.<br />
<br />
Trimester II<br />
- Ibu merasa sehat.<br />
- Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.<br />
- Sudah menerima kehamilan.<br />
- Libido meningkat.<br />
- Mulai merasa gerak janin.<br />
- Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar dirinya.<br />
- Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.<br />
<br />
Trimester III<br />
- Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak sabar menunggu kehamilannya.<br />
- Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa khawatir bayinya lahir sewaktu- waktu.<br />
- Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala persalinan.<br />
- Rasa tidak nyaman.<br />
- Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil.<br />
- Semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya.<br />
- Tidak sabaran dan resah.<br />
- Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.<br />
<br />
B.ANATOMI FISIOLOGI<br />
Anatomi Sistem Reproduksi Interna dan Eksterna<br />
<br />
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu :<br />
<br />
organ genitalia eksterna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Mons pubis<br />
<br />
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis.<br />
<br />
Labia mayora<br />
<br />
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.<br />
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.<br />
<br />
Labia minora<br />
<br />
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.<br />
<br />
Klitoris <br />
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.<br />
Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari kata dalam bahasa Yunani, yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.<br />
<br />
Prepusium klitoris<br />
<br />
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Vestibulum<br />
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang ketat).<br />
Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.<br />
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas.<br />
Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).<br />
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5 cm, menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan antara hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan lengket, terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Fourchette<br />
<br />
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.<br />
<br />
Perineum<br />
<br />
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.<br />
<br />
organ genitalia interna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Ovarium<br />
<br />
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi overium dapat digerakkan.<br />
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.<br />
Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.<br />
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.<br />
<br />
Tuba Fallopii<br />
<br />
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.<br />
Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.<br />
Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :<br />
Infundibulum<br />
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.<br />
Ampula<br />
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.<br />
Istmus<br />
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.<br />
Intersitital<br />
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.
Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.
Uterus
Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :
Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas bagian atas uterus.
Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan, dan persalinan.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dank e atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.<br />
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.<br />
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.<br />
<br />
Fisiologi Kehamilan<br />
1. Pembuahan <br />
Pembuahan (konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong, yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin). <br />
<br />
Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal dari1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit.sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi).<br />
<br />
2.Implantasi dan Perkembangan Plasenta<br />
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari), plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke9-10,dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion. kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya, tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon, susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.<br />
3.Perkembangan Embrio <br />
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah pembuahan. kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama, selanjutnya pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta, organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.<br />
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. karena itu seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya. pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari. Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim).<br />
<br />
C.KONSEP ABORTUS<br />
1. Pengertian<br />
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman, 1994).<br />
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaita fetus belum viable by law (Jeffcoat, 1990).<br />
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai (Holmer, 1994).<br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Hal serupa dikemukakan Murray, 2002 bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaan hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.<br />
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).<br />
Abortus atau keguguran dibagi menjadi<br />
1. Berdasarkan kejadiannya<br />
Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri<br />
Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :<br />
• Indikasi medis<br />
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim. <br />
• Indikasi social<br />
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.<br />
2.Klasifikasi<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
1. Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus spontan dibagi atas :<br />
Abortus Kompletus (keguguran lengkap)<br />
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong.<br />
Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)<br />
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua (placenta)<br />
Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung)<br />
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.<br />
Abortus Iminens (keguguran membakat)<br />
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dengan memberikan obat hormonal dan antispasmodic serta istirahat.<br />
Nissed abortion<br />
Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.<br />
Abortus habitualis<br />
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih.<br />
Abortus Infeksionus dan abortus septic<br />
Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.<br />
Abortus Servikali<br />
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.<br />
2. Abortus provokatus (Induced Abortion)<br />
Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Abortus ini terbagi lagi menjadi:<br />
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)<br />
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli).<br />
Abortus Kriminalis<br />
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.<br />
3.Manifestasi Klinik<br />
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu<br />
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat<br />
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi<br />
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus<br />
Pemeriksaan ginekologi :<br />
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :<br />
Terdapat keterlambatan datang bulan<br />
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :<br />
Perdarahan lebih banyak<br />
Perut mules atau sakit lebih hebat<br />
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :<br />
Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis<br />
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat<br />
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi<br />
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Kompletus :<br />
Uterus telah mengecil<br />
Perdarahan sedikit<br />
Canalis servikalis telah tertutup<br />
Tanda dan gejala Missed Abortion :<br />
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin<br />
Buah dada mengecil kembali<br />
4.Diagnosa Banding<br />
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.<br />
5. Etiologi<br />
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :<br />
a.Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :<br />
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks<br />
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.<br />
Pengaruh luar<br />
• Infeksi endometrium<br />
• Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi<br />
• Faktor psikologis<br />
• Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)<br />
b. Kelainan plasenta<br />
Infeksi pada plasenta<br />
Gangguan pembuluh darah<br />
Hipertensi<br />
c. Penyakit ibu<br />
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
Anemia<br />
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
Kelainan rahim<br />
d.Kelainan Ovum<br />
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.<br />
e.Kelainan genetalia ibu<br />
Anomali congenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis dan lain-lain).<br />
Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.<br />
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,seperti kurangnya progesterone atau estrogen,endometritis,mioma sub mukosa.<br />
Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola).<br />
Distosia uterus missal karena terdorong oleh tumor pelvis.<br />
f. Gangguan sirkulasi plasenta<br />
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:<br />
1. Umur<br />
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterine.<br />
2.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat<br />
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.<br />
3.Paritas ibu<br />
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.<br />
4.Riwayat Kehamilan yang lalu<br />
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).<br />
Penyebab dari segi Maternal<br />
Penyebab secara umum:<br />
• Infeksi akut<br />
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.<br />
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.<br />
Parasit, misalnya malaria.<br />
• Infeksi kronis<br />
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.<br />
Tuberkulosis paru aktif.<br />
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.<br />
Penyakit kronis, misalnya :<br />
1. hipertensi<br />
2. nephritis<br />
3. diabetes<br />
4. anemia berat<br />
5. penyakit jantung<br />
6. toxemia gravidarum<br />
7. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.<br />
8. Trauma fisik.<br />
Penyebab yang bersifat lokal:<br />
Fibroid, inkompetensia serviks.<br />
Radang pelvis kronis, endometrtis.<br />
Retroversi kronis.<br />
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus<br />
<br />
Penyebab dari segi Janin<br />
Kematian janin akibat kelainan bawaan.<br />
Mola hidatidosa.<br />
Penyakit plasendesidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.<br />
6.Patofisiologi<br />
Pada abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalls diikuti oleh terjadinya nekrosis jaringan sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan menyebabkan uterus berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim.Sebelum minggu ke 8 biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Karena villichorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi chorialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan secara sempurna sehingga timbul banyak perdarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah terbentuk. Perdarahan tak banyak bila placenta terlepas secara lengkap, telur yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk : ada kalanya berupa telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan hidup.Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi mola carnosa. Mola tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan hematom-hematom antar amnion dan chorion.Janin yang mati bila masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus). Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami murnifikasi hingga menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang tidak cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena berisi cairan dan tubuh janin kemerah-merahan.<br />
Disamping itu terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.<br />
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :<br />
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama<br />
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan<br />
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.<br />
<br />
Bagan Patofisiologi Abortus<br />
Kelainan Kelainan Infeksi Akut Kelainan Traktus<br />
Pertumbuhan Hasil Plasenta Genitalis<br />
Konsepsi<br />
Oksigenasi Toksin,Bakteri,virus <br />
Plasenta terganggu<br />
<br />
Perdarahan Dalam Desidu Basalis<br />
<br />
Nekrosis Jaringan Sekitar<br />
Hasil Konsepsi Lepas (Aborsi)<br />
Vili korialis Menembus Lebih Dalam Vili Korialis Belum Menembus Desidu<br />
(8 – 14 mgg) ( < 8 mgg)
Lepas Sebagian Lepas Seluruhnya
Tindakan kurutase Perdarahan
7.Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion.
Data laboratorium: Tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit, . kultur darah dan urine
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
Adakah disertai bekuan darah
Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam spekulum
Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
Apakah tampak jaringan keluar ostium
Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
8.Komplikasi
1. Perforasi Dalam
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3.Pelekatan pada kavum uteri.
Lakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4.Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
7.Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
8. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
9.Penatalaksanaan
A.Penanganan Medis
Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7.Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Adapun penanganannya yaitu:
Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
Pemberian antibiotika yang cukup tepat
• Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
• Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
• atau antibiotika spektrum luas lainnya
24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
Tindakan Operatif Penanganan Abortus
1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan keguguran yang kadang-kadang berlangsung dan keguguran bersisa. Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.
2. Kuretose (kerokan)
Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.
3 Vacum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum.
Cara – cara Abortus Provokatus Kriminalis/ Kekerasan Mekanik :
1. Umum
Latihan olahraga berlebihan
Naik kuda berlebihan
Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
Tekanan / trauma pada abdomen
2. Lokal
Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
Alat untuk memasang IUD
Alat yang dapat dilalui arus listrik
Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahan-bahan yang Bekerja Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain :
Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid Cara kerja : Indirect Congesti + engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan
Direct : Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.
Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
Purgativa/Emetica :obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract
Misal :Colocynth : Aloe
Castor oil : Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.
Cara kerja ergot : Merangsang alpha 1 receptor pada uterus,↓Kontraksi uterus yang kuat dan lama
Garam dari logam : biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride
B.Penanganan Keperawatan
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.
10.Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %<br />
Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %<br />
Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.<br />
11.Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis<br />
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.<br />
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal)Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):<br />
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.<br />
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.<br />
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.<br />
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.<br />
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.<br />
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)<br />
<br />
II B KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN<br />
1. Pengkajian<br />
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien abortus adalah :<br />
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat<br />
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang<br />
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :<br />
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.<br />
2) Riwayat kesehatan masa lalu<br />
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.<br />
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.<br />
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.<br />
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya<br />
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.<br />
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.<br />
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.<br />
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.<br />
<br />
Pemeriksaan fisik, meliputi :<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.<br />
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.<br />
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.<br />
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal<br />
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.<br />
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.<br />
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak<br />
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)<br />
Data lain-lain :<br />
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.<br />
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.<br />
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien<br />
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.<br />
Adapun data yang bisa diambil dari pengkajian pasien abortus adalah :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
C. Pengkajian Pola –Pola<br />
Pengkajian dasar data pasien: Tinjauan ulan catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.<br />
Sirkulasi: Kehilangan darah selama terjad iperdarahan karen aabortus.<br />
Integritas Ego<br />
Dapa tmenunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.Mungkin mengekpresikan ketidakmampuan untuk menghadapi suasana baru.<br />
Eliminasi:Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.<br />
Makanan / cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.<br />
Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal<br />
Nyeri/ kenyamanan<br />
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misalnyeripenyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efekanestesi : mulu tmungkin kering.<br />
Pernapasan:Bunyi paru jelas dan vesikuler.<br />
Keamanan:Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infuse dan nyeri tekan.<br />
Seksualitas:Fundus kontraksikuatdanterletak di umbilikus.<br />
PemeriksaanDiagnostik:Jumlahdarahlengkap, hemoglobin/ hematokrit<br />
2. Diagnosa<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
<br />
3.Tujuan<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
•<br />
4. Intervensi<br />
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional<br />
1 Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus Setelah diberikanasuhankeperawatan diharapkanpasien dapat bertoleransiterhadap nyeriyangdialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibudapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda-tanda vital dalam batas normal<br />
• Ibu tidak meringis 1. Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen<br />
2. Kaji stress psikologis ibu /pasangan dan respon emosiol terhadap kejadian<br />
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya; nafas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.<br />
Kolaborasi<br />
4. Berikan narkotik atau sedatif berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan<br />
5. Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi 1. Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infus oksitosin.<br />
2. Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, ketakutan, dan nyeri<br />
3. Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan<br />
4. Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan<br />
5. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.<br />
<br />
2 Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• pengisian kafilari refil (2)<br />
• pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual 1. Evaluasi, laporkan,serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut<br />
2. Lakukan tirah baring, instruksikan untuk menghindari valsava manuver dan koitus<br />
3. Posisikan dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikanatau posisi semi fowler<br />
4. Catat tanda-tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada<br />
5. Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan pada abdomen<br />
6. Pantau masukan/keluaran cairan. Dapatkan sample urine setiap jam, ukur berat jenis<br />
7. Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar<br />
Kolaborasi:<br />
8. Dapatkan pemeriksaan darah cepat; HDL jenis dan pencorakan silang, titer Rh, Kadar fibrinogen, hitung trombosit, APTT dan kadar LCC<br />
9. Pasang Kateter<br />
10. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap atau sel-sel kemasan sesuai indikasi 1. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah<br />
2. perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat merangsang perdarahan<br />
3. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena kaya. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon<br />
4. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi<br />
5. Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi<br />
6.Menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukkan perfusi ginjal<br />
7. Dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan, pemeriksaan hstologi mungkin diperlukan.<br />
8. Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab harus dipertahankan di atas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien<br />
9. Haluaran kuarang dari 30ml/jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat defisit individual dan kecepatan penggantian<br />
10. meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala syok.<br />
<br />
3 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal 1. Perhatikan status fisiologi ibu, staus sirkulasi dan volume darah<br />
2. Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat bradikardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin<br />
3. Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uteus<br />
4. Anjurkan tirah baring pada posisi miring<br />
Kolaborasi;<br />
5.Berikan suplemen oksigen pada ibu. Lakukan sesuai indikasi<br />
6. Ganti kejilangan darah ibu<br />
7. Siapkan ibu untuk intervensi bedah dengan tepat 1. Kejadian perdarahan berisiko merusak hasil kehamilan. Kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta<br />
2. Mengkaji berlanjutnya hioksia janin, pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi<br />
3. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta<br />
4. meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin mempunyai beberapa kepastian perlengkapan untuk mengatasi hipoksia, dimana disosiasi Hb janin lebih cepat daripada Hb dewasa dan jumlah eritrosit janin lebih besar dari dewasa, sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.<br />
5. Mengevaluasi dengan menggunakan Doppler respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah janin dalam keadaan asfiksia<br />
6. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transpor oksigen. Hemoragi maternal memengaruhi tranpor oksigen uteroplasenta secara negatif, menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan atau memburuknya status janin. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin akan kehilangan tenaga untuk melakukan melanisme koping dan kemungkinan susunan saraf pusat rusak/janin, sehingga janin dapat meninggal.<br />
7. pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang berat atau bila perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen janin dan kelahiran melalui vagia tidak mungkin seperti pada kasus plasenta previa tota dimana pembedahan mungkin perlu diindikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.<br />
4 Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat 1. Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu dan pasangan<br />
2. Pantau respon verbal dan nonverbal ibu dan pasangan<br />
3. Dengarkan masalah ibu dengan seksama<br />
4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan<br />
5. Libatkan ibu dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin<br />
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala 1. Memberi informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi<br />
2. Menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu atau pasangan<br />
3. meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri<br />
4. Pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi sebaiknya tertulis agar nantinya memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat stress, ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut.<br />
5. menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut.<br />
6. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.<br />
5 Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi, tindakan invasif Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal 1. Tinjau ulang kondisi faktor resiko yang ada sebelumnya<br />
2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi<br />
( misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/ warna secret vagina<br />
Kolaborasi<br />
3. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol<br />
4. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi<br />
5. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan<br />
6. Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada praoperasi. 1. kondisi dasar ibu; seperti DM dan hemoragi menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan resiko kontaminasi janin<br />
2. Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka<br />
3. Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operasi<br />
4.Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.<br />
5. Resiko infeksi pasca perdarahan serta penyembuhan lebih lama bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.<br />
6. Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi<br />
<br />
4.Implementasi<br />
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien abortus disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.<br />
5. Evaluasi Keperawatan.<br />
Hasil asuhan keperawatan pada klien abortus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.<br />
Adapun sasaran evaluasi pada pasien abortus sebagai berikut :<br />
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami<br />
Tanda-tanda vital menunjukan dalam batas normal<br />
Perubahan perfusi jaringan kembali normal<br />
Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dalam batas normal dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.<br />
Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.<br />
Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.<br />
Infeksi tidak terjadi.<br />
Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.<br />
Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III <br />
PENUTUP<br />
A.KESIMPULAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. <br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus provokatus (Induced Abortion) Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Adapun etiologi dari abortus dalah sebagai berikut :<br />
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan<br />
Kelainan plasenta<br />
• Infeksi pada plasenta<br />
• Gangguan pembuluh darah<br />
• Hipertensi<br />
Penyakit ibu<br />
• Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
• Anemia<br />
• Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
• Kelainan rahim<br />
• Kelainan Ovum<br />
• Kelainan genetalia ibu<br />
• Gangguan sirkulasi plasenta:Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
<br />
Sedangkan pemeriksaan fisiknya<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Komplikasi yang mungkin timbul pada abortus<br />
Perforasi Dalam.<br />
Luka pada serviks uteri.<br />
Pelekatan pada kavum uteri.<br />
Perdarahan.<br />
Infeksi<br />
Syok<br />
<br />
Penanganan Keperawatan<br />
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.<br />
Pengkajian terdiri dari :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
<br />
B.Saran<br />
Diharapkan makalah ini agar bisa menjadi sumber acuan dan modal bagi mahasiswa keperawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien abortus dengan sebaik-baiknya.Dan kepada dosen pembimbing untuk tidak henti-hentinya selalu membimbing kami agar terlakasana proses belajar-mengajar sebagaiman mestinya.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB I <br />
PENDAHULUAN<br />
A. LATAR BELAKANG<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan itu sendiri adalah hasil pertemuan antara sel telur dengan sel sperma disaluran tuba fallopi dan membentuk sebuah janin.<br />
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan seperti pendarahan, gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus. Abortus adalah penghentian sebelum janin dapat hidup.<br />
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh American Collage of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dilakukan bahwa sekitar 15% kehamilan mengalami keguguran, sedangkan data lain menyebutkan bahwa janinnya sekitar 15-40% dari kehamilan yang terjadi. Angka sebenarnya mungkin lebih besar, karena bisa saja keguguran terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dirinya hamil. Dari jumlah tersebut sekitar 60-75% angka keguguran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.<br />
Abortus bila tidak ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat sampai syok dan berakhir dengan kematian. Selain itu juga akan mengakibatkan perforasi, infeksi dan tetatus serta payah ginjal akut. Untuk mengatasi masalah perdarahan dilakukan tindakan keperawatan rehidrasi cairan dan transfusi darah.<br />
Dengan adanya fenomena di atas penulis tertarik untuk mengelola klien dengan masalah abortus. <br />
<br />
<br />
B. TUJUAN PENULISAN<br />
1. Tujuan umum<br />
Memperoleh gambaran hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus<br />
2. Tujuan khusus<br />
Memperoleh gambaran tentang :<br />
Gambaran hasil pengkajian pada pasien abortus<br />
Gambaran prioritas tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dengan abortus<br />
Gambaran perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul<br />
Gambaran tindakan keperawatan<br />
Gambaran hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB II <br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
II A.KONSEP TEORI<br />
A.KONSEP KEHAMILAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. Adapun proses kehamian adalah sebagai berikut<br />
<br />
Kehamilan merupakan suatu kejadian penting pada setiap pasutri dan merupakan awal dari kehidupan seorang manusia. Selayaknya kehamilan disiapkan dengan matang dari kesehatan ibu dan buah hati. Saat inipun ibu sudah harus diberi pengertian bagaimana seharusnya ia menjaga kondisi tubuh untuk kelancaran kehamilan dan perkembangan janin dalam kandungan.<br />
<br />
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009).<br />
<br />
Adapun Perubahan Fisiologi pada saat kehamilan<br />
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009) pada :<br />
1. Rahim atau Uterus<br />
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.<br />
2. Vagina (Liang Senggama)<br />
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.<br />
3. Ovarium (Indung Telur)<br />
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.<br />
4. Payudara<br />
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron, dan somatomammotropin.<br />
5. Sirkulasi Darah<br />
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :<br />
<br />
<br />
a. Volume darah<br />
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.<br />
b. Sel darah<br />
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal.<br />
6. Sistem Respirasi <br />
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.<br />
7. Sistem Pencernaan<br />
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang dapat menyebabkan :<br />
1. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).<br />
2. Daerah lambung terasa panas.<br />
3. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning sickness).<br />
4. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.<br />
5. Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari (hiperemesis gravidarum).<br />
6. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.<br />
8. Perubahan Pada Kulit <br />
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.<br />
9. Metabolisme<br />
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :<br />
1. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama pada trimester ketiga.<br />
2. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.<br />
3. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.<br />
4. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.<br />
5. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.<br />
6. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.<br />
<br />
<br />
10.Perubahan pada system endokrin<br />
1. Plasenta<br />
Plasenta adalah kelenjar hormone aktif yang khusus untuk kehamilan. Mormon yang dihasilkannya adalah human chorionic gonadotropihin (HCG), estrogen, progesterone dan human placental lactogen (HPL). Semua hormone ini sangat berguna dalam mendukung kehidupan janin dan ibu selama masa kehamilan.<br />
2. HCG<br />
Hormon ini diproduksi oleh sel tropoblast yang berkembang pada saat mulai menemplenya sel telur yang telah dibuahi. Hormon ini akan dilepaskan kedarah ibu dan akan menstimulus pertumbuhan korpus luteum pada trimester I kehamilan. Corpus luteum ini akan memproduksi hormone estrogen dan progesterone yang merupakan hormone yang sangat pentung untuk mempertahankan kehamilan.<br />
3. Estrogen<br />
Produksi estrogen pada usia kehamilan sampai dengan 12 minggu diproduksi dalam jumlah besar oleh korpus luteum dan sesudahnya diproduksi oleh plasenta. Fungsinya adalah menstimulus pertumbuhan di dalam uterus. Duktus – duktus dalam mamae. Putting susu ibu dan mempengaruhi vagina. Estrogen juga berperan meretensi atau menahan cairan dan elektrolit dalam jaringan tubuh wanita hamil, menekan ovulasi dan menghambat proses lactasi pada masa kehamilan.<br />
4. Progesterone Berfungsi membuat uterus menjadi tebal sehingga bisa digunakan untuk penempelan hasil konsepsi, mematangkan funsi mamae untuk siap memproduksi ASI<br />
<br />
Perubahan pada organ reproduksi.<br />
Pembagian Usia Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu:<br />
1. Trimester I : 0-12 minggu.<br />
2. Trimester II : 13-27 minggu.<br />
3. Trimester III : 28-40 minggu<br />
Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi.<br />
A. Trimester 1<br />
<br />
Minggu ke O<br />
Perkembangan janin<br />
Sperma membuahi ovum yang kemudian membagi dan masuk ke dalam uterus menempel sekitar hari ke – 11.<br />
Minggu ke – 4 atau bulan ke – I<br />
1. Perkembangan janin<br />
Dari discus embrionik,bagian tubuh yang pertama muncul yang kemudian akan menjadi tulang belakang,otak dan saraf tulang belakang.Jantung, sirkulasi darah dan saluran pencernakan terbentuk.Embrio kurang dari 0,64 cm.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Ibu terlambat menstruasi. Payudara menjadi membesar. Kelelahan yang kronik (menetap) dan sering kencing mulai terjadi berlangsung selama 3 bulan berikutnya, HCG ada didalam urine dan serum 9 hari.<br />
Minggu ke 8 atau bulan ke – II<br />
1. Perkembangan janinPerkembangan cepat. Jantungnya mulai memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik. Perut muka dan bagian utama otak dapat dilihat. Telingga terbentuk dari lipatan kulit tulang dan otot yang kecil terbentuk dibawah kulit.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal Mual muntah (morning sicknes). Mungkin terjadi sampai usia kehamilan 12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pear menjadi globular. Tanda- tanda hegar dan goodell muncul. Serviks fleksi. Leukorrhea meningkat. Ibu mungkin terkejut atau senang dengan kehamilannya. Penambahan berat badan belum terlihat nyata.<br />
<br />
Minggu ke 12 atau belan ke – III<br />
1.Perkembangan janin<br />
Embrio menjadi jani. Denyut jantung dapat dilihat dengan ultrasound. Diperkirakan lebih berbentuk manusia karena tubuh berkembang. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin dapat diketahui. Ginjal memproduksi urine.<br />
2.Perubahan – perubahan maternal<br />
Tanda chatwick muncul,Uterus naik di atas simpisis pubis. Kontraksi braxon hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk enderita infeksi saluran kencing meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester I. Plasenta sekarang berfunsi penuh dan memproduksi hormone.<br />
<br />
B. Trimester II<br />
<br />
Minggu ke 15 atau bulan ke – IV<br />
1.Perkembangan janin<br />
Sistem muskeloskeletal sudah matang. Sistem saraf sudah mulai melaksanakan control. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai matang dan tumbuh. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar dengan Doppler. Pankreas memproduksi insulin.<br />
<br />
2.Perubahan –perubahan maternal<br />
Fundus berada ditengan antara simpisis dan past. Berat ibu bertambah 0,4 – 0,5 kg perminggu selama sisa kehamilan. Mungkin akan lebih banyak energi. Diameter bipatietal dapat di ukur dengan ultrasound. Sekresi vagina meningkat. Pakaian ibu menjadi ketat. Tekanan pada kandung kemih dan sering kencing berkurang.<br />
<br />
Minggu ke 20 atau bulan ke – V<br />
1. Perkembangan janin<br />
Verniks melindungi tubuh . Ladugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Alis, bulu mata dan rambut terbentuk. Janin mengembangkan jadwal yang terukur untuk tidur, menelan dan menendang.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus mencapai pusat. Payudara memulai sekresi kolostrum. Kantung ketuban menampung 400 ml casiran. Rasa akan pinsan dan pusing mungkin terjadi, terutama jika posisi berubah secara mendadak. Verises pembuluh darah mungkin mulai terjadi. Ibu merasakan gerakan janin. Areola bertambah gelap. Hidung tersumbat mungkin terjadi. Kram pada kaki mungki ada. Konstipasi mungkin dialami.<br />
<br />
Minggu ke 24 atau bulan ke – VI<br />
1.Perkembangan janin<br />
Kerangka berkembang dengan cepat karena sel pembentukan tulang aktifitasnyameningkat. Perkembangan pernafasan dimulai. Berat janin 0,7 – 0,8 kg.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus di atas pusat. Sakit punggung dank ram pada kaki mungkin mulai terjadi. Perubahan kulit bisa berupa striae gravidarium, cloasma, linea nigra dan jerawat. Mimisan dapat terjadi. Mungkin mengalami gatal – gatal pada abdomen karena uterus membesar dan kulit meregang.<br />
<br />
C. Trimester III<br />
<br />
Minggu ke 28 atau bulan ke – VII<br />
1.Perkembang janin<br />
Janin dapat bernafas, menelan dan mengatur suhu. Surfactant terbentuk di dalam paru – paru. Mata mulai membuka dan menutup. Ukuran janin 2/3 ukuran saat lahir.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan xiphoid. Hemorrhoid mungkin terjadi. Pernafasan dada menggantikan pernafasan perut. Garis bentuk janin dapat di palpasi. Mungkin lelah menjalani kehamilan dan ingin sekali menjadi ibu. Rasa panas dalam perut mungkin mulai terasa.<br />
<br />
<br />
<br />
Minggu ke 32 atau bulan ke – IX<br />
1.Perkembangan janin<br />
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau berputar banyak. Antibodi ibu ditransfer ke bayi. Hal ini akan memberikan kekebalan untuk enam bulan pertama sampai system kekebalan bayi bekerja.<br />
2. Perubahan – perubahan maternal<br />
Penurunan bayi kedalam pelvic atau panggul ibu. Plasenta setebal hamper empat kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 – 0,6 kg. Ibu ingin sekali melahirkan bayi, mungkin memiliki energi final yang meluap. Sakit punggung dan sering kencingmeningkat. Braxon hicks meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. (PusDikNaKes,2003 : 12-13)<br />
<br />
Perubahan Psikologi Kehamilan Menurut teori Reva Rubin:<br />
Trimester I<br />
- Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap kehamilannya.<br />
- Perubahan kehidupan sehari-hari.<br />
- Mencari tanda kehamilan.<br />
- Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya.<br />
- Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan.<br />
- Hasrat hubungan seks terbatas.<br />
- Khawatir kehilangan bentuk tubuh.<br />
-Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah, ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng.<br />
- Perasaan was-was, takut dan gembira.<br />
<br />
Trimester II<br />
- Ibu merasa sehat.<br />
- Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.<br />
- Sudah menerima kehamilan.<br />
- Libido meningkat.<br />
- Mulai merasa gerak janin.<br />
- Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar dirinya.<br />
- Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.<br />
<br />
Trimester III<br />
- Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak sabar menunggu kehamilannya.<br />
- Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa khawatir bayinya lahir sewaktu- waktu.<br />
- Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala persalinan.<br />
- Rasa tidak nyaman.<br />
- Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil.<br />
- Semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya.<br />
- Tidak sabaran dan resah.<br />
- Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.<br />
<br />
B.ANATOMI FISIOLOGI<br />
Anatomi Sistem Reproduksi Interna dan Eksterna<br />
<br />
Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian yaitu :<br />
<br />
organ genitalia eksterna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Mons pubis<br />
<br />
Mons pubis atau mons veneris merupakan jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat di atas simfisis pubis. Mons pubis banyak mengandung kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, yaitu sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid. Rata-rata menarche (awitan haid) terjadi pada usia 13 tahun. Mons berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus (hubungan seksual). Semakin bertambahnya usia, jumlah jaringan lemak di tubuh wanita berkurang dan rambut pubis menipis.<br />
<br />
Labia mayora<br />
<br />
Labia mayor adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia minor, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayor memiliki panjang 7-8 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal 1-1,5 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Labia mayor melindungi labia minor, meatus urinarius, dan introitus vagina (lubang vagina). Pada wanita yang belum pernah melahirkan pervagina, kedua labia mayor terletak berdekatan di garis tengah menutupi struktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau perineum, labia sedikit terpisah bahkan introitus vagina terbuka. Penurunan produksi hormone menyebabkan atrofi labia mayor.<br />
Pada permukaan arah lateral kulit labia yang tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap daripada jaringan sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar (sama dengan rambut di mons pubis) dan semakin menipis kea rah luar perineum. Permukaan medial (arah dalam) labia mayor licin, tebal, dan tidak ditumbuhi rambut. Bagian ini mengandung suplai kelenjar sebasea dan banyak kelenjar keringat serta banyak mengandung pembuluh darah. Labia mayor sensitive terhadap nyeri, sentuhan, dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang berfungsi sebagai rangsangan seksual.<br />
<br />
Labia minora<br />
<br />
Labia minor terletak di antara dua labia mayor dan merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut, yang memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dab menyatu dengan fourchette. Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minor sama dengan mukosa vagina merah muda dan basah. Pembuluh darah yang banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan labia minor membengkak, bila ada stimulus emosional dan stimulus fisik. Kelenjar di labia minor juga melumasi vulva. Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif. Ruangan antara kedua labia minor disebut vestibulum.<br />
<br />
Klitoris <br />
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat sekitar 6×6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamakan glans dan lebih sensitive daripada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glands dan badan klitoris membesar.<br />
Kelenjar sebasea klitoris mensekresi smegma, suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon (senyawa organic yang memfasilitasi komunikasi olfaktorius) dan anggota lain pada spesies yang sama untuk membangkitkan respon tertentu, yang dalam hal ini adalah stimulasi erotis pada pria). Klitoris bearasal dari kata dalam bahasa Yunani, yang berarti “kunci” karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan, dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris yaitu untuk menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.<br />
<br />
Prepusium klitoris<br />
<br />
Dekat sambungan anterior, labia minor kanan dankiri terpisah menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk frenulum. Terkadang prepusium menutupi klitoris. Akibatnya, daerah ini terlihat seperti sebagai suatu muara, yaitu sebagai meatus uretra. Bila memasukkan kateter ke daerah yang sensitive ini, maka dapat menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Vestibulum<br />
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk lonjong, terletak antara labia minora, klitoris, dan fourchette. Vestibulum terdiri dari dua muara uretra, kelenjar parauretra (vetibulum minus atau Skene), vagina, dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus, vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas, friksi (celana jins yang ketat).<br />
Meatus uretra juga merupakan bagian dari reproduksi karena letaknya dekat dan menyatu dengan vulva. Meatus mempunyai muara dengan bentuk bervariasi dan berwarna merah muda atau kemerahan, dan sering disertai tepi yang agak berkerut. Meatus menandai bagian terminal atau distal uretra. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm di bawah klitoris.<br />
Kelenjar vestibulum minora adalah struktur tubular pendek yang terletak pada arah posterolateral di dalam meatus uretra. Kelenjar ini memproduksi sejumlah kecil lender yang berfungsi sebagai pelumas.<br />
Hymen merupakan lipatan yang tertutup mukosa sebaigan, bersifat elastic, tetapi kuat, dan terletak di sekitar introitus vagina. Pada wanita yang perawan, hymen dapat menjadi penghalang pada pemeriksaan dalam, pada insersi tampon menstruasi atau koitus. Hymen ini bersifat elastic sehingga memungkinkan distensi dan dapat mudah robek. Terkadang hymen menutupi seluruh orifisum yang menyebabkan hymen tertutup secara abnormal dan menghalangi pasase aliran cairan menstruasi, pemasangan alat (spekulum), atau koitus. Setelah pemasangan alat, pemakaian tampon, atau melahirkan pervaginam, dapat terlihat sisa robekan hymen (karunkulae hymen atau karunkula mirtiformis).<br />
Kelenjar vestibulum mayor adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayor masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina. Beberapa duktus dengan panjang 1,5 cm, menjadi saluran pengeluaran drain setiap kelenjar. Setiap duktus membuka ke lekukan antara hymen dan labia minor. Kelenjar mensekresi sejumlah kecil lender yang jernih dan lengket, terutama setelah koitus. Keasaman lender yang rendah (pH tinggi).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Fourchette<br />
<br />
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayor dan minor di garis tengah bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan hymen.<br />
<br />
Perineum<br />
<br />
Perineum merupakan daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.<br />
<br />
organ genitalia interna pada wanita meliputi:<br />
<br />
Ovarium<br />
<br />
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada palpasi overium dapat digerakkan.<br />
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.<br />
Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami ovulasi.<br />
Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen, progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.<br />
<br />
Tuba Fallopii<br />
<br />
Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.<br />
Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, ebberapa diantaranya bersilia dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.<br />
Terdapat 4 segmen yang berubah di sepanjang struktur tuba fallopii, diantaranya :<br />
Infundibulum<br />
Merupakan bagian yang paling distal muaranya yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi bengkak dan hamper erektil saat ovulasi.<br />
Ampula<br />
Ampula ini membangun segmen distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula.<br />
Istmus<br />
Istmus terletak proksimal terhadap ampula.<br />
Intersitital<br />
Bagian ini melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran paling kecil berdiameter < 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.
Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic. Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama berada di dalam tuba.
Uterus
Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.
Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :
Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii. Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan stabilitas bagian atas uterus.
Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan behubungan dengan tulang sacrum.
Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan mencapai vulva.
Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan, dan persalinan.
Dinding uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium, yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :
Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.
Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.
Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan serviks.
Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dank e atas.
Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.<br />
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.<br />
Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra. Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.<br />
<br />
Fisiologi Kehamilan<br />
1. Pembuahan <br />
Pembuahan (konsepsi) adalah merupakan awal dari kehamilan, dimana satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. ovulasi (pelepasan sel telur) adalah merupakan bagian dari siklus menstruasi normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi. sel telur yang dilepaskan bergerak ke ujung tuba falopii (saluran telur) yang berbentuk corong, yang merupakan tempat terjadinya pembuahan. jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma ini akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi embrio (bakal janin). <br />
<br />
Jika pada ovulasi dilepaskan lebih dari 1 sel telur dan kemudian diikuti dengan pembuahan, maka akan terjadi kehamilan ganda, biasanya kembar 2. Kasus seperti ini merupakan kembar fraternal. kembar identik terjadi jika pada awal pembelahan, sel telur yang telah dibuahi membelah menjadi 2 sel yang terpisah atau dengan kata lain, kembar identik berasal dari1 sel telur. Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopii yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit.sel yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel telur yang telah dibuahi).<br />
<br />
2.Implantasi dan Perkembangan Plasenta<br />
Implantasi adalah penempelan blastosis ke dinding rahim, yaitu pada tempatnya tertanam.blastosis biasanya tertanam di dekat puncak rahim, pada bagian depan maupun dinding belakang. Dinding blastosis memiliki ketebalan 1 lapis sel, kecuali pada daerah tertentu terdiri dari 3-4 sel. Sel-sel di bagian dalam pada dinding blastosis yang tebal akan berkembang menjadi embrio, sedangkan sel-sel di bagian luar tertanam pada dinding rahim dan membentuk plasenta (ari-ari), plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara kehamilan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan janin. Implantasi mulai terjadi pada hari ke 5-8 setelah pembuahan dan selesai pada hari ke9-10,dinding blastosis merupakan lapisan luar dari selaput yang membungkus embrio (korion). lapisan dalam (amnion) mulai dibuat pada hari ke 10-12 dan membentuk kantung amnion. kantung amnion berisi cairan jernih (cairan amnion) dan akan mengembang untuk membungkus embrio yang sedang tumbuh, yang mengapung di dalamnya, tonjolan kecil (vili) dari plasenta yang sedang tumbuh, memanjang ke dalam dinding rahim dan membentuk percabangan seperti susunan pohon, susunan ini menyebabkan penambahan luas daerah kontak antara ibu dan plasenta, sehingga zat gizi dari ibu lebih banyak yang sampai ke janin dan limbah lebih banyak dibuang dari janin ke ibu. Pembentukan plasenta yang sempurna biasanya selesai pada minggu ke 18-20, tetapi plasenta akan terus tumbuh selama kehamilan dan pada saat persalinan beratnya mencapai 500 gram.<br />
3.Perkembangan Embrio <br />
Embrio pertama kali dapat dikenali di dalam blastosis sekitar 10 hari setelah pembuahan. kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke 20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama, selanjutnya pembuluh darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta, organ-organ terbentuk sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.<br />
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. karena itu seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi kesehatannya. pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi harus dihindari. Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim).<br />
<br />
C.KONSEP ABORTUS<br />
1. Pengertian<br />
Abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu (Eastman, 1994).<br />
Abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaita fetus belum viable by law (Jeffcoat, 1990).<br />
Abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16, dimana proses plasentasi belum selesai (Holmer, 1994).<br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Hal serupa dikemukakan Murray, 2002 bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaan hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.<br />
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (IKPK dan KB, 1992).<br />
Abortus atau keguguran dibagi menjadi<br />
1. Berdasarkan kejadiannya<br />
Abortus spontan terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan dengan kekuatan sendiri<br />
Abortus buatan sengaja dilakukan sehingga kehamilan diakhiri. Upaya menghilangkan konsepsi dapat dilakukan berdasarkan :<br />
• Indikasi medis<br />
Yaitu menghilangkan kehamilan atas indikasi untuk menyelamatkan jiwa ibu. Indikasi tersebut diantaranya adalah penyakit jantung, ginjal, atau penyakit hati berat dengan pemeriksaan ultrasonografi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim. <br />
• Indikasi social<br />
Pengguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek social, menginginkan jenis kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil dan kehamilan yang tidak diinginkan.<br />
2.Klasifikasi<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
1. Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus spontan dibagi atas :<br />
Abortus Kompletus (keguguran lengkap)<br />
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus) sehingga rongga rahim kosong.<br />
Abortus Inkompletus (keguguran bersisa)<br />
Hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua (placenta)<br />
Abortus Inciepiens (keguguran sedang berlangsung)<br />
Abortus yang sedang berlangsung dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.<br />
Abortus Iminens (keguguran membakat)<br />
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dengan memberikan obat hormonal dan antispasmodic serta istirahat.<br />
Nissed abortion<br />
Keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.<br />
Abortus habitualis<br />
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih.<br />
Abortus Infeksionus dan abortus septic<br />
Adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.<br />
Abortus Servikali<br />
Pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan dindingnya menipis.<br />
2. Abortus provokatus (Induced Abortion)<br />
Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Abortus ini terbagi lagi menjadi:<br />
Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)<br />
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis / perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 dokter ahli).<br />
Abortus Kriminalis<br />
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak ilegal atau tidak berdasarkan indikasi medis.<br />
3.Manifestasi Klinik<br />
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu<br />
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat<br />
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi<br />
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus<br />
Pemeriksaan ginekologi :<br />
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Imminen :<br />
Terdapat keterlambatan datang bulan<br />
Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif<br />
<br />
Tanda dan gejala pada abortus Insipien :<br />
Perdarahan lebih banyak<br />
Perut mules atau sakit lebih hebat<br />
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Inkomplit :<br />
Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis<br />
Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat<br />
Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi<br />
Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)<br />
<br />
Tanda dan gejala abortus Kompletus :<br />
Uterus telah mengecil<br />
Perdarahan sedikit<br />
Canalis servikalis telah tertutup<br />
Tanda dan gejala Missed Abortion :<br />
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan maserasi janin<br />
Buah dada mengecil kembali<br />
4.Diagnosa Banding<br />
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.<br />
5. Etiologi<br />
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :<br />
a.Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :<br />
Faktor kromosom terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks<br />
Faktor lingkungan endometrium terjadi karena endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.selain itu juga karena gizi ibu yang kurang karena anemia atau terlalu pendeknya jarak kehamilan.<br />
Pengaruh luar<br />
• Infeksi endometrium<br />
• Hasil konsepsi yang dipengaruhi oleh obat dan radiasi<br />
• Faktor psikologis<br />
• Kebiasaan ibu (merokok, alcohol, kecanduan obat)<br />
b. Kelainan plasenta<br />
Infeksi pada plasenta<br />
Gangguan pembuluh darah<br />
Hipertensi<br />
c. Penyakit ibu<br />
Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
Anemia<br />
Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
Kelainan rahim<br />
d.Kelainan Ovum<br />
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum.<br />
e.Kelainan genetalia ibu<br />
Anomali congenital (hipoplasia uteri,uterus bikornis dan lain-lain).<br />
Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.<br />
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi,seperti kurangnya progesterone atau estrogen,endometritis,mioma sub mukosa.<br />
Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola).<br />
Distosia uterus missal karena terdorong oleh tumor pelvis.<br />
f. Gangguan sirkulasi plasenta<br />
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
Karakteristik ibu hamil dengan abortus yaitu:<br />
1. Umur<br />
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga nonprofessional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan. Abortus yang terjadi pada remaja terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Abortus dapat terjadi juga pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterine.<br />
2.Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat<br />
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.<br />
3.Paritas ibu<br />
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.<br />
4.Riwayat Kehamilan yang lalu<br />
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).<br />
Penyebab dari segi Maternal<br />
Penyebab secara umum:<br />
• Infeksi akut<br />
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.<br />
Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.<br />
Parasit, misalnya malaria.<br />
• Infeksi kronis<br />
Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.<br />
Tuberkulosis paru aktif.<br />
Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.<br />
Penyakit kronis, misalnya :<br />
1. hipertensi<br />
2. nephritis<br />
3. diabetes<br />
4. anemia berat<br />
5. penyakit jantung<br />
6. toxemia gravidarum<br />
7. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.<br />
8. Trauma fisik.<br />
Penyebab yang bersifat lokal:<br />
Fibroid, inkompetensia serviks.<br />
Radang pelvis kronis, endometrtis.<br />
Retroversi kronis.<br />
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus<br />
<br />
Penyebab dari segi Janin<br />
Kematian janin akibat kelainan bawaan.<br />
Mola hidatidosa.<br />
Penyakit plasendesidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.<br />
6.Patofisiologi<br />
Pada abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalls diikuti oleh terjadinya nekrosis jaringan sekitarnya, ini menyebabkan hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya terlepas, hal ini akan menyebabkan uterus berkontraksi yang akhirnya mengeluarkan isi rahim.Sebelum minggu ke 8 biasanya hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya. Karena villichorialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam decidua. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi chorialis menembus decidua lebih dalam, sehingga umumnya placenta tidak dilepaskan secara sempurna sehingga timbul banyak perdarahan.Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul dengan pengeluaran placenta secara lengkap yang telah terbentuk. Perdarahan tak banyak bila placenta terlepas secara lengkap, telur yang lahir dengan abortus mempunyai beberapa bentuk : ada kalanya berupa telur kosong (bilighted ovum) yang berbentuk kantong amnion berisi air ketuban tanpa bentuk yang jelas mungkin janin lahir mati atau dilahirkan hidup.Kalau abortus terjadi dengan lambat laun hingga darah berkesempatan membeku antara decidua dan chorion maka terbentuklah mola cruenta. Bila darah beku tersebut sudah seperti daging akan menjadi mola carnosa. Mola tuberose bentuk yang memperlihatkan benjolan-benjolan yang disebabkan hematom-hematom antar amnion dan chorion.Janin yang mati bila masih sangat kecil dapat diabsorbsi dan hilang, bila sudah agak besar maka cairan amnion diabsorbsi hingga janin tertekan (Foutes Compressus). Kadang-kadang janin menjadi kering, mengalami murnifikasi hingga menyerupai perkamen (Foetus Papyraceus). Kemungkinan janin yang tidak cepat dikeluarkan terjadi naserasi : kulit terlupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena berisi cairan dan tubuh janin kemerah-merahan.<br />
Disamping itu terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.<br />
Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.Bentuk perdarahan bervariasi diantaranya :<br />
Sedikit-sedikit dan berlangsung lama<br />
Sekaligus dalam jumlah besar dapat disertai gumpalan<br />
Akibat perdarahan, dapat menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung (akral) dingin.<br />
<br />
Bagan Patofisiologi Abortus<br />
Kelainan Kelainan Infeksi Akut Kelainan Traktus<br />
Pertumbuhan Hasil Plasenta Genitalis<br />
Konsepsi<br />
Oksigenasi Toksin,Bakteri,virus <br />
Plasenta terganggu<br />
<br />
Perdarahan Dalam Desidu Basalis<br />
<br />
Nekrosis Jaringan Sekitar<br />
Hasil Konsepsi Lepas (Aborsi)<br />
Vili korialis Menembus Lebih Dalam Vili Korialis Belum Menembus Desidu<br />
(8 – 14 mgg) ( < 8 mgg)
Lepas Sebagian Lepas Seluruhnya
Tindakan kurutase Perdarahan
7.Pemeriksaan penunjang
Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion.
Data laboratorium: Tes urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit, . kultur darah dan urine
Pemeriksaan Ginekologi:
1. Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
Adakah disertai bekuan darah
Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
Adakah tercium bau busuk dari vulva
2. Pemeriksaan dalam spekulum
Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
Apakah tampak jaringan keluar ostium
Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Pemeriksaan dalam
Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
8.Komplikasi
1. Perforasi Dalam
Melakukan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks jangan digunakan tekanan berlebihan. Pada kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri.
Apabila jaringan serviks kerasdan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3.Pelekatan pada kavum uteri.
Lakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4.Perdarahan.
Kerokan pada kehamilan agak tua atau pada mola hidatidosa ada bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya diselenggarakan transfusi darah dan sesudah kerokan selesai dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi.
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
6. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
7.Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulakan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, enek, muntah dan diare.
8. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin:
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
9.Penatalaksanaan
A.Penanganan Medis
Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
3. Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
5. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
6. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
7.Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu. Adapun penanganannya yaitu:
Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup.
Pemberian antibiotika yang cukup tepat
• Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
• Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
• atau antibiotika spektrum luas lainnya
24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.2 Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.
Tindakan Operatif Penanganan Abortus
1. PengeIuaran Secara digital
Hal ini sering kita laksanakan pada keguguran yang sedang berlangsung dan keguguran yang kadang-kadang berlangsung dan keguguran bersisa. Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembentukan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu janin longgar dan dm k a m uteri cukup luas, karena manipulasi ini akan menimbul kan rasa nyeri.
2. Kuretose (kerokan)
Adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus.
3 Vacum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum.
Cara – cara Abortus Provokatus Kriminalis/ Kekerasan Mekanik :
1. Umum
Latihan olahraga berlebihan
Naik kuda berlebihan
Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
Tekanan / trauma pada abdomen
2. Lokal
Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda
Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion
Alat untuk memasang IUD
Alat yang dapat dilalui arus listrik
Aspirasi jarum suntik
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahan-bahan yang Bekerja Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain :
Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid Cara kerja : Indirect Congesti + engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus dikeluarkan
Direct : Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.
Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
Purgativa/Emetica :obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract
Misal :Colocynth : Aloe
Castor oil : Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.
Cara kerja ergot : Merangsang alpha 1 receptor pada uterus,↓Kontraksi uterus yang kuat dan lama
Garam dari logam : biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride
B.Penanganan Keperawatan
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.
10.Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi aborsi spontan sebelumnya.
Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abotus yang rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90 %<br />
Pada wanita keguguran dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80 %<br />
Sekitar 77 % angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada kehamilan 5 sampai 6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.<br />
11.Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis<br />
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.<br />
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal)Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):<br />
PASAL 299 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.<br />
PASAL 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.<br />
PASAL 347 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.<br />
PASAL 348 1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.<br />
PASAL 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.<br />
PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan:<br />
PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)<br />
<br />
II B KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN<br />
1. Pengkajian<br />
Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada pasien abortus adalah :<br />
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat<br />
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang<br />
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :<br />
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.<br />
2) Riwayat kesehatan masa lalu<br />
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.<br />
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.<br />
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.<br />
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya<br />
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.<br />
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.<br />
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.<br />
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.<br />
<br />
Pemeriksaan fisik, meliputi :<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.<br />
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.<br />
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.<br />
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal<br />
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.<br />
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.<br />
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak<br />
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)<br />
Data lain-lain :<br />
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.<br />
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.<br />
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien<br />
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.<br />
Adapun data yang bisa diambil dari pengkajian pasien abortus adalah :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
C. Pengkajian Pola –Pola<br />
Pengkajian dasar data pasien: Tinjauan ulan catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.<br />
Sirkulasi: Kehilangan darah selama terjad iperdarahan karen aabortus.<br />
Integritas Ego<br />
Dapa tmenunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.Mungkin mengekpresikan ketidakmampuan untuk menghadapi suasana baru.<br />
Eliminasi:Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.<br />
Makanan / cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.<br />
Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal<br />
Nyeri/ kenyamanan<br />
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misalnyeripenyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efekanestesi : mulu tmungkin kering.<br />
Pernapasan:Bunyi paru jelas dan vesikuler.<br />
Keamanan:Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infuse dan nyeri tekan.<br />
Seksualitas:Fundus kontraksikuatdanterletak di umbilikus.<br />
PemeriksaanDiagnostik:Jumlahdarahlengkap, hemoglobin/ hematokrit<br />
2. Diagnosa<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
<br />
3.Tujuan<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
•<br />
4. Intervensi<br />
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional<br />
1 Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus Setelah diberikanasuhankeperawatan diharapkanpasien dapat bertoleransiterhadap nyeriyangdialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibudapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda-tanda vital dalam batas normal<br />
• Ibu tidak meringis 1. Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus hemoragi atau nyeri tekan abdomen<br />
2. Kaji stress psikologis ibu /pasangan dan respon emosiol terhadap kejadian<br />
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan rasa nyeri. Instruksikan untuk menggunakan metode relaksasi, misalnya; nafas dalam, visualisasi distraksi, dan jelaskan prosedur.<br />
Kolaborasi<br />
4. Berikan narkotik atau sedatif berikut obat-obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan<br />
5. Siapkan untuk prosedur bedah bila terdapat indikasi 1. Membantu dalam mendiagnosis dan menentukan tindakan yang akan dilakukan. ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan molahidatidosa karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh infus oksitosin.<br />
2. Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, ketakutan, dan nyeri<br />
3. Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan<br />
4. Meningkatkan kenyamanan, menurunkan resiko komplikasi pembedahan<br />
5. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri.<br />
<br />
2 Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• pengisian kafilari refil (2)<br />
• pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual 1. Evaluasi, laporkan,serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah, lakukan perhitungan pembalut, kemudian timbang pembalut<br />
2. Lakukan tirah baring, instruksikan untuk menghindari valsava manuver dan koitus<br />
3. Posisikan dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikanatau posisi semi fowler<br />
4. Catat tanda-tanda vital, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa atau kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral bila ada<br />
5. Pantau aktivitas uterus, status janin dan adanya nyeri tekan pada abdomen<br />
6. Pantau masukan/keluaran cairan. Dapatkan sample urine setiap jam, ukur berat jenis<br />
7. Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar<br />
Kolaborasi:<br />
8. Dapatkan pemeriksaan darah cepat; HDL jenis dan pencorakan silang, titer Rh, Kadar fibrinogen, hitung trombosit, APTT dan kadar LCC<br />
9. Pasang Kateter<br />
10. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap atau sel-sel kemasan sesuai indikasi 1. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosis. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah<br />
2. perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme dapat merangsang perdarahan<br />
3. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul menghindari kompresi vena kaya. Posisi semifowler memungkinkan janin bertindak sebagai tampon<br />
4. Membantu menentukan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah dan nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan volume sirkulasi<br />
5. Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan akibat dari peristiwa hemoragi<br />
6.Menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukkan perfusi ginjal<br />
7. Dokter perlu mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan, pemeriksaan hstologi mungkin diperlukan.<br />
8. Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenai penyebab harus dipertahankan di atas 30% untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien<br />
9. Haluaran kuarang dari 30ml/jam menandakan penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekrosis tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan oleh derajat defisit individual dan kecepatan penggantian<br />
10. meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala syok.<br />
<br />
3 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal 1. Perhatikan status fisiologi ibu, staus sirkulasi dan volume darah<br />
2. Auskultasi dan laporkan DJJ. Catat bradikardi atau takikardi. Catat perubahan pada aktivitas janin<br />
3. Catat kehilangan darah ibu karena adanya kontraksi uteus<br />
4. Anjurkan tirah baring pada posisi miring<br />
Kolaborasi;<br />
5.Berikan suplemen oksigen pada ibu. Lakukan sesuai indikasi<br />
6. Ganti kejilangan darah ibu<br />
7. Siapkan ibu untuk intervensi bedah dengan tepat 1. Kejadian perdarahan berisiko merusak hasil kehamilan. Kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta<br />
2. Mengkaji berlanjutnya hioksia janin, pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardi dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, bradikardi dan penurunan aktivitas terjadi<br />
3. Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta<br />
4. meningkatkan ketersediaan oksigen untuk janin. Janin mempunyai beberapa kepastian perlengkapan untuk mengatasi hipoksia, dimana disosiasi Hb janin lebih cepat daripada Hb dewasa dan jumlah eritrosit janin lebih besar dari dewasa, sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.<br />
5. Mengevaluasi dengan menggunakan Doppler respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan janin apakah janin dalam keadaan asfiksia<br />
6. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transpor oksigen. Hemoragi maternal memengaruhi tranpor oksigen uteroplasenta secara negatif, menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan atau memburuknya status janin. Bila penyimpanan oksigen menetap, janin akan kehilangan tenaga untuk melakukan melanisme koping dan kemungkinan susunan saraf pusat rusak/janin, sehingga janin dapat meninggal.<br />
7. pembedahan perlu dilakukan bila terjadi pelepasan plasenta yang berat atau bila perdarahan berlebihan, terjadi penyimpanan oksigen janin dan kelahiran melalui vagia tidak mungkin seperti pada kasus plasenta previa tota dimana pembedahan mungkin perlu diindikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.<br />
4 Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat 1. Diskusikan tentang situasi dan pemahaman tentang situasi dengan ibu dan pasangan<br />
2. Pantau respon verbal dan nonverbal ibu dan pasangan<br />
3. Dengarkan masalah ibu dengan seksama<br />
4. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis serta beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan<br />
5. Libatkan ibu dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin<br />
6. Jelaskan prosedur dan arti gejala 1. Memberi informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi<br />
2. Menandai tingkat rasa takut yang sedang dialami ibu atau pasangan<br />
3. meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada ibu untuk mengembangkan solusi sendiri<br />
4. Pengetahuan akan membantu ibu untuk mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi sebaiknya tertulis agar nantinya memungkinkan ibu untuk mengulang informasi akibat tingkat stress, ibu mungkin tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut.<br />
5. menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi sehingga dapat menurunkan rasa takut.<br />
6. Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.<br />
5 Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi, tindakan invasif Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal 1. Tinjau ulang kondisi faktor resiko yang ada sebelumnya<br />
2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi<br />
( misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/ warna secret vagina<br />
Kolaborasi<br />
3. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol<br />
4. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi<br />
5. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan<br />
6. Berikan antibiotik spectrum luas parenteral pada praoperasi. 1. kondisi dasar ibu; seperti DM dan hemoragi menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya proses infeksi dapat meningkatkan resiko kontaminasi janin<br />
2. Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka<br />
3. Menurunkan resiko kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan resiko infeksi pasca operasi<br />
4.Mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.<br />
5. Resiko infeksi pasca perdarahan serta penyembuhan lebih lama bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.<br />
6. Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi<br />
<br />
4.Implementasi<br />
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien abortus disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.<br />
5. Evaluasi Keperawatan.<br />
Hasil asuhan keperawatan pada klien abortus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien.<br />
Adapun sasaran evaluasi pada pasien abortus sebagai berikut :<br />
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami<br />
Tanda-tanda vital menunjukan dalam batas normal<br />
Perubahan perfusi jaringan kembali normal<br />
Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dalam batas normal dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi.<br />
Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi.<br />
Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal.<br />
Infeksi tidak terjadi.<br />
Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut.<br />
Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
BAB III <br />
PENUTUP<br />
A.KESIMPULAN<br />
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan. <br />
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002).<br />
Abortus dibagi atas 2 (dua) golongan :<br />
Abortus spontan<br />
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medisinalis. Semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.<br />
Abortus provokatus (Induced Abortion) Adalah abortus yang disengaja baik dengan memakai obat maupun alat-alat.<br />
Adapun etiologi dari abortus dalah sebagai berikut :<br />
Faktor pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan<br />
Kelainan plasenta<br />
• Infeksi pada plasenta<br />
• Gangguan pembuluh darah<br />
• Hipertensi<br />
Penyakit ibu<br />
• Penyakit infeksi seperti tifus abdominalis, malaria, pneumonia dan sifilis<br />
• Anemia<br />
• Penyakit menahun seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, DM<br />
• Kelainan rahim<br />
• Kelainan Ovum<br />
• Kelainan genetalia ibu<br />
• Gangguan sirkulasi plasenta:Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis,hipertensi,toksemia gravidarum,anomaly plasenta.<br />
<br />
Sedangkan pemeriksaan fisiknya<br />
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva<br />
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.<br />
Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.<br />
Komplikasi yang mungkin timbul pada abortus<br />
Perforasi Dalam.<br />
Luka pada serviks uteri.<br />
Pelekatan pada kavum uteri.<br />
Perdarahan.<br />
Infeksi<br />
Syok<br />
<br />
Penanganan Keperawatan<br />
Peran perwat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang terjadi seiring dengan kejadian abortus.<br />
Pengkajian terdiri dari :<br />
A. Data Subjektif<br />
Pasien mengatakan keluar darah per vaginam<br />
Pasien mengatakan nyeri pada perut<br />
<br />
B. Data Objektif<br />
Ditandai adanya perdarahan disertai dengan perut mules<br />
Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim<br />
Hasil pemeriksaaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim<br />
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut;<br />
Nyeri berhubungan dengan dilatasi servik, trauma jaringan dan kontraksi uterus<br />
Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular dalam jumlah berlebih<br />
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia<br />
Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri dan janin<br />
Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan penahanan hasil konsepsi<br />
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri yang dialami dengan criteria hasil;<br />
• Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi<br />
• Tanda –tanda vital dalm batas normal<br />
• Ibu tidak meringis<br />
<br />
Setelah diberikan asuhan keperwawatan diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda vital stabil<br />
• Pengisian kafilari refil (2)<br />
• Pengeluaran dan berat jenis urine adekuat secara individual<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan pasien dapat menunjukkan perubahan perfusi jaringan kembali normal dengan criteria hasil:<br />
• Tanda-tanda fital dalam batas normal<br />
• Hb dalam batas normal <br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan cemas teratasi dengan criteria hasil:<br />
• Ibu mendiskusikan takut mengenai diri janin dan masa depan kehamilan, juga mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat<br />
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien tidak menunjukkan tidak tejadi infeksi dengan criteria hasil:<br />
• Tidak terdapat tanda-tanda infeksi<br />
• Tanda vital dalam batas normal<br />
<br />
B.Saran<br />
Diharapkan makalah ini agar bisa menjadi sumber acuan dan modal bagi mahasiswa keperawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien abortus dengan sebaik-baiknya.Dan kepada dosen pembimbing untuk tidak henti-hentinya selalu membimbing kami agar terlakasana proses belajar-mengajar sebagaiman mestinya.chovadzilallahihttp://www.blogger.com/profile/14222321837039959271noreply@blogger.com0